Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 358: Aku Rindu Ibu

Di sisi lain, hotel.

Willy Mo menelepon Wallace Mo dan kembali ke hotel dari bandara untuk bertemu dengannya.

"CEO Mo, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" Tanya Willy Mo.

Wallace Mo berdiri di dekat jendela dan berpikir, baru saja Willy Mo mengatakan bahwa Victoria Gong dibawa ke Inggris, dan Inggris adalah tempat dia tinggal selama dua tahun itu. Jika tidak salah dugaan, maka seharusnya mereka yang melakukan ini semua. Dia mengerutkan bibir dan berkata, "Temani aku ke Inggris, pesan tiket yang paling pagi berangkatnya."

"Baik." Willy Mo mengangguk, dia langsung keluar dari kamar begitu selesai menjawabnya.

Wallace Mo mengerutkan kening, memikirkan apa yang harus dilakukan ketika tiba di Inggris, dia harus tahu bahwa itu bukan tempatnya, bahkan jika dia memiliki kemampuan yang hebat, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya, kemudian kembali ke rumah Mo dengan apa yang ditinggalkan Victoria Gong.

Yang mengejutkan, ketika dia kembali ke rumah Mo, lampu rumah masih terang benderang. Yang harus diketahui adalah, ibu ayah Mo selalu tidur lebih awal. Dia memasuki ruang tamu dan melihat mereka duduk di sofa, mereka tampak sangat sedih.

"Ibu ayah, kenapa kalian belum tidur?" Ucap Wallace Mo lalu duduk di samping mereka.

Ibu Mo menatapnya dan bertanya, "Apa kamu sudah menemukan Victoria Gong dan cucuku?"Dengan masalah sebesar itu, tentu saja mereka tidak bisa beristirahat dengan tenang.

"Sudah ditemukan." Jawab Wallace Mo, "Tetapi mereka pergi ke Inggris."

Inggris?

Ibu dan ayah mo saling melirik dan bertanya, "Kenapa pergi ke Inggris? Siapa yang membawa mereka pergi?"

"Itu tidak penting. Willy Mo dan aku akan pergi ke sana dan kami pasti akan membawa mereka kembali. Kalian jangan khawatir. Beberapa hari ke depan aku akan merepotkan kalian untuk merawat William." Ucap Wallace Mo.

Ibu Mo mengangguk dan berkata, "Tenang saja, aku akan merawat William dengan baik. Tapi kamu dan Willy Mo, kalian harus memperhatikan keamanan, kalian berempat harus pulang dengan selamat."Mereka tahu, orang yang membawa Victoria Gong pasti bukan orang yang berkarakter biasa.

"Baik." Wallace Mo tersenyum dan berkata, "Kalau begitu aku akan pergi melihat William dulu."

"Pergilah."

Mendengar ini, Wallace Mo langsung pergi ke atas untuk mengambil barang-barang. Dia membuat pintu kamar William pelan, ruangan yang gelap, William pasti sudah tidur. Dia melipatkan bibirnya, ia pergi ke samping tempat tidur, lalu menyalakan lampu meja.

Namun, begitu lampu dinyalakan, William membuka matanya dan memandang dirinya.

Wallace Mo bertanya: "William, kenapa kamu belum tidur?"

"Ayah." William berteriak, berkata, "Aku tidak bisa tidur, aku merindukan Ibu dan Joe."

Wallace Mo tersenyum dan menyentuh kepala William, berkata, "Jangan khawatir, mungkin kamu bisa melihat ibumu dua hari lagi."

"Benarkah?"

Wallace Mo mengangguk dan berkata, "Ayah akan pergi ke luar negeri nanti. Turuti kakekmu dengan baik. Ayah akan membawa ibu dan adik pulang beberapa hari lagi, mengerti?"

"Mengerti, aku akan patuh." William tersenyum manis.

Wallace Mo memandang William, mengerutkan kening, dan berkata, "Bisakah kamu tidur sekarang?"

"Ya, aku akan segera tidur." William langsung memejamkan matanya.

Wallace Mo membantu William menutupi selimut dan menatapnya dengan kelembutan di wajahnya. Setelah William tertidur, Wallace Mo berjalan keluar dari kamar dengan pelan.

Saat itu, dia baru saja masuk ke kamarnya, ia langsung menerima telepon dari Willy Mo, "CEO Mo, pesawat akan berangkat dalam empat puluh menit."

"Baiklah." Setelah menutup telepon, Wallace Mo mengganti setelan jas dan pergi ke bandara. Empat puluh menit kemudian, dia naik pesawat menuju Inggris.

……

Waktu berlalu dengan cepat, dan waktu yang dihabiskan oleh Victoria Gong dan Joe pun terus berkurang satu menit satu detik.

Tepat setelah Victoria Gong menidurkan Joe di tempat tidur, pengurus Lin membuka pintu dan berjalan masuk. Victoria Gong juga tahu bahwa dirinya dan Joe akan dipisahkan.

"Nona, kamu harus beristirahat." Ucap pengurus Lin.

Victoria Gong menjulurkan bibirnya, melirik Joe, dan memandangi pengurus Lin seolah-olah dia memintanya untuk tinggal bersama Joe sebentar.

Pengurus Lin tidak berkompromi sedikit pun, ia berkata, "Nona, ketika Tuan tahu, besok-besok jangan berharap ingin bertemu dengannya lagi."

"Baiklah." Victoria Gong menghela nafas dan berkata, "Pengurus Lin, tolong jaga dia dengan baik. Dia bangun dua kali semalam, kadang-kadang dia ingin minum susu, kadang ingin buang air kecil. Dia sangat suka menangis di malam hari, kamu harus sabar."Saat dia berkata, dia menatap Joe yang sedang tidur dengan sangat enggan.

"Baik." Ucap pengurus Lin.

Victoria Gong tersenyum dan berkata, "Terima kasih."Setelah berbicara, dia mencium kening Joe, kemudian mengikuti pengurus Lin naik ke kamarnya.

"Nona, istirahatlah dengan baik." Sambil berbicara, pengurus Lin pergi dan dengan lembut menutup pintu.

Victoria Gong memandangi ruangan ini. Ruangan ini adalah ruangan yang pernah ia tempati dulu, gaya dekorasinya tidak berubah. Pada titik ini, dia tidak tahu apakah dia harus marah atau bernostalgia. Dia dulu berpikir bahwa ingatan itu sangat baik. Sekarang memikirkannya bagaikan mimpi buruk. Dia lebih suka tidak hidup dalam dua tahun itu.

Dia melihat sekeliling dan menemukan telepon bergaya Cina di meja samping tempat tidur. Dia tersenyum, bergegas mengambilnya, dan ingin memanggil Mo Zhaoy, tetapi ternyata telepon itu hanya hiasan saja.

"Juga, bagaimana mereka bisa begitu baik." Victoria Gong berkata dengan kecewa dan mengembalikan mikrofon telepon itu.

Dia melihat malam di luar jendela dan memikirkan Wallace Mo. Jika semuanya berjalan dengan baik, Joe akan memiliki pesta 100 hari yang sempurna. Dia sekarang seharusnya berada dalam pelukan Wallace Mo, mau tidur bersama ataupun mengobrol berdua. Faktanya adalah Victoria Gong dan Joe dibawa ke Inggris, terpisah dari Wallace Mo.

"Juga tidak tahu apakah William sedang menangis atau tidak." Victoria Gong bergumam. Setelah memahami William, William tidak bisa terlepas darinya. Sebelum tidur, Victoria Gong pasti selalu membacakan dongeg untuknya, oleh karena itu, Victoria Gong sedang khawatir apakah William tertidur nyenyak atau tidak.

Dia menghela nafas dan mengerutkan kening, berpikir dalam hatinya, hari esok dan kecelakaan itu mana yang datang lebih dulu. Dia tidak menyangka jamuan bahagia seratus hari akan berakhir seperti ini. Dia juga berpikir, sejak dirinya menikah dengan Wallace Mo, penderitaan tiada henti datang menghampirinya. Seolah-olah Tuhan sengaja menantang mereka.

"Wallace, kamu harus datang." Ucap Victoria Gong. Pada saat ini, dia terisolasi dan tak berdaya, hanya bisa berharap Wallace Mo akan muncul, lalu menyelamatkan dirinya. Victoria Gong dan Wallace Mo sudah melewati banyak hal, setiap kalinya pasti bisa melewatinya dengan tenang, tapi kali ini, dia merasa sangat samar dan tidak sesederhana itu. Karena saat ini, lawan mereka bukan orang lain, melainkan Marvin Liang yang berada di pusat perhatian di Inggris.

Dia sedang sangat khawatir, tiba-tiba mendengar suara— "Victoria."Dia berbalik untuk melihatnya, ternyata Tantio Liang yang sudah lama tidak bertemu dengannya.

Tantio Liang kembali dari bar dalam keadaan mabuk. Dia terhuyung-huyung naik ke atas, langsung melihat dari pintu kamar tempat Victoria tinggal.

"Aneh, kenapa pintu ini terbuka?" Dia bergumam. Dalam pikirannya, dia pernah memerintahkan bahwa hanya pengurus rumah tangga yang diizinkan masuk ke kamarnya untuk membersihkannya, dan orang lain tidak boleh masuk. Kenapa lagi ini?

Dia sedikit marah, membuka pintu, tetapi malah melihat punggung yang tampak seperti Victoria Gong. Dia bingung, dengan ragu berteriak, "Victoria."

Victoria Gong mendengarnya, ia berbalik untuk menatapnya.

Tantio Liang sedikit senang saat melihat wajah Victoria Gong, tapi dia tidak bisa mempercayainya. Dia mendekati Victoria Gong, meraih lengannya, berkata, "Victoria, apakah itu benar-benar kamu? Mungkinkah halusinasiku saja?"Karena sebelum itu, dia sering melihat Victoria Gong, dan setiap kali dia mendekat, pasti mendapati itu bukanlah Victoria Gong.

Victoria Gong mengerutkan kening saat dia mencium bau tubuh Tantio Liang. Marvin Liang benar, Tantio Liang benar-benar berubah menjadi seperti ini.

"Victoria, benarkah itu kamu?"Tantio Liang sedikit bersemangat dan bertanya lagi.

Victoria Gong melipatkan bibirnya, melepaskan tangan Tantio Liang dari tubuhnya, dan berkata, "Tantio, kamu mabuk."

Mendengarkan suara yang sangat familiar di telinganya, melihat wajah yang familiar dengannya, Tantio Liang baru yakin wanita yang di depannya adalah Victoria Gong yang ia dambakan. Dia tersenyum, tiada hentinya memeluknya, dan berkata, "Victoria, kamu sudah pulang. Apakah kamu tahu? Aku sangat merindukanmu, sangat sangat merindukanmu."

Karena sentuhan Tantio Liang, Victoria Gong merasa tidak nyaman. Dia mencoba yang terbaik untuk mendorong Tantio Liang menjauh dan berkata, "Tantio, kamu mabuk!" Dengan nada bicara tidak suka.

Tapi Tantio Liang masih tersenyum senang, dia menatap Victoria Gong yang sudah lama tidak ia lihat, Tantio Liang hampir tidak bisa berkata apa-apa.

Victoria Gong memandangnya yang seperti ini, benar-benar tidak menyukainya. Victoria Gong ingin meninggalkan ruangan ini, tapi malah ditahan oleh Tantio Liang.

"Victoria, kamu mau kemana? Apa kamu akan pergi lagi? Jangan pergi!" Ucap Tantio Liang dengan tatapan yang menyedihkan.

Victoria Gong menoleh menatapnya, timbul sedikit kasihan dalam hatinya. Dipikir-pikir ini juga bukan kesalahan Tantio Liang, dirinya tidak perlu begitu kejam. Dia berkata dengan ramah, "Aku tidak akan pergi, lepaskan aku dulu."

Tantio Liang tersenyum lalu melepaskan Victoria Gong. Dia memandangnya dan bertanya, "Victoria, kenapa kamu kembali?"

Ini, bagaimana harus menjawabnya?

"Aku ..." Victoria Gong ragu-ragu, tidak tahu harus berkata apa.

Sebaliknya, Tantio Liang langsung mengabaikan pertanyaan ini, terus bertanya, "Kamu kembali, lalu, apakah kamu akan pergi lagi?"

Victoria Gong sebenarnya ingin pergi, tetapi bisakah dia benar-benar pergi?

Dia tidak berbicara, dan langsung duduk ke tempat tidur.

Tantio Liang tampak bingung, ia duduk dengan Victoria Gong, dan bertanya, "Kenapa kamu tidak bicara?"

"Tunggu sampai kamu sadar." Victoria Gong dengan santai membuat alasan.

Tantio Liang tersenyum dan berkata, "Apakah kamu pikir aku mabuk? Sebenarnya aku tidak mabuk, aku sadar, aku tahu, kamu adalah Victoria."

Bukankah ini berarti tidak mabuk? Seringkali orang mabuk tidak mengakui bahwa mereka mabuk.

Victoria Gong menggelengkan kepalanya, mengekspresikan ketidakberdayaannya, berkata, "Tantio, bisakah kamu kembali ke kamarmu sendiri dulu? Sudah larut sekarang dan aku ingin beristirahat."

"Sudah larut?" Tantio Liang berkata, "Aku baru saja kembali."

"Sudah sangat larut, kamu harus kembali dulu untuk berisitirahat. Jika ada sesuatu, mari bicarakan besok pagi." Ucap Victoria Gong dengan nada suaranya yang melembut. Dia sangat lelah hari ini sehingga dia tidak tega berurusan dengan Tantio Liang.

Tantio Liang mengerutkan kening dan berkata, "Victoria, apa kamu tidak ingin berbicara denganku? Apakah kamu masih memikirkan Wallace Mo?"

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu