Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 340 Menjenguk Ibu Mo

Setengah jam kemudian, Victoria Gong bangun. Dia meraba bagian kasur disampingnya. Wallace Mo tidak ada. Victoria Gong langsung melompat bangun, “Wallace.” panggilnya.

Tidak ada jawaban.

Dimana dia? Apa dia sudah berangkat ke kantor? Apa dia berada di ruang studinya dan tidak tidur semalaman?

Victoria Gong mengerutkan dahinya lalu berjalan keluar kamar. Dia tidak menemukan Wallace Mo di ruang studi. Namun kemudian dia berjalan ke ruang tamu dan melihat seseorang yang sedang sibuk di samping meja makan.

“Wallace.” panggil Victoria Gong riang sambil berjalan menghampirinya.

Wallace Mo tersenyum dan meraih tangan Victoria Gong yang dingin. Dia mengerutkan dahi, “Mengapa kamu tidak pakai jaket?”

Victoria Gong baru sadar dia hanya mengenakan baju tidurnya. Namun, dia sibuk mencari Wallace Mo. Dia tidak kepikiran untuk mengenakan jaket. Ketika dia hendak bicara, Wallace Mo mengajaknya ke kamar dan mengenakan jaket untuknya.

“Kamu sedang hamil. Kamu tidak bisa asal sakit.” ujar Wallace Mo lembut.

Victoria Gong tersenyum mendengarnya. Dia lalu memeluk Wallace Mo, “Tapi kan ada dirimu disisiku.”

“Dasar kamu ini.” Wallace Mo mengusap rambut Victoria Gong.

Andai saja waktu bisa berhenti sejenak. Wallace Mo harus mengurus perusahaan, menemukan dokter untuk Ibu Mo, juga membujuk Ibu Mo supaya mau dirawat inap. Banyak sekali hal yang harus dikerjakannya.

Setelah selesai sarapan, dia pergi ke kantor.

Tersisa Victoria Gong seorang diri di apartemen. Sambil melihat wajah Wallace Mo yang lelah, Victoria Gong membatin, “Apa yang bisa kulakukan?”

Beberapa saat kemudian, dia terpikirkan sesuatu. Dia lalu kembali ke kamar,berganti pakaian, lalu keluar.

Setengah jam kemudian, Victoria Gong sampai di rumah keluarga Mo. Dia mengetuk pintunya dan melihat Ibu Zhang membukakannya.

“Ibu Zhang, apa Papa dan Mama didalam?” tanya Victoria Gong.

“Iya.” jawab Ibu Zhang.

Victoria Gong tersenyum mendengarnya. Dia lalu masuk. Ayah Mo sedang meregangkan tubuh di taman rumah. Ibu Mo entah dimana.

“Papa.” panggil Victoria Gong sambil menghampiri Ayah Mo.

Ayah Mo tersenyum, “Victoria, mengapa kamu datang pagi-pagi sekali?”

“Wallace sudah berangkat ke kantor, jadi aku datang kemari. Dimana Mama?”

“Dia,” ujar Ayah Mo sedih, “dia sedang tidak enak badan. Dia sedang berbaring.”

Tidak enak badan?

Victoria Gong mengerutkan dahinya, “Baiklah. Aku akan menjenguk Mama dulu.”

Ayah Mo mengangguk. Victoria Gong lalu berjalan menuju kamar Ibu Mo. Dia mengetuk pintunya, “Mama, ini aku.”

Tidak ada jawaban dari dalam kamar. Dia lalu berinisiatif membuka pintunya. Ruangan itu gelap. Dia menyalakan lampu dan mendapati Ibu Mo sedang berbaring memunggungi pintu.

Victoria Gong berjalan menghampirinya, “Mama.”

Ibu Mo tidak menjawabnya.

Victoria Gong bingung. Apa Ibu Mo sedang tidur? Dia menepuk pundak Ibu Mo.

“Mama…” Victoria Gong terisak.

Dia tahu Ibu Mo tidak pernah tidur terlalu pulas. Ibu Mo tidak juga menjawabnya setelah dia memanggilnya berkali-kali. Victoria Gong mengulurkan tangannya dan merasa denyut nadi di tangan Ibu Mo, juga mengecek nafas dari hidungnya. Ibu Mo masih bernafas, namun lemah.

Lemah nafas?

Dia lalu menggoyang-goyangkan badan Ibu Mo. Ibu Mo tidak kunjung bangun. Apa dia koma? Victoria Gong langsung berlari ke taman dan memanggil Ayah Mo, “Papa! Mama sedang koma!”

Ayah Mo langsung lari ke kamar dan berusaha membangunkan Ibu Mo. Namun, hasilnya sama saja.

“Victoria, panggil ambulan.”

Victoria Gong langsung mengambil ponselnya dan menelepon 120.

“Halo, apa ini 120? Ada wanita pingsan disini. Ya. Ya.” Victoria Gong memberitahukan alamatnya lalu menutup panggilan itu.

Kini, mereka berdua sedang menunggu ambulan untuk datang.

Setengah jam kemudian, ambulan datang dan membawa Ibu Mo ke unit gawat darurat.

Victoria Gong dan Ayah Mo menunggu di luar ruangan. Tidak lama kemudian, Wallace Mo datang.

“Victoria, ada apa? Bagaimana kondisi Mama?” tanya Wallace Mo.

Victoria Gong meraih tangannya lalu menatap kearah lampu merah diatas pintu ruangan itu. Dia terisak, “Aku tidak tahu. Ketika aku datang untuk mengunjungi Mama, dia sudah koma. Mama sudah didalam selama tiga puluh menit. Kita harus bagaimana?”

Wallace Mo melihat Victoria Gong panik. Dia lalu memeluknya dan menenangkannya, “Semua akan baik-baik saja. Jangan khawatir.” Didalam hatinya, Wallace Mo juga khawatir dengan pintu ruang gawat darurat yang belum juga terbuka.

Satu jam kemudian, dokter keluar.

Ketiga orang itu langsung mengerubungi dokter, “Dokter, bagaimana?”

“Operasinya berhasil.” kata dokter, “Saat ini kondisinya sudah stabil. Namun, sel darah putih di masih menyebar didalam tubuhnya. Pasien harus dirawat sesegera mungkin.”

“Kapan pasien bisa bangun?” tanya Victoria Gong.

“Umumnya pasien akan bangun setelah efek obat biusnya menghilang.”

Ibu Mo lalu dipindahkan ke ruang rawat inap. Wallace Mo, Victoria Gong, dan Ibu Mo sedang menunggunya bangun di tepi kasur. 40 menit kemudian, Ibu Mo bangun.

Ibu Mo menatap langit-langit dan bertanya, “Dimana aku?”

“Mama ada di rumah sakit.” jawab Victoria Gong, “Bagaimana kondisi Mama sekarang?”

Ibu Mo perlahan bangun lalu menatap Victoria Gong tanpa ekspresi. Dia lalu menoleh ke Ayah Mo, “Aku ingin pulang.”

Pulang?

Victoria Gong menatap Wallace Mo. Dia terlihat tidak senang.

“Mama tidak boleh meninggalkan rumah sakit.” ujar Wallace Mo.

Ibu Mo menyuruh Ayah Mo untuk membantunya bersandar. Dia lalu menoleh ke Wallace Mo, “Wallace, Mama tidak ingin dirawat inap.”

“Mama.” panggil Victoria Gong, “Dokter bilang Mama harus dirawat inap. Mama akan tinggal dengan damai disini. Kami akan menemani Mama.”

“Aku tidak ingin tinggal di rumah sakit. Cepat urus kepulanganku.”

“Mama harus tinggal dirumah sakit entah Mama suka atau tidak.” Wallace Mo lalu berdiri dan meninggalkan rumah sakit.

Victoria Gong melihatnya pergi lalu berkata, “Mama, jangan salahkan Wallace. Dia hanya khawatir.”

“Aku tahu.”

“Nah, kalau Mama tahu, mengapa Mama tidak ingin tinggal di rumah sakit? Apa Mama tahu? Wallace hanya tidur sebentar kemarin. Dia berangkat ke kantor dengan lingkaran hitam dibawah matanya. Wallace sudah berusaha mencari dokter terbaik untuk Mama. Tapi, kalau Mama tidak mau bekerjasama, semuanya sia-sia.” ujar Victoria Gong. Dia sangat berharap Ibu Mo bisa mengerti maksud hati Wallace Mo.

Ibu Mo terdiam.

Victoria Gong meraih tangan Ibu Mo, “Mama, lihatlah Papa. Aku ingat sebelum aku pergi, Papa masih sehat. Kini Papa beruban. Papa pasti sangat mengkhawatirkan Mama. Pagi ini ketika aku bertemu Papa, walaupun Papa tersenyum, namun aku bisa mendengar suara Papa yang sedih. Banyak orang yang peduli dengan Mama.”

Ibu Mo menatap Ayah Mo, lalu merasa bersalah.

“Aku tahu semua ini. Tapi, jangan membujukku lagi. Aku tidak ingin dirawat.”

Ayah Mo menghela nafas lalu berjalan ke jendela.

Victoria Gong mengerutkan dahi dan berkata, “Mama, apa Mama tidak tahu kondisi Mama? Harapan hidup tidak tinggi setelah leukemia kambuh. Dokter bilang jika Mama tidak menerima perawatan, hidup Mama hanya akan bertahan satu tahun lagi.”

Satu tahun?

Ibu Mo terkejut. Dia tidak tahu harus berkata apa. Apa satu tahun cukup?

“Ma.” Victoria Gong menggenggam tangan Ibu Mo, “Mama harus mau bekerjasama. Wallace akan menemukan dokter terbaik untuk Mama. Kami akan menemani Mama. Selama kita bersama, pasti ada keajaiban. Aku pernah dengar jika seseorang menjaga suasana hatinya, penyakit mereka bisa sepenuhnya sembuh. Kalau Mama tidak ingin dirawat, penyakit Mama akan semakin parah.”

Ibu Mo menatap Victoria Gong seakan hendak berbicara, namun ditahan.

“Mama ingin bicara apa barusan?”

“Victoria, apa kamu juga ingin Mama dirawat?”

Victoria Gong bingung, “Tentu, Mama juga orang tuaku. Mama tidak tahu betapa khawatirnya aku ketika Mama koma pagi ini. Aku sangat berharap Mama bisa pulih lagi.”

“Tapi…” Ibu Mo ragu.

“Ada apa, Ma?”

“Victoria, apa kamu tidak menyalahkan Mama?”

Victoria Gong mengerutkan dahinya. Mengapa pertanyaan Ibu Mo semakin aneh saja? Victoria Gong menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak.”

Ibu Mo menghela nafas dan berkata ke Ayah Mo, “Keluarlah dulu. Aku ingin bicara dengan Victoria.”

Ayah Mo mengangguk lalu keluar.

Victoria Gong terkejut. Ketika pintu tertutup, Victoria Gong bertanya, “Mama ingin bilang apa ke aku?”

Ibu Mo ingin menjelakan semuanya pada Victoria Gong, namun tidak tahu harus mulai dari mana.

“Victoria, apa ingatanmu sudah pulih sepenuhnya?”

Victoria Gong mengangguk, “Sudah.”

“Kamu ingat tentang Elizabeth Chu juga?”

Victoria Gong mengangguk. Kini dia mulai memahami mengapa Ibu Mo menanyakan pertanyaan aneh.

Ibu Mo menghela nafas dan mengingat Elizabeth Chu. Dia teringat ketika dirinya dan Elizabeth Chu memperalat Victoria Gong.

-------

Kepada para pembaca yang terhormat, terimakasih telah menyukai novel ini.... Novel ini akan segera berakhir, semoga anda bisa menyukainya...

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu