Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 338 Leukimia yang Kambuh

Victoria Gong duduk agak lama di tepi jendela. Entah mengapa, dia merindukan Wallace Mo. Dia tersenyum lalu berdiri dan mandi. Setelah mengenakan pakaiannya, dia pergi ke Perusahaan Mo.

Setelah tiba, Victoria Gong membuka pintu perlahan dan mendapati Wallace Mo yang sedang sibuk bekerja. Dia berjalan perlahan dari arah belakang Wallace Mo lalu menutup mata pria itu dengan kedua tangannya.

“Tebak siapa aku.” ujar Victoria Gong.

Wallace Mo tahu itu adalah Victoria Gong. Namun, Wallace Mo berniat mengusilinya. Dia meletakkan penanya, lalu menebak dengan serius, “Vivi?”

“Bukan.”

“Vina?”

“Bukan.”

“Via?”

Akhirnya, Victoria Gong kesal dan melepaskan tangannya, “Siapa Vivi, Vina, dan Via?”

Wallace Mo tersenyum lalu menarik Victoria Gong kedalam pelukannya. Wallace Mo menyibakkan rambut Victoria Gong ke punggungnya, “Aku hanya menjailimu.”

“Benarkah?”

Wallace Mo mengangguk. Dia tidak berbohong. Mana berani dia melakukan hal seperti itu?

Victoria Gong tersenyum, “Baiklah.”

Dia lalu memeluk Wallace Mo dan menyandarkan kepalanya ke Wallace Mo.

“Ada apa?” tanya Wallace Mo. Dia tahu Victoria Gong sedang memikirkan sesuatu.

“Wallace.” panggil Victoria Gong.

“Hm.”

“Tantio datang ke rumah hari ini.”

Wallace Mo langsung melepaskan pelukannya dan menatap Victoria Gong, “Apa yang dia lakukan di rumah? Apa kamu ingin kembali ke Inggris dengannya? Apa yang kamu katakana padanya?” Wallace Mo merasa khawatir.

Victoria Gong tertawa ketika dia melihat Wallace Mo begitu mencemaskannya. Dia bahagia.

“Aku serius.” ujar Wallace Mo tegang.

Victoria Gong berhenti tertawa, “Dia ingin aku kembali ke Inggris dengannya, tapi aku menolaknya.”

Victoria Gong tidak mungkin melakukannya.

Wallace Mo menghembuskan nafas lega setelah mendengar jawabannya. Untung saja Victoria Gong tidak meninggalkannya.

Victoria Gong merasa sedih melihat Wallace Mo begini. Dia lalu mengusap wajahnya, “Apa kamu khawatir aku akan pergi dengannya?”

Wallace Mo mengangguk, “Victoria, ketika kamu kembali, aku pikir itu mimpi. Aku takut kamu akan meninggalkanku lagi setelah aku bangun.”

“Tidak. Kita tidak akan berpisah lagi.” ujar Victoria Gong. Mereka sudah melalui banyak rintangan. Tuhan tidak akan menguji mereka lagi.

Wallace Mo tersenyum sambil memeluk Victoria Gong, “Victoria, katakana kamu tidak akan meninggalkanku lagi.”

Victoria Gong memeluk Wallace Mo. Victoria Gong sering merasa dirinya lemah. Ketika dihadapkan dengan masalah yang menyangkut Victoria Gong, Wallace Mo juga merasa tidak tenang. Mungkin, selama dua tahun kepergian Victoria Gong, Wallace Mo sudah banyak menderita seorang diri.

“Wallace, aku mencintaimu.”

Suara itu terdengar indah di telinga Wallace Mo. Dia mencium dahi Victoria Gong dan memeluknya erat. Wallace Mo berpikir, tidak ada lagi yang akan bisa memisahkannya dengan Victoria Gong.

Namun, mereka tidak tahu rencana Tuhan. Kebahagiaan tidak semudah itu datang.

***

Setelah makan siang dengan Wallace Mo, Victoria Gong mencari alasan untuk pergi karena dia tahu Wallace Mo sangat sibuk.

Dia tidak tahu harus kemana. Ketika dia berada di dalam taksi, dia berkata, “Tuan, bawa aku memutari kota ini.”

Entah berapa lama taksi itu sudah membawa Victoria Gong berkeliling. Victoria Gong benar-benar tidak tahu harus kemana. Supir lalu bertanya, “Nona, apa anda ingin pergi ke suatu tempat?”

Victoria Gong melihat keluar jendela. Dia tiba-tiba teringat akan Ayah dan Ibu Mo. Dia sudah lama kembali. Jadi, dia berniat mengunjungi mereka kali ini. Victoria Gong lalu mengatakan alamat tujuan ke supir.

Tiga puluh menit kemudian, taksi berhenti didepan rumah keluarga Mo. Victoria Gong membayar lalu turun. Dia melihat pintu rumah itu setelah dua tahun lamanya. Kondisinya tidak banyak berubah.

Victoria Gong lalu mengetuk pintunya. Bukan Ayah atau Ibu Mo yang membukakan pintunya, namun seseorang yang tidak dia kenal.

“Siapa kamu?” tanya Victoria Gong.

Wanita itu tersenyum, “Saya tahu anda adalah nona muda keluarga ini. Saya pernah melihat foto anda. Saya seorang suster. Nama saya Ibu Zhang. Silakan masuk.”

Victoria Gong memasuki rumah itu sambil tersenyum. Ketika tiba di ruang tamu, dia sama sekali tidak melihat Ayah dan Ibu Mo. Dia bahkan tidak melihat William. Dia berbalik badan dan bertanya pada Ibu Zhang, “Ibu Zhang, dimana ayah dan ibuku?”

“Saya tidak tahu.” jawabnya.

Victoria Gong terkejut. Bukannya Ibu Zhang suster rumah ini? Bagaimana bisa dia tidak tahu kemana majikannya pergi?

“Kapan mereka pergi? Kapan mereka kembali?”

Ibu Zhang menggelengkan kepalanya, “Saya hanya bertanggung jawab untuk memasak dan menjemput anak. Saya tidak berani bertanya urusan tuan dan nyonya. Jadi, saya tidak tahu.”

Victoria Gong bertanya lagi, “Apa kamu tahu nomor telepon mereka? Aku belum menemui mereka dua tahun ini. Aku tidak tahu apakah nomor telepon mereka sudah berubah atau belum.”

“Saya tahu.” Ibu Zhang tersenyum lalu memberitahu Victoria Gong nomor telepon majikannya.

Victoria Gong langsung meneleponnya, namun tidak diangkat. Mungkin mereka tidak mendengar dering ponselnya atau mungkin mereka sedang sibuk. Dia meletakkan ponselnya lalu merasa gelisah.

Melihat Victoria Gong yang gelisah, Ibu Zhang lalu berkata, “Nona, saya tidak tahu saya boleh mengatakan hal ini atau tidak.”

“Ada apa?” tanya Victoria Gong.

Ibu Zhang mencoba mengingat-ingat, “Ketika awal saya bekerja disini, nyonya masih sangat sehat, bahkan sering menjemput William bersama saya. Namun, beberapa tahun terakhir, kondisinya memburuk, wajahnya tidak lagi berseri. Kadang, nyonya berbaring di sofa setengah hari.”

Victoria Gong terkejut mendengarnya. Ada yang aneh, “Apa ada yang lain?”

Ibu Zhang menggelengkan kepalanya.

“Bagaimana mungkin?” bisik Victoria Gong.

“Saya ingat nyonya sering meminum obat akhir-akhir ini.” tambahnya.

Minum obat? Mengapa harus minum obat? Dia teringat Ayah dan Ibu Mo pernah membohongi mereka. Dulu Ayah dan Ibu Mo bilang mereka pergi berlibur, namun ternyata mengambil perawatan untuk mengobati leukimianya.

“Obat macam apa yang mama minum? Apa dia sakit?”

Ibu Zhang menggelengkan kepalanya, “Saya tidak tahu.”

“Apa kamu bisa mengambil obat itu untukku?”

“Obatnya ada dikamar nyonya. Saya tidak berani masuk.”

Victoria Gong tersenyum lalu berjalan menuju kamar Ibu Mo. Dia membuka satu per satu laci lemari. Ada banyak obat didalamnya. Dia mengambil sebotol, namun dia tidak paham juga guna obat itu.

Victoria Gong berniat bertanya kepada orang yang lebih tahu. Dia lalu memasukkan botol itu ke tasnya dan berjalan keluar kamar.

Ibu Zhang menunggu diluar, “Bagaimana?”

“Terimakasih, Ibu Zhang. Jangan bilang ke mereka kalau aku berkunjung hari ini.”

Victoria Gong lalu memanggil taksi dan menuju ke apotek terdekat.

“Halo.” Victoria Gong menyapa karyawan didalam. Dia lalu mengambil obat itu dan menunjukkannya pada karyawan tadi, “Apa anda bisa membantuku mencaritahu guna obat ini?”

“Baik.” karyawan itu mengambil botol obat itu.

Victoria Gong menatap karyawan itu sambil berharap itu obat untuk penyakit biasa. Namun, karyawan itu lalu berkata, “Ini obat untuk leukemia.”

Victoria Gong terkejut ketika mendengarnya. Dokter bilang leukemia Ibu Mo sudah sembuh dan tidak akan muncul lagi. Lalu, bagaimana bisa begini?

“Nona?”

Victoria Gong tersadar lalu mengambil obat itu kembali, “Terimakasih.”

Dia mengunjungi apotek lain namun jawabannya sama saja.

Victoria Gong berdiri di pintu apotek itu. Matanya mengawang. Dia sangat senang bisa berjumpa Ayah dan Ibu Mo lagi. Namun, leukemia Ibu Mo kambuh.

Victoria Gong meraih ponselnya lalu menelepon Wallace Mo. Dia sudah tahu apa yang terjadi.

Saat itu, Wallace Mo sedang berada ditengah meeting. Ketika melihat nama Victoria Gong di layar ponselnya, dia membuat tanda untuk menghentikan meeting sejenak.

“Victoria.”

Victoria Gong tidak bisa menahan dirinya. Sambil menggenggan ponselnya erat, Victoria Gong berkata, “Wallace, ada kemungkinan leukemia mama kambuh.”

“Victoria, ini bukan bahan guyonan.”

Victoria Gong menahan isak tangisnya, “Ini betulan. Aku kerumah mama tadi. Mereka tidak ada di rumah. Suster bilang mama sering minum obat akhir-akhir ini. Jadi, aku mengambil obatnya dan pergi ke apotek. Karyawan di apotek bilang itu obat untuk leukemia.”

Wallace Mo terdiam.

“Wallace, apa yang harus kulakukan sekarang?”

Wallace Mo berusaha menenangkan dirinya terlebih dahulu, “Victoria, cepat ke kantor sekarang.”

“Baiklah.”

“Hati-hati. Jangan khawatir.” ujar Wallace Mo.

“Aku tahu.”

Victoria Gong lalu memanggil taksi dan berangkat ke Perusahaan Mo.

Novel Terkait

Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu