Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 182 Sangat bergantung padanya (2)

"Tapi...." Victoria bimbang sejenak, meskipun dia lumayan suka William, tapi bagaimanapun ibu William adalah Elizabeth.

"William, sudah larut malam, biarkan tante pulang istirahat ya?" Elizabeth berkata dengan suara lembut.

"Tapi, aku benar-benar ingin tante menemaniku." Mungkin karena sedang sakit, William tidak menurut seperti biasanya dan sedikit keras kepala.

Victoria mendengar perkataan seperti itu, hatinya sudah terasa hangat dan melunak, tapi dia tidak bisa mengambil keputusan sendiri, suaminya masih di samping menunggunya.

Pandangannya pun menuju ke Wallace, seperti sedang berkata 'Suamiku, aku ingin menemaninya.', ekspresi polos dan berharap.

Wallace otomatis tidak bisa melawan taktik Victoria yang seperti ini, dia pun mengangguk.

Victoria pun langsung tersenyum berseri-seri: "William, tante temani kamu, kamu istirahat yang baik."

"Terima kasih, tante." William tersenyum senang.

Adegan ini seperti Victoria dan William adalah ibu dan anak, Wallace membuat ekspresi putus asa, sedangkan kebencian muncul sejenak di wajah Elizabeth.

"Tuan Mo, Nona Gong, saya benar-benar sangat berterima kasih."

"Tidak apa-apa." Victoria yang sangat penolong membuat hati Wallace melunak lagi, dia menatapi istrinya tanpa berkedip.

Elizabeth pun menatapi Wallace, tiba-tiba teringat sesuatu, dan berdiri mengambil botol air panas, menyadari di dalam tidak ada air.

"Aku pergi mengambil sedikit air panas."

Kemudian, Elizabeth pun berjalan keluar membawa botol air panas. Selesai mengambil air, ketika dia berjalan sampai belokan, dia melihat dua wajah yang familiar sedang berjalan ke arahnya.

"Tidak apa-apa, kan?" lelaki itu merangkul istrinya, bertanya dengan penuh perhatian.

"Tidak apa-apa, tenang saja." perempuan yang memakai baju pasien menepuk tangannya dan tertawa.

Tidak lama, kedua orang itu pun lewat dari sisi Elizabeth.

Elizabeth melihat dengan jelas, perempuan itu tertawa dengan susah payah, wajahnya pucat, kelihatannya penyakitnya lumayan parah.

Sudut mulutnya naik, menampakkan ekspresi licik.

Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya.....

*****

Victoria dan Wallace tinggal di kamar pasien sampai sangat larut, hanya sampai William sudah tidur nyenyak, terlebih lagi Victoria juga sudah menguap beberapa kali, Wallace baru berkata mau pulang, Victoria awalnya merasa sedikit tidak tega, tapi melihat ekspresi Wallace yang tidak bisa ditolak, dia pun mengikuti Wallace pulang.

Mobil di jalanan tidak banyak, setelah 15 menit, mereka sudah sampai ke parkiran mobil. Wallace baru saja mau memanggil Victoria, ketika dia berpaling melihat Victoria, dia baru sadar istrinya sudah ketiduran.

Wallace pun turun dari mobil dengan gerakan ringan, kemudian menggendong Victoria keluar dari mobil, naik lift, buka pintu, kemudian dengan ringan meletakkan Victoria ke atas kasur, seperti sedang menggendong sebuah harta berharga.

"Sangat pintar menyiksa orang."

Wallace mengelus wajah Victoria, kemudian membantunya membuka baju, mengelap tubuhnya dengan handuk hangat, dan memakaikan baju tidur, menarik selimut untuknya. Selesai melakukan semua ini, Wallace pun berjalan ke arah kamar mandi.

Setelah 10 menit, Wallace yang berbalut handuk pun naik ke atas kasur, menarik istrinya ke pelukannya, terasa sangat halus, sangat nyaman.

Malam ini lewat tanpa mimpi.

Keesokan harinya, ketika Victoria bangun, di sisinya sudah tidak ada orang. Dia turun dari kasur dengan keadaan masih setengah sadar, ketika dia bercermin, dia melihat di keningnya tertempel sebuah kertas pesan.

'Babi kecil yang malas: Sarapan sudah disiapkan. Suami yang mencintaimu.' di akhir ada gambar hati.

Victoria seketika langsung bangun, menggumamkan lagu dengan suara keras, suasana hatinya sangat bahagia.

Ketika dia sedang menikmati sarapan yang dibuat suaminya, ponselnya pun berbunyi. Dia melihat layar ponsel, sebuah nomor asing, ketika dia bermaksud menolak panggilan, dia malah salah menekan tombol terima.

"Tante." terdengar suara William dari ujung telepon.

"William."

"Tante, di rumah sakit cuma ada aku seorang, bolehkah kamu datang menemaniku?" William berkata dengan nada suara yang sangat kasihan.

"Hah? Ibumu dimana?"

"Tidak tahu."

Begitu Victoria mendengar perkataan William, dia langsung emosi, ibu macam apa ini, bisa dibandingkan dengan Paulina Hao, sama-sama egois, sama-sama tidak bertanggung jawab.

Victoria baru saja mau berbicara, tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan dari ujung telepon.

"Kalian ini orang tua macam apa, anak kalian pneumonia, kalian malah meninggalkannya sendirian di rumah sakit!"

Mungkin adalah seorang perawat, Victoria seperti orang tua yang berbuat kesalahan, akhirnya, dia pun pergi ke rumah sakit menemani William.

Selama beberapa hari, Victoria bolak balik ke rumah dan rumah sakit, dia juga tidak pergi ke gym, juga tidak mengantarkan makanan untuk Wallace, membuat suaminya sangat emosi.

Suatu malam, mereka berdua baru saja selesai makan, Victoria pun ingin masuk ke kamar untuk istirahat.

"Tunggu." Wallace menarik Victoria ke pelukannya.

Novel Terkait

Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu