Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 20 Mabuk Hingga Mengajak Menikah

Kalau ayah melihatnya sekarang pasti akan sangat kecewa.

Victoria tertawa dan menggelengkan kepala, ia mengangkat gelas dan meneguk habis minumannya.

"Halo, Berly, aku di bar dekat sekolah menunggumu, cepat datang, aku... Ada hal penting yang harus kukatakan padamu," Victoria menelepon nomor Berly yang diingatnya, suaranya terdengar mabuk.

Kata-kata Victoria mengagetkan Berly, perempuan yang serius seperti Victoria ini, mengapa bisa pergi ke bar?

Saat Berly tiba di bar, Victoria telah mabuk sambil memeluk botol bir.

"Victoria, Victoria kamu kenapa?" Tanya Berly sambil mengambil botol bir di pelukan Victoria, nada bicaranya terdengar iba.

"Berly, tahukah kau..."

Victoria belum selesai bicara, ponsel Berly bergetar.

"Oh tidak, Victoria, aku akan terlambat kerja," kata Berly sambil menyambar ponsel Victoria dan membuka riwayat telepon, hanya ada nomor Wallace di sana, ia pun menelepon tanpa berpikir panjang.

Telepon tersambung dengan sangat cepat, terdengar suara dingin Wallace di ujung sana, "Victoria?"

"Halo? Victoria sekarang berada di bar dekat Universit of Xiamen, tolong cepat kemari dan bawa ia pulang," kata Berly keras-keras karena takut lawan bicaranya tak mendengarnya, orang-orang sekitar pun menoleh memandangnya.

Wallace tak menjawab lagi, ia langsung menutup telepon dan menyambar kunci mobilnya, raut wajahnya nampak terganggu, bahkan ibunya melihat wajahnya itu tak berani banyak bicara.

Mobil itu berjalan dengan kecepatan penuh, Wallace menempuh perjalanan itu hanya dengan menggunakan waktu sepertiga dari waktu seharusnya.

Saat ia membuka pintu bar, asap rokok dan aroma bir di sana bahkan mengganggu Wallace yang biasanya sudah terbiasa datang ke tempat seperti ini.

Entah mengapa sosok kurus di meja bar itu langsung terlihat olehnya, begitu menarik perhatian baginya.

Atau mungkin, Victoria selalu ada di hati Wallace.

"Victoria!" Teriak Wallace dengan nada dingin, baru saja ia mau memarahinya karena datang sendirian ke tempat berbahaya seperti ini, namun melihat sorot mata Victoria yang sudah tidak jelas, tanpa disadari hatinya luluh juga.

"Wallace? Kamu datang?" kata Victoria yang saat ini telah mabuk berat, tetapi ia tetap bisa mengenali Wallace.

Wallace tak berkata apapun, hanya mengguncang pelan tubuh Victoria dengan hati-hati.

"Wallace, aku... Beritahu ya, baru saja, pamanku mendatangiku, ia bilang aku harus menikah dengan orang tua itu!" Kata Victoria sambil berpegangan pada lengan Wallace, bagaikan menemukan sebuah sandaran. "Dan... Dan juga, apakah kamu ingat, orang yang mempermalukanku di pesta saat itu, Lu... Luna. Ia, ia adalah anak Direktur Chen itu. Haha, Tuhan sedang bercanda denganku hari ini."

"Benar kan... Menurutmu?" Lanjut Victoria dengan suara lemah, ia mengangkat kepala dan memandang Wallace.

"Kalau begitu, Luna pasti melebih-lebihkan masalah, saat itu kau akan dipermalukan dengan sangat parah," kata Wallace dengan serius.

"Tidak! Tidak mau!" Seru Victoria sambil meremas erat-erat lengan Wallace, "Keluarga Gong belum jatuh, tetapi mengapa ia memamerkan kehebatannya di depanku, ia merebut Nicky masih tak masalah, mana bisa aku terima dinikahkan dengan ayahnya!"

Wallace melihat perempuan cantik yang menangis di depannya itu, ia tak pandai berkata-kata dan tak tahu bagaimana menghiburnya, ia hanya bisa memeluk Victoria erat-erat.

"Wallace, mari kita menikah!"

Victoria mengucapkan kalimat yang mengejutkan, Wallace seketika mendorongnya, sorot matanya nampak kebingungan.

Menikah? Ia tak pernah memikirkannya.

"Wallace, ayo kita menikah!" Kata Victoria mengulangi kata-katanya, ia menggeledah ranselnya, kemudian mengeluarkan KTP dan KK dan menggoyang-goyangkannya di depan wajah Wallace. "Lihat, aku takut pamanku menggunakan berbagai cara untuk menikahkanku dengan pria tua itu, sehingga sampai KK dan KTP pun selalu kubawa kemana saja."

Victoria mengembalikan KTP dan KK ke dalam tas, lalu ia menggenggam tangan Wallace dan dengan serius mengulangi perkataannya,"Wallace, mari kita menikah!"

Wallace melepas genggaman Victoria. "Aku tak akan menikah denganmu," katanya sambil mengambil kartu dari dompetnya dan meletakkannya di meja bar, meminta pelayan untuk menggesek kartu dan membayar minuman Victoria.

"Victoria, aku tak akan menikah denganmu," Wallace mengulangi perkataannya dengan sungguh-sungguh, "Kau kebanyakan minum, aku akan mengantarmu pulang."

Victoria dengan tatapan memelas memandangnya, sorot matanya perlahan menjadi marah, dan ia bahkan mendorong Wallace dengan sekuat tenaga.

"Wallace, dasar kurang ajar, kau... Kau menggodaku lalu membuangku, kau mempermainkan perasaanku... Aku... Uh... Uh... Aku..."

Air mata Victoria mulai membanjiri wajahnya, ia tak bisa mengontrol air matanya. "Aku hamil, apa kau tahu? Aku mengandung anakmu, bisa-bisanya kau tak mau menikah denganku, aku harus bagaimana? Haruskah aku menjadi orangtua tunggal yang malang..."

Wallace berkata, "Victoria, sadarlah sedikit, oke? Kau terlalu banyak minum, aku akan mengantarkanmu pulang!"

"Aku tidak mau pulang, tidak mau! Kalau aku pulang kau sudah tak menginginkanku, tidak mempedulikanku..." ujar Victoria sambil menangis tersedu-sedu, dari awal ia yang cantik itu, telah menarik perhatian orang-orang di sana, ditambah lagi pria tampan ini, perhatian orang-orang pun semakin meningkat, sekarang gadis cantik ini menangis, dan meneriakkan kata "hamil", "menggoda lalu meninggalkan", "tak mau"... Seisi bar pun memandang mereka, bahkan ada orang yang mengambil ponsel dan diam-diam merekamnya, menganggap tontonan ini bagaikan sebuah drama yang memilukan.

"Wallace, nikahi saja aku, ya? Aku bersumpah, aku akan baik-baik dan menurut padamu, aku tak akan melawan perkataanmu, dan akan memperlakukanmu dengan sangat baik, bagaimana?" Kata Victoria sambil meremas ujung baju Wallace, matanya yang membuat orang iba itu bersinar, membuat hati Wallace kacau.

Wallace selalu merasa bangga karena kemampuannya mengendalikan diri di depan wanita, tetapi saat Victoria bilang akan memperlakukannya dengan baik, di otaknya terlintas kejadian malam itu saat Victoria menjerit-jerit di bawah tubuhnya.

"Apa yang kau katakan ini benaran?" Tanya Wallace, suaranya berubah rendah dan menggoda, dan terdengar sedikit berbahaya.

"Ten... Tentu saja benar, kapan aku berkata bohong?" Jawab Victoria sambil bersandar di badan Wallace, pengaruh birnya meningkat, ia menjadi sangat lemas, kalau tidak ditahan oleh Wallace, ia pasti sudah tergeletak di lantai seperti genangan lumpur.

Apa yang mulutnya katakan, ia sudah tidak tahu lagi, dan sorot mata Wallace sekarang telah dipenuhi hawa nafsu, namun Victoria juga tak menyadarinya.

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu