Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 350 Tersenyumlah untuk Papa

“Ayo cepat bangun, jangan tidur lagi!” Victoria Gong menepuk wajah Wallace Mo.

Wallace Mo menangkap tangan Victoria Gong dan mencium sudut bibirnya, dia berkata dengan lembut: “Jangan rebut.”

Jika dulu, Victoria Gong akan membiarkannya, tapi pagi ini tidak bisa! Dia langsung bangkit duduk dan membuka selimut, dia berkata: “Ayo cepat bangun, Wallace Mo.”

Wallace Mo tidak ada pilihan lain dan bangun, dia menatap Victoria Gong lalu bertanya: “Istriku, apa yang kamu inginkan?”

“Tentu saja kamu harus mencucikan rambutku.” Ucap Victoria Gong.

Ternyata hal ini.

Wallace Mo tersenyum, dia mengelus rambut Victoria Gong dan berkata: “Tidak bagus keramas di pagi hari.”

“Sembarangan!” Victoria Gong cemberut.

“Tidak,” jeda Wallace Mo, kemudian melanjutkan, “Pagi terlalu dingin. Siang saja, saat matahari sudah bersinar terang, aku akan mencucikan rambutmu.”

“Aku bukannya mau menjemur rambut.” Protes Victoria Gong.

Wallace Mo menarik Victoria Gong berbaring di ranjang dan memeluknya erat, dia berkata:” Nurut saja, Victoria.”

Victoria Gong sedikit marah, dia menutup mata dan tidak berbicara lagi.

Wallace Mo tersenyum, dia mencium kening Victoria Gong, kemudian melanjutkan tidurnya.

Tapi, baru saja tertidur beberapa saat, dia mendengar tangisan Joe, dan Victoria Gong yang ada di pelukannya seperti tidak mendengar hal tersebut.

Wallace Mo tersenyum, dia bangkit bangun dan menggendong Joe, Joe langsung menghentikan tangisannya. Dia berkata: “Joe, Papa sudah datang, Mama sedang marah, tidak ingin menggendong kamu.”

Victoria Gong membelakangi Wallace Mo, dia mendengus mendengarnya.

“Joe, kita lihat Mama, ya?” Wallace Mo membawa Joe ke hadapan Victoria Gong dan menatapnya.

“Joe, kamu lihat Mama, alisnya berkerut. Kita harus memberitahu mama kalau tidak bagus mengerutkan alis, bisa menimbulkan kerutan.” Wallace Mo menatap Joe, tetapi ekor matanya mengawasi Victoria Gong.

Akhirnya Victoria Gong tidak tahanl lagi, dia memelototi suaminya dan berkata: “Wallace Mo, kamu jahat!”

“Sudahlah, Victoria, jangan marah lagi.” Bujuk Wallace Mo. Dia menyadari, bahwa kadang menggunakan Joe untuk membujuk Victoria Gong adalah ide bagus.

Victoria Gong cemberut, dia meraih Joe dari tangan Wallace Mo, dia tersenyum dan berkata lembut: “Sayang, kenapa kamu pagi sekali sudah bangun?”

“Karena Mama juga sudah bangun.” Wallace Mo memperagakan nada bicara anak kecil.

Victoria Gong terkekeh mendengarnya, dia berkata: “Joe, Papa menjadi anak kecil tua.”

Wallace Mo juga tertawa, dia menunduk mengecup bibir Victoria Gong dan mencium pipi Joe. Saat ini, dia merasa hidupnya sangat bahagia.

“Victoria, sore ini aku pasti akan mencucikan rambutmu.” Ucap Wallace Mo lembut.

“Tadi kamu bilang siang.”

“Kalau begitu siang.”

Victoria Gong tersenyum dan membuat bentuk kata OK dengan tangannya.

Dan hari ini, Victoria Gong juga akhirnya boleh turun ke bawah dan makan di meja makan. Setelah mencuci muka dan gosok gigi, dia menggendong Joe dan turun ke bawah bersama Wallace Mo.

Ibu Mo terkejut melihat Victoria Gong dan Joe, dia berkata :”Victoria, Joe juga sudah boleh keluar sekarang?” jujur orang tua memang lebih khawatir daripada yang lain.

“Boleh, asalkan tidak terkena angin luar saja.” Ucap Victoria Gong, dia meletakkan Joe di dalam stroller.

Dia menoleh dan melihat William yang belum dia temui setengah bulan lamanya. Dia tersenyum dan memanggilnya pelan: “William.”

Tapi William tidak mempedulikannya, dia duduk di meja makan dan menundukkan kepalanya.

Baru saja Victoria Gong akan duduk dan bicara dengan William, namun dia mendengar Ibu Mo yang memanggilnya—“Victoria, sini bantu aku membawa mangkuk ini.”

“Baiklah.” Victoria Gong hanya menepuk pelan pundak William dan segera pergi ke dapur.

Ketika dia keluar membawa mangkuk dan sumpit, dia melihat William yang suntuk dan tidak senang. Dia duduk di sampingnya dan berkata: “William, kamu tidak senang?”

William menggeleng dan tetap menunduk, dia mengambil sebuah roti dan memakannya pelan.

Victoria Gong tidak berdaya, dia sangat pandai membuat William senang, sekarang dia kehabisan cara. Dia tersenyum tipis dan duduk di samping Joe, dia berkata lembut: “Sayang, kamu mau makan ini?” dia sambil menunjuk bubur yang ada di meja.

“Victoria, sekarang belum boleh.” Ibu Mo menghentikannya.

Victoria Gong terkekeh, dia berkata: “Aku tahu, aku hanya bercanda.”

“Kamu ini.” Ucap Wallace Mo gemas.

Ibu Mo tersenyum, dia melihat Joe dan bercanda: “Joe masih kecil, sekarang hanya bisa minum susu, iya kan?”

“Joe, ayo jawab Nenek, bilang iya!” ucap Victoria Gong.

Wallace Mo tertawa, dia berkata :”Apa kamu bodoh?”

“Aku membaca buku, semuanya bilang harus banyak mengajak bayi bicara, dengan begitu tidak hanya akan memperkuat ikatan batin, juga bisa membuatnya bisa cepat bicara.”ucap Victoria Gong tidak mau mengalah.

“Joe kita sangat pintar, mungkin akan segera bisa bicara.” Ibu Mo ikut menimpali.

Wallace Mo menggeleng, dia berkata: “Ma jangan menghiburnya dengan bicara sembarangan.”

“Joe, hiraukan mama kamu.” Dia kembali melanjutkan.

Victoria Gong memutar bola matanya, dia berkata :”Hanya kamu yang bole bicara!”

Saat ini, William berkata pelan: “Nenek, aku mau makan telur.”

Namun, semua orang yang terbenam dalam dunia menghibur Joe tidak mendengarnya, terutama Ibu Mo, dia menatap Joe, matanya menatap Joe penuh cinta untuk cucunya.

Melihat pemandangan seperti ini, William semakin menunduk, hampir saja kepalanya terkena meja.

“Ma, menurut Mama mengapa Joe masih belum bisa tersenyum?” Tanya Victoria Gong. Dia merasa, jika Joe bisa tersenyum, maka dia sudah bisa berinteraksi.

Ibu Mo tersenyum, dia berkata: “Masih terlalu kecil, biasanya 3bulan baru bisa.”

3 bulan?

“Kalau begitu masih lama sekali, ya.” Victoria Gong sedikit tidak senang, dia menatap Joe dan berkata :” Sayang, ayo tersenyum untuk Mama, nak.”

Tapi Joe? Pandangan matanya masih kosong, tidak ada respon.

Victoria gong sedikit sedih, dia melihat Wallace Mo dan berkata: “Wallace, mengapa anakmu masih belum bisa tersenyum?”

Wallace Mo tersenyum, dia mengelus rambut Victoria Gong.

Detik berikutnya, Joe yang tidak ada respon, tiba-tiba megeluarkan sebuah suara yang seperti suara tawa.

Victoria Gong sedikit terkejut dan tertawa, dia menatap Joe dan berkata: “Sayang, tadi kamu tersenyum, ya?”

“Yang benar saja?” Wallace Mo ragu.

Victoria Gong mengelus pipi Joe, dia berkata: “Joe, ayo tersenyum lagi, tersenyum untuk Papa lihat.”

Seperti dugaan, Joe langsung membuka mulutnya dan tersenyum.

“Kamu lihat.” Victoria Gong menepuk Wallace Mo, dia tersenyum dan berkata :”Wallace, Joe bener-benar sudah bisa tertawa.”

Wallace Mo menggenggam tangan Victoria Gong dengan lembut, dia juga tersenyum dan berkata :”Aku tahu, aku sudah melihatnya, dia sudah bisa tersenyum.”

“Pa, Ma, kalian lihat.” Victoria Gong menatap Ayah dan Ibu Mo, menunjuk pada Joe yang masih tersenyum.

Ayah dan Ibu Mo tersenyum bahagia, Ibu Mo berkata :”Victoria, sepertinya Joe mengerti ucapan kamu.”

“Benar, aku sudah bilang anakku memang pintar.” Ucap Victoria Gong bangga.

Wallace Mo menjentik hidung Victoria Gong, dia berkata: “Aku tahu, anakmu paling pintar.”

Victoria Gong mendengus, dia bangkit dan menggendong Joe. Dia mencium pipi Joe dan berkata: “Joe, kamu masih sangat kecil sudah bisa tersenyum.”

Saat itu juga, senyuman sudah hilan dari wajah Joe, dia tercengang menatap Victoria Gong.

Victoria Gong meggendong Joe duduk, baru saja dia ingin meminum susu, dia belihat William yang mendorong kursi dan berjalan pergi.

“William, kamu sudah selesai makan?” Victoria Gong menatap punggung William yang pergi dan bertanya.

Tapi, William tidak mempedulikannya dan tetap pergi.

Ibu Mo melihatnya dan berkata: “Mungkin dia sudah kenyang, aku akan melihatnya.” Setelah mengatakannya, dia bangkit berdiri dan menyusul William.

Victoria Gong sedikit merasa tidak sesederhana itu, hati yang periang dan gembira tiba-tiba berubah keras dalam sekejap. Dia berpikir harus mencari waktu untuk bicara dengan William, tapi dia tidak menyangka, obrolan keduanya akan datang secepat ini.

Siang hari, setelah Joe tertidur, Victoria Gong mencolek Wallace Mo dengan jarinya.

Wallace Mo tentu saja tahu apa maksud Victoria Gong, dia sudah memikirkan rambutnya selama satu bulan. Dia tersenyum dan membawa Victoria Gong ke dalam kamar mandi.

Dia duduk di samping bathtub kemudian meletakkan matras tebal di lantai, dia berkata: “Ayo duduk, tidak akan kedinginan.”

Victoria Gong tersenyum kecil,dia duduk dan membaringkan kepalanya di kaki Wallace Mo atas suruhannya.

Wallace Mo menyuruh Victoria Gong menyandar pada bathtub, kemudian meluruskan rambut panjangnya, lalu setelah mencobai suhu air yang dia rasa sudah pas, dia mulai membasahi rambut Victoria Gong.

Victoria Gong sangat terkejut, dia awalnya mengira Wallace Mo seorang lelaki tidak akan sehati-hati ini, tapi kepalanya sangat nyaman setelah di cuci oleh Wallace Mo, seperti orang salon professional.

“Apa kamu pernah mempelajarinya?” Victoria Gong tidak tahan untuk bertanya.

Wallace Mo terkekeh, dia berkata: “Tidak, aku pernah membacanya di buku.”

Langsung bisa hanya dengan membaca buku? Sepertinya suaminya sangat unggul, Victoria Gong menunjukkan ekspresi kagum.

Wallace Mo tertawa bangga, dia sengaja menjambak Victoria Gong.

“Tuan Mo, tolong fokus sedikit.” Ucap Victoria Gong.

“Baiklah.” Jawab Wallace Mo dengan serius.

Keduanya berbincang-bincang, sehingga satu jam kemudian baru selesai keramas. Wallace Mo membantu Victoria Gong membungkus rambutnya kemudian menggendongnya kembali ke kamar.

“Kamu tidak membantu aku mengeringkannya?” Tanya Victoria Gong.

Wallace Mo tertawa dan berkata: “Menjemur rambut lebih bagus, kan?”

Victoria Gong ingin tertawa, darimana dia belajar semua ini? Tapi daripada mengejeknya, dia lebih baik menurut saja dengan Wallace Mo pergi ke balkon.

Mataharinya tidak begitu kuat, dan rambutnya masih tertutupi, semuanya sangat pas. Victoria Gong berbaring di kaki Wallace Mo, Wallace Mo membantunya mengurusi rambut.

“Enak sekali seperti ini.” Ucap Victoria Gong di sela-sela helaan nafasnya.

Wallace Mo tersenyum, dia tidak terlalu puas. Dia berkata: “Tanganku yang sudah mencucikan rambut kamu.”

Victoria Gong terkekeh.

“Jangan bicara, diam dan tetap disini untuk beberapa saat.” Ucap Wallace Mo.

Victoria Gong menatap langit biru, saat seperti ini membuatnya teringat masa sekolah. Saat itu, dia dan Berly Liu selalu berbaring seperti ini di padang rumput sekolah dan menatap langit, memikirkan hal-hal berani dan imajinatif. Victoria Gong tertawa memikirkan hal tersebut.

“Kenapa kamu tertawa?” Tanya Wallace Mo.

-------

Nah, para pembaca yang terhormat, novel ini akan segera berakhir! Terimakasih karena telah menemaniku sampai akhir cerita, aku mencintai kalian... Muaachhh ... Semoga kalian bisa suka dengan ending ceritannya..

Novel Terkait

Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu