Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 183 Tidak ada bedanya dengan disambar petir (1)

"Ada apa?" Victoria bertanya dengan wajah polos, tanpa mengetahui ekspresinya yang seperti ini makin membuat Wallace tidak bisa menahan diri.

"Beberapa hari ini kamu sangat jarang menemaniku, kamu akan membalas dengan apa?" Wallace berbisik, kedua alisnya terangkat.

Sudah jadi suami istri selama ini, Victoria otomatis tahu apa maksud Wallace, dia ingin melepaskan diri dari pelukan Wallace, tapi Wallace memeluknya terlalu erat.

"Baru selesai makan, terlebih lagi, aku sangat lelah...." Victoria bersikap manja, berharap suaminya melepaskannya.

"Cocok untuk olahraga, ayo, istriku..."

Panggilan 'istriku' sangat menggoda, Victoria seketika sudah tergoda, dia berjinjit mencium bibir Wallace, tangannya memeluk erat pinggang Wallace.

Wallace tentu saja senang menerima ciuman dari istrinya, nafsunya langsung meningkat, seketika, mereka sudah tenggelam dalam nafsu.

Selesai olahraga, Victoria baru teringat, mereka sekarang ada di ruang tamu, terlebih lagi, mereka tadi melakukannya di atas sofa, di atas sofa! Hal ini membuat Victoria curiga suaminya mempunyai hobi aneh.

Namun yang ada dipikiran Wallace adalah, untung saja dia membeli sofa yang besar dan lebar, sangat cerdas.

"Suamiku!" Victoria tiba-tiba teringat sesuatu, berteriak memanggil Wallace.

"Kenapa, masih ingin?" Wallace tertawa, mencium telinga Victoria berkali-kali, tangannya menyentuh dada Victoria.

"William Mo, dasar cabul!" Victoria memukul tangannya, bibirnya maju.

"Kalau begitu ada apa?" William tidak emosi, malah berusaha menghibur Victoria dengan lembut.

"Aku tiba-tiba teringat ayah dan ibu, beberapa hari ini sibuk menjaga William, sama sekali lupa bertanya bagaimana liburan mereka." Wajah Victoria penuh dengan ekspresi bersalah.

"Tidak apa-apa, mereka tidak akan menyalahkanmu. Hari ini sudah malam, besok baru telepon saja." Wallace mengelus kepala Victoria, menasehatinya dengan suara lembut.

"Baiklah, suamiku, kamu sangat baik." Victoria memeluk Wallace, kepalanya terus berusaha masuk ke pelukannya, seperti ingin masuk ke hatinya.

Dan Wallace yang melihat kelakuan Victoria sekarang, hatinya berdetak kencang, dia pun membalikkan tubuhnya, dan menekan Victoria di bawah tubuhnya.

"Istriku, mau makan dessert setelah makan malam?"

Saat ini kata-kata yang paling cocok untuk mendeskripsikan Wallace adalah 'tertawa berbunga-bunga'. Victoria tidak mungkin tidak mengerti.

"Tidak mau! Tidak mau! Tidak mau!" Victoria memukul Wallace dengan pukulan ringan, dia tahu jelas apa yang akan terjadi padanya, oleh karena itu dia menolak dengan cepat.

"Tapi aku ingin."

Kemudian, Wallace langsung menekan Victoria, kedua tangannya menggoda Victoria dengan lihai, menyentuh seluruh tempat sensitif Victoria. Victoria akhirnya pun mengalah, tenggelam dalam sentuhan Wallace.

Lagi-lagi terjadi hal yang tidak bisa dideskripsikan.

Keesokan harinya, setelah selesai sarapan Victoria langsung bergegas ke rumah sakit menemani William, sudah lewat beberapa hari, keadaan William juga sudah baikan, wajahnya juga sudah merah natural.

Pas sudah saatnya William makan obat, Victoria pun berjalan keluar dari kamar bermaksud memanggil perawat, tapi ketika dia berjalan sampai ke ujung koridor, dia baru sadar di ujung satunya lagi ada keributan, sepertinya ada pasien yang sedang dalam keadaan darurat.

Hal seperti ini sangat sering terjadi di rumah sakit, Victoria tidak ingin peduli, terlebih lagi dia juga tidak bisa membantu apa-apa, tapi, ketika dia melirik ke arah keributan, tanpa sengaja dia melihat seseorang familiar.

"Tidak mungkin."

Victoria sambil berkata sambil berjalan ke arah keributan, mengikuti orang-orang itu lumayan lama, berjalan sampai ke pintu kamar darurat. Ketika dia melihat wajah orang yang berdiri di depan kamar darurat, dia pun membeku, benar adalah ayah Mo.

"Ayah." Victoria memanggilnya, dengan perlahan berjalan ke sisi Ayah Mo.

Ketika Ayah Mo melihat Victoria, dia pun kaget, dia tidak menyangka akan bertemu di rumah sakit, kalau begitu hal ini sudah tidak bisa disembunyikan lagi.

"Ayah, ayah kenapa ada disini?" Victoria sangat tidak sabar ingin tahu mengapa mereka yang seharusnya liburan bisa ada di rumah sakit.

"Nanti baru kita bicarakan, tunggu ibumu keluar dari kamar darurat dulu." Ayah Mo melambaikan tangannya, dengan perasaan berat duduk di kursi yang ada di samping kamar darurat.

Ibu ada di kamar darurat?

Victoria merasa pikirannya kosong, kemarin masih sedang memikirkan mereka, tidak disangka hari ini jadi seperti ini....

Dia mengeluarkan ponselnya dengan tangannya yang gemetaran, menghubungi seseorang.

Ketika Wallace melihat Victoria menghubunginya, dia tepat baru selesai rapat, dia pun dengan senang menekan tombol terima.

"Istriku?" Wallace memanggilnya dengan mesra, matanya penuh dengan kasih sayang.

"Suamiku, kamu cepat datang ke rumah sakit." kedua tangan Victoria meremas ponselnya, takut tanpa sengaja ponselnya jatuh, dia sudah hampir tidak bertenaga.

"Ada apa?" Wallace merasakan perbedaan nada suara Victoria, dia merasa sangat khawatir, dia pun bertanya dengan panik.

"Begitu datang kamu pasti tahu, di rumah sakit tempat William dirawat."

Wallace tidak sempat berkata apa-apa, dia langsung menutup teleponnya, berlari ke parkiran mobil, membuka mobil, kemudian langsung mengemudi dengan kecepatan tinggi, juga melanggar beberapa lampu merah, dia benar-benar takut terjadi apa-apa dengan Victoria.

Setelah lewat 15 menit, Wallace pun dengan nafas terengah-engah sampai ke depan pintu kamar darurat, melihat Victoria baik-baik saja berdiri di depan pintu, jantungnya yang berdetak kencang perlahan-lahan melambat ketika berjalan ke arah Victoria.

"Victoria, baguslah kalau kamu tidak apa-apa." Wallace langsung memeluk Victoria.

Setelah ada pelukan Wallace, Victoria pun seperti mempunyai penopang, tapi ada Ayah Mo disini, dia pun segera menyimpan suasana hatinya, dengan ringan mendorong Wallace, kemudian pandangannya tertuju kepada Ayah Mo.

Wallace mengikuti pandangan Victoria, melihat orang yang dipikirnya tidak mungkin dilihatnya, ekspresinya kaget. Dia melepaskan Victoria, berjalan menuju sisi Ayah Mo.

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu