Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 274 Berita Bahagia (2)

Wallace Mo menyapu pandangannya ke ruangan itu lalu berhenti di ponsel yang ada di sampingnya. Dia berjalan dan mengambil ponsel itu. Dia baru menyadari ponsel itu tidak bisai dinyalakan.

Di masuk ke kamar untuk mandi dan mengganti bajunya. Dia membawa tas dokumennya lalu turun ke lantai bawah.

Ketika Wallace Mo hendak mengemudi, seseorang mengetuk jendela mobilnya. Orang itu adalah Elizabeth Chu. Wallace Mo membuka jendela mobilnya dengan enggan.

“Direktur Mo.” ujar Elizabeth Chu sambil tersenyum, “Dengar-dengar Nona Gong pergi dari rumah.”

Orang di kantor sedang ramai membicarakan hal tersebut dan sampai ke telinga Elizabeth Chu.

“Apa kamu ada keperluan lain denganku?” tanya Wallace Mo.

Elizabeth Chu tersenyum, “Tante menyuruh kita untuk datang makan malam.”

Sejak kapan Elizabeth Chu mulai menyampaikan kabar makan malam untuknya?

Wallace Mo menghela nafas dan menatap Victoria Gong.

Elizabeth Chu berpikir Wallace Mo menyetujuinya. Namun, Wallace Mo berkata, “Nona Chu, apa kamu pernah mendengar kata pepatah?”

“Pepatah apa?”

Wallace Mo menatap Elizabeth Chu seperti mengejeknya, “Setiap orang harus menyadari batasannya.”

Melihat raut wajah Elizabeth Chu berubah, Wallace Mo berkata, “Jangan anggap aku sekarang tidak memiliki isteri. Kamu tidak akan pernah bisa memasuki pintu rumah keluarga Mo.”

Wallace Mo lalu mengemudikan mobilnya. Dia tidak melihat Elizabeth Chu yang terduduk di lantai dengan tatapan nanar.

Wallace Mo pun tiba di kantor. Willy Mo berjalan bersamanya memasuki ruangan kerja.

Willy Mo langsung angkat bicara, “Direktur Mo, aku sudah menemukan isteri Anda.”

Wallace Mo terkejut, “Dimana dia?”

“Kemarin aku mengecek data di perusahaan penerbangan dan bertemu dengan salah satu staff yang mana adalah teman isteri Anda. Dia membantu isteri Anda membeli tiket pesawat dan menghapus rekam pembeliannya—”

“Langsung saja, dia ada dimana?” potong Wallace Mo.

“Dia ada di Kota Lin.”

“Cepat beli tiket paling awal.” ujar Wallace Mo tanpa ragu. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bahagiannya.

“Direktur Mo, aku sudah memesankan tiket untukmu, tapi pesawatnya sudah berangkat sepuluh menit yang lalu. Pesawat berikutnya baru ada dua jam lagi.”

“Mengapa kamu tidak langsung meneleponku tadi?” ujar Wallace Mo kesal.

“Aku sudah menelepon Anda. Namun, ponsel Anda mati.”

Wallace Mo baru teringat ponselnya rusak. Wallace Mo lalu memutar otaknya, “Siapkan pesawat untukku.”

“Baik.”

Di ruangan itu tinggal Wallace Mo seorang. Dia sangat senang, namun juga sedikit khawatir. Dia tidak tahu bagaimana reaksi Victoria Gong setelah bertemu dengannya nanti. Apakah akan bahagia atau jijik. Oh, iya, dia meninggalkan tempat ini, itu berarti Victoria Gong sudah tidak ingin lagi bertemu dengan Wallace Mo?

Victoria, aku datang. Tapi, apa kamu akan bahagia melihatku? Jika aku tidak pergi sekarang, kita tidak akan lagi memiliki masa depan. Namun, aku tidak ingin tinggal di kota ini tanpamu.

Hatinya berkecamuk. Dua puluh menit kemudian, Wallace Mo berada di pesawat menuju kota Victoria Gong berada.

Victoria, tunggu aku.

***

Ketika Victoria Gong bangun, hari sudah cerah. Dia meregangkan tubuh lalu bangun. Dia melihat keluar jendela. Cuaca hari itu sangatlah bagus.

“Selamat pagi, nak.” ujarnya lembut. Tanpa disadarinya, Victoria Gong akhirnya terbiasa dengan kehamilannya.

Dia turun ke lantai bawah. Orang yang terbiasa duduk di sofa sudah tidak terlihat. Apakah ada di kamar mandi? Victoria Gong mencarinya, namun tidak ketemu juga. Victoria Gong berjalan ke meja teh dan melihat ada secarik kertas dengan tulisan tangan diatasnya, ‘Tantio Liang’.

“Tantio Liang?” gumam Victoria Gong, “Mengapa mirip seperti nama anak kecil?”

Dia tertawa dan membuang secarik kertas itu. Sepertinya orang itu sudah pergi. Dia lalu berjalan ke dapur dan memasak sarapan.

Saat itu Victoria Gong berpikir, pria itu hanyalah tamu. Dia tidak tahu apa maksud dari nama diatas kertas itu, juga tidak tahu cerita apa yang akan dia miliki dengannya.

Setelah menghabiskan sarapannya, Victoria Gong tidak memiliki kesibukan apapun. Sebelumya, dia bisa makan dengan Berly Liu, atau jalan-jalan dengannya. Namun, sekarang…

“Aku tidak tahu apakah Berly mencariku atau tidak.” gumamnya lirih. Dia ragu apakah dia harus menelepon Berly Liu atau tidak. Kalau Victoria Gong meneleponnya, Berly Liu pasti khawatir. Berly Liu mungkin belum tahu kalau Victoria Gong telah pergi.

“Lupakan, akan kupikirkan lagi nanti.”

Victoria Gong tiba-tiba merasa bosan. Dia lalu berencana keluar rumah.

Dia berjalan tanpa arah. tanpa sadar, dia tiba di depan sebuah rumah sakit.

Apa aku harus mengecek kandunganku?

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu