Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 153 ‘Senapan mulut’ yang mantap sekali (2)

Sambil berkata demikian, Wallace membopong Victoria ke toilet, lalu mendudukkan dia di wastafel, diambilnya handuk basah dan mengelap dengan lembut.

“Tidak bertenaga......” Kata Victoria dengan manja sambil masih memejamkan mata.

Sikap manja istrinya ini berguna sekali untuk Wallace, nada bicaranya pun semakin lembut : “karena tidur kelamaan, nanti juga baikan.”

“Hm.”

Victoria menyandarkan kepala di bahu Wallace, lalu menguap pelan, mungkin karena sudah mencuci muka, rasanya jadi lebih segar sedikit, hanya saja rasanya malas untuk bergerak.

“Hari ini habis bertengkar di rumah sakit......” Victoria menceritakan masalah di rumah sakit hari ini, lalu mendengus pelan, “Uang saja yang dia lihat, untung saja Winiston tidak seperti dia.”

“Soal ini......” Wallace mengernyitkan alis, “Kamu kasih tahu ke ayahmu?”

“Awalnya aku mau kasih tahu, tapi takut ayah jadi kesusahan, jadi aku tidak cerita deh.” Victoria jeda sejenak, lalu berkata : “Lagian aku kasih tahu juga tidak ada gunanya, palingan ayah suruh aku bersabar, atau tak usah peduliin, jadi aku kasih tahu atau tidak itu tidak ada bedanya, aku juga bukan anak kecil, buat apa aku mengadu!”

Charles sendiri juga bukannya tidak tahu Paulina orang seperti apa, dan Victoria juga bukannya pertama kali ketemu kejadian seperti ini, kalau diceritakan juga paling nyusahin diri sendiri saja.

Mendengar itu, Wallace mengingatkan, “Aku rasa lebih baik kamu kasih tahu ayah juga, daripada nanti terjadi masalah lagi.”

“Hm?” Victoria kebingungan, “Kenapa? Ayahku tiap hari sama dia terus, dia pasti tahu.”

“Belum tentu!” Wallace tidak punya kesan baik terhadap Paulina, “Dulu dia bawa uang kabur, setelah itu balik tanpa rasa bersalah, malah semakin parah sekarang, orang seperti ini kalau mau melanggar hukum sebenarnya gampang sekali.”

“Maksud kamu demi uang dia mungkin bakal melakukan hal yang tak terduga?” Victoria merasa tidak percaya, Paulina memang suka pamer, tapi tidak sampai segitunya mungkin?

Tampak sekali Victoria agak tercengang, Wallace hanya tersenyum simpul dan mencubit pipinya, “Aku Cuma menebak saja, sekarang dia sudah jatuh sampai seperti ini, tapi kelakukan masih sama seperti dulu, bahkan kebiasaan borosnya sama sekali tidak berubah, ini berarti dia tidak ada niat sedikit pun untuk berubah.”

Wallace sudah menjelaskan maksudnya dengan jelas sekali, dan Victoria juga sudah mengerti maksud Wallace, setelah kejadian Wanda dan Kelly, dia tidak akan meremehkan siapa pun, terutama wanita.

“Kalau begitu malam ini pulang aku bilang sama ayah, biar ayah sita semua kartu dan uangnya, lihat dia kapok atau tidak......” Victoria merasa idenya cemerlang sekali, hingga tertawa lepas, “Masih bilang uang yang dikasih ayah terlalu sedikit, heh, lihat saja kalau tidak ada duit dia bagaimana!”

Terhadap ide cemerlangnya Victoria ini, Wallace lumayan puas, namun ia tidak mengatakan apa-apa lagi.

Wallace kembali menyelesaikan kesibukannya sampai waktunya pulang kerja.

Victoria berdiri di belakang Wallace, lalu memijit pundaknya dengan perhatian, “Capek tidak?”

“Tidak capek.” Wallace menggenggam tangan Victoria, dan menariknya duduk dalam pelukannya, “Ada istri cantik yang menemani, bagaimana bisa capek?”

“Dasar! Belajar darimana gombalan seperti itu?” Victoria memukulnya pelan.

Wallace mencubit tangan mungil Victoria, dan berkata dengan tak bersalah, “Ngomong jujur kok dibilang gombal?”

Terhadap gombalan Wallace yang sering ini, Victoria masih tidak kebal, tapi juga sudah tidak semalu dan segugup pas awal-awal.

“Kalau memang jujur, kenapa dulu kamu tidak bilang begitu?” Tanya Victoria dengan akal bulusnya.

Wallace pura-pura menghelas napas panjang, “Dulu terlalu malu, terus baru nyadar terlalu malu malah tidak bisa dapat istri......”

“Dasar penggombal!”

Victoria mendengus pelan, lalu bangkit dari pelukan Wallace, “Burusan, ayah sama ibu pasti sudah tunggu lama.”

Wallace ikut bangkit dan menjawab dengan santai, “Nanti sampai pas jam makan, tak usah buru-buru.”

“Tapi kan juga jangan buat ayah sama ibu tungguin.”

Sebenarnya kerjaan Wallace belum selesai, Cuma karena sudah janji hari ini mau makan di rumah orang tuanya, dan juga bukan kerjaan yang mendesak, jadi ia pun mulai beres-beres biar dikerjain di rumah.

Dengan desakan Victoria, kedua orang itu pun tidak berlama-lama lagi, setelah beres-beres mereka mengambil mobil dan berangkat ke rumah ayah Mo dan ibu Mo.

Pas dengan jam pulang kerja, jadi jalanan macet sekali, dan Victoria juga sudah lapar, jadi ketika sampai di rumah keluarga Mo, Victoria sudah lesu sekali.

Di ruang tamu yang elegan itu, ada ayah Mo yang lagi membaca koran, ibu Mo yang lagi membaca majalah, keduanya tidak saling mengganggu, namun suasananya juga terasa hangat sekali, gambarannya bagaikan lukisan indah yang tak tega untuk dirusak.

Novel Terkait

Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu