Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 337 Selamat Tinggal, Tantio!

“Aku memang tidak ingin makan.” ujar Victoria Gong lalu kembali berbaring.

Wallace Mo dengan cepat menghampirinya. Dia tidak pernah menang dari Victoria Gong, “Bangunlah.”

Victoria Gong tertawa lalu bangun. Dia melihat Wallace Mo menghidangkan bubur kepiting dan dumpling kesukaannya. Dia melihat hidangan itu lalu menoleh ke Wallace Mo, “Banyak sekali. Aku tidak bisa menghabiskannya.”

Bagaimana mungkin? Wallace Mo membelikan makanan yang tepat dengan selera Victoria Gong.

“Makanlah yang banyak. Kamu bisa lapar lagi nanti tengah malam.” ujar Wallace Mo.

“Makanlah denganku.”

Wallace Mo tertawa.

***

Pagi itu, Wallace Mo berangkat ke kantor.

Willy Mo menanyakan tentang luka di wajah Wallace Mo, “Tuan Mo, apa yang terjadi?”

“Sebuah kemenangan.” jawabnya sambil tersenyum.

Willy Mo mengerutkan dahinya. Sebelum dia sempat bertanya lagi, Wallace Mo berkata, “Kerjakan pekerjaanmu.”

Lalu, hari itu pun dimulai.

Di rumah, Victoria Gong tidur hingga pukul 10 pagi. Suara bel rumah membangunkannya. Dia merasa kesal lalu bergegas membuka pintunya. Namun, orang yang berdiri diluar pintunya mengejutkannya.

“Victoria.”

Victoria Gong tersenyum lalu merapikan rambutnya yang berantakan, “Tantio, ada perlu apa kamu kesini?” ujarnya sambil mempersilakan Tantio Liang masuk.

“Bagaimana kamu bisa tahu alamatku?” tanya Victoria Gong.

Tantio Liang menatap Victoria Gong, “Apa kamu lupa siapa aku? Tidak sulit mencari alamatmu.”

Betul juga. Victoria Gong mengangguk.

“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Tantio Liang.

Victoria Gong terkejut. Setelah beberapa saat dia baru bisa mencerna pertanyaan Tantio Liang. Dia menggelengkan kepalanya, “Aku tidak apa-apa.”

Tantio Liang tersenyum dan berkata, “Baguslah kalau begitu. Victoria, kamu pasti tahu maksud kedatanganku.”

Tentu Victoria Gong tahu.

“Tantio, apa kamu ingat ketika kita pertama kali bertemu?”

“Bagaimana aku bisa lupa? Saat itu musuh-musuhku sedang mengejarku. Kamu menyelamatkanku. Saat itu kamu sedang hamil. Namun, entah mengapa aku bisa merasakan kalau kamu sedang tidak senang saat itu. Aku memutuskan untuk melindungimu dan Tuhan mengabulkannya.” ujar Tantio Liang.

“Jadi, Tantio, kamu paham kan kalau kamu bukan kekasihku?” Victoria Gong memikirkannya tadi malam. Pria yang dia cintai adalah Wallace Mo, bukan Tantio Liang.

Tantio Liang merasa khawatir, “Victoria, kita sudah bersama selama dua tahun. Apa kamu tidak memiliki perasaan sedikitpun kepadaku?”

“Awalnya, aku juga berpikir aku mencintaimu. Tapi, ketika aku bertemu dengan Wallace, aku sadar bahwa pria yang kucintai adalah dirinya.” ujar Victoria Gong yang terlihat senang ketika menyebutkan nama Wallace Mo .

Tantio Liang menatapnya. Dia ingin menggenggam tangan Victoria Gong, namun dia menghindar. Tantio Liang lalu bertanya dengan kaku, “Victoria, apa kamu tidak ingin mempertimbangkannya lagi?”

Mempertimbangkan?

Perasaannya untuk Wallace Mo tidak perlu dipertimbangkan lagi.

Victoria Gong menggelengkan kepalanya, “Tantio, aku benar-benar berterimakasih kamu sudah menyelamatkanku juga merawatku dua tahun ini. Tapi, kita berdua tahu kalau rasa peduli bukanlah cinta. Kupikir lebih baik kkita berteman saja. Maafkan aku.”

Maafkan aku?

Hal yang dibutuhkan Tantio Liang bukanlah permintaan maaf Victoria Gong. Dia menatap Victoria Gong dan berkata, “Victoria, bagaimana bisa kamu menganggap dua tahun itu dengan rasa peduli saja? apa kamu tidak ingat ketika kita di Inggris? Aku selalu menemanimu kemanapun kamu pergi ketika aku ada waktu. Kamu juga selalu menungguku dirumah. Coba kamu pikirkan, bagaimana mungkin hal seperti itu bukanlah cinta?” Victoria Gong adalah dunianya selama dua tahun itu. Tidak mudah baginya untuk melepaskannya.

Victoria Gong merasa malu. Dia tidak tahu harus bicara apa. Dia hanya bisa menunggu Tantio Liang untuk menyerah.

“Victoria.” Tantio Liang merengkuh Victoria Gong. Kali ini, dia tidak menolak, “Aku tahu kamu memiliki perasaan untukku. Kita bisa berjuang bersama demi kehidupan yang lebih baik nantinya. Percayalah padaku, aku bisa lebih baik dari Wallace Mo.”

Victoria Gong melepaskan tangan Tantio Liang dan berjalan menjauh. Dia laluu bertanya, “Tantio, apa kita tidak bisa jadi teman saja?”

“Tidak. Aku ingin kamu menjadi kekasihku.”

Hati Victoria Gong berkecamuk. Dia tidak ingin melukai Tantio Liang dengan kata-kata kasar, namun dia tidak memiliki pilihan lain, “Tantio, di hatiku, kamu tidak sebanding dengan Wallace.”

Bagi pria, hinaan terbesar adalah membandingkannya dengan pria lain.

Tantio Liang hening. Dia lalu menatap Victoria Gong dengan penuh amarah.

“Tantio, “ ujar Victoria Gong, “dengarkan aku. Lupakan aku ketika kamu meninggalkan China. Aku percaya kamu akan menemukan wanita yang jauh lebih baik dari diriku. Kamu pantas untuk itu.”

“Victoria, kamu tahu kekuatanku. Apa kamu tidak takut jika aku dan Wallace berkelahi, aku bisa menghancurkan bisnisnya?”

Victoria Gong tertawa mendengarnya, “Aku tahu kamu sangat berkuasa. Namun, jika Wallace semudah itu kamu hancurkan, maka itu bukan Wallace yang selama ini kukenal.”

“Mengapa kamu yakin sekali?”

Victoria Gong mengangguk. Walaupun dia tidak percaya pada dirinya sendiri, namun dia sepenuhnya percaya pada Wallace Mo.

Tantio Liang berniat menakut-nakuti Victoria Gong. Dia tidak menyangka Victoria Gong akan mengatakan hal seperti itu. Hatinya terluka. Dia sedikit kehilangan kendali dirinya. Mungkin, tentang Victoria Gong, dia sendiri tidak yakin.

“Tantio, aku paham kamu berusaha sekuat tenaga untuk menjadi yang terbaik selama dua tahun kita bersama. Tapi, aku tidak mencintaimu. Maafkan aku.”

Aku tidak mencintaimu.

Maafkan aku.

Tantio Liang merasa hatinya terbakar ketika dia mendengarnya. Dia memeluk Victoria Gong dan berniat menciumnya.

Victoria Gong berusaha sekuat tenaga untuk menghindar. Dia akhirnya berhasil melepaskan diri dari Tantio Liang lalu menamparnya, “Tantio, mengapa kamu begini?”

Tamparan itu seakan menyadarkan Tantio Liang. Dia menatap Victoria Gong dan menyesali perbuatannya. Bagaimana bisa dirinya begitu? Selama dua tahun itu, dia tidak pernah memaksanya. Lalu, ada apa dengannya hari ini?

“Victoria, maafkan aku.”

Victoria Gong berdiri sambil menatapnya, “Pergilah.”

Dia sudah kehabisan tenaga untuk menghadapi Tantio Liang.

“Victoria, apa kamu tidak ingin kembali ke Inggris denganku?” Tantio Liang berdiri dan bertanya.

Melihat sikap Tantio Liang, Victoria Gong tidak bisa lagi menahan dirinya, “Tantio, hubungan kita tidak mungkin berlanjut. Aku hanya mencintai Wallace. Aku hanya bisa berterimakasih padamu. Kupikir, ini semua sudah takdir Tuhan. Tuhan sudah menguji kita berdua jadi kita harus mengalami ini semua. Takdir kita hanya sebatas teman, bukan sepasang kekasih.”

“Victoria.” isak Tantio Liang.

Victoria Gong tersenyum, “Tantio, aku sangat senang bisa bertemu dengannmu. Aku sangat berterimakasih kamu sudah menolongku dua tahun ini.”

Tantio Liang tersenyum pahit, “Baiklah, Victoria, kalau begitu aku akan membatalkan pertunangan kita.”

“Terimakasih.”

Tantio Liang menggelengkan kepalanya, “Aku yang harus berterimakasih. Aku tahu hubungan kita sudah berakhir ketika aku bertemu denganmu kemarin. Ketika kamu melihatku, kamu menatapku dengan biasa. Namun, ketika kamu menatap Wallace Mo, kamu menatapnya dengan hangat. Aku tahu antara kami, kamu akan memilih Wallace Mo. Namun, aku tidak rela, jadi aku mengunjungimu hari ini. Tidak kusangka hasilnya sama saja. Aku terlalu impulsif. Maafkan aku.”

“Tidak apa-apa.” Victoria Gong tersenyum lalu mengusap kepalanya. Kini, Tantio Liang tidak lagi berusaha menciumnya.

“Aku harap kamu bahagia. Jika dia tidak memperlakukanmu dengan benar, kamu bisa mencariku kapanpun. Aku akan selalu menunggumu.”

“Tantio, jangan tunggu aku.” ujar Victoria Gong. Dia takut Tantio Liang akan berharap dan menyia-nyiakan kesempatan dalam hidupnya.

Tantio Liang tertawa, “Kita tetap teman, ‘kan?”

“Ya, teman.” Victoria Gong menghela nafas lega.

Tantio Liang menatap Victoria Gong. Dia ingin lebih lama melihatnya. Namun, kini tatapannya berbeda, “Victoria, aku pamit dulu.”

“Sampai jumpa.”

Tantio Liang berjalan ke pintu. Namun, dia kembali lagi ke Victoria Gong dan bertanya, “Victoria, bolehkah aku menyentuhmu untuk yang terakhir kalinya?”

Victoria Gong tersenyum. Dia mengambil inisiatif dan menepuk-nepuk pundak Tantio Liang, “Tantio, kamu harus jaga diri baik-baik.” ujar Victoria Gong, “Ada berita baik. Aku hamil.”

Tantio Liang terkejut, tidak tahu harus bagaimana.

Victoria Gong bertanya, “Ada apa? Apa kamu terkejut?”

Tantio Liang tersenyum, “Selamat. Kabari aku ketika bayimu lahir. Aku akan memberinya angpau yang banyak.”

Victoria Gong tersenyum lalu mengangguk. Tantio Liang berbalik badan dan beranjak dari rumah Victoria Gong.

Victoria Gong melihatnya pergi. Ketika Tantio Liang tiba di lantai bawah, Victoria Gong berjalan perlahan ke jendela. Dia melihatnya masuk ke mobil dan mengemudi menjauh.

Saat itu juga, kenangannya bersama dengan Tantio Liang muncul di benaknya. Dia tahu Tantio Liang sudah banyak menolongnya, namun dia tidak mencintainya. Jadi, dia harus merelakannya.

Victoria Gong melihat keluar jendela dan berusaha melupakan kenangan itu. Mereka hanya teman. Bahkan mungkin, mereka tidak akan bertemu lagi.

Maafkan aku, Tantio.

Selamat tinggal.

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu