Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 159 Lain Kali Kesini Saja (1)

Siang hari ini, Victoria berencana untuk pergi ke kantor, baru saja ia membuka pintu, ia mendapati William berada di depan, saat melihat Victoria, matanya memancarkan kegembiaraan.

Victoria sedikit terkejut, bertanya dengan pelan: “Apakah kamu baru datang, kenapa tidak mengetuk pintu?”

William menundukkan kepala dengan perasaan sungkan, berbisik: “Aku tidak tahu Bibi ada di rumah atau tidak.”

Victoria melihat keadaan itu, merasa tidak berdaya, dan mengurungkan niatnya untuk pergi, menggandeng William masuk ke dalam rumah, “Lain kali kalau kamu datang ketuklah pintu, tahu tidak? Bagaimana jika hari ini Bibi tidak keluar sama sekali?”

“Eeee ……” William tercengang, terlihat bahwa William tidak pernah memikirkan masalah ini.

Melihat William yang sangat lucu itu, Victoria sangat gemas, tidak tahan dan menggulurkan tangan untuk mencubit wajah William.

Victoria menyalakan televisi, kemudian pergi ke dapur mengambil buah dan yoghurt untuk William, “William, apakah kamu sudah berpamitan dengan orang rumah sebelum datang?”

Pertanyaan itu membuat William gugup, berbisik: “Bibi, tidak ada orang di rumah, hanya aku sendiri.”

Mendengar jawaban William, Victoria semakin terkejut, “Apakah di akhir minggu kamu selalu sendirian?”

“Iya.” William menundukkan kepala, tampaknya sangat kecewa dan sedih.

Victoria merasa Elizabeth adalah seorang yang baik dan peka, sebagai seorang ibu, apakah dia tidak khawatir anaknya ditinggal sendiri di rumah?

Tidak ada yang menjaganya, bagaimana kalau mau makan?

“Ayahmu? Mengapa tidak pergi ke rumah Kakek Nenek saja di akhir pekan?” Suara Victoria melembut, melihat mata William dengan rasa kasihan.

Victoria berpikir, setelah kejadian saat itu, Elizabeth seharusnya tidak akan meninggalkan anaknya sendiri di rumah, tidak disangka masih begini, apakah dia tidak pernah berpikir, anaknya akan hilang?

Sangat tidak bertanggung jawab!

“Tidak ada ……” Mata William memerah, menatap Victoria dengan gelisah, “Ayah tidak menginginkan kita lagi……”

Sesaat Victoria merasa tidak dapat berkata apa-apa, Victoria mengira Elizabeth tinggal bersama suaminya, ternyata dia sendiri yang merawat William, tidak heran dia tetap pergi bekerja.

Tetapi meskipun demikian, Elizabeth tidak seharusnya meninggalkan anaknya sendiri di rumah, mampu tinggal di rumah seperti ini, harusnya Elizabeth tidak terlalu kekurangan uang, mengapa tidak mencarikan pengasuh untuk menjaga anaknya?

Victoria tidak paham dengan perbuatan Elizabeth, dia merasa tidak tenang.

“Lalu bagaimana kamu makan di akhir minggu?”

“Memesan di luar, di rumah ada telepon dan uang ……”

Victoria semakin kehabisan kata-kata, Elizabeth bukan baru satu atau dua hari menjadi seorang Ibu, bagaimana mungkin dia melakukan hal-hal seperti ini, membiarkan anak berumur delapan tahun untuk memesan makan di luar, apakah dia tidak takut rumahnya kemasukan orang jahat?

“William sangat hebat!” Walaupun Victoria merasa perbuatan Elizabeth tidak benar, bagaimanapun juga mereka berdua hanyalah sebatas kenal saja, tidak pantas untuk mengatakan hal-hal seperti ini.

Terutama Ayah William, bahkan anak pun sudah tidak diinginkan lagi, takutnya masalah dia dan Victoria tidak hanya berkaitan dengan perasaan.

Victoria terbengong beberapa saat, William tiba-tiba bertanya: “Bibi, Paman juga pergi bekerja?”

“Iya.” Victoria tersenyum padanya, berkata: “Dia juga pergi bekerja.”

“Kalau begitu Bibi sama sepertiku, selalu sendirian di rumah.” William mengangguk-angguk dengan mengerti.

“Iya, tapi Bibi orang dewasa, William masih kecil, tidaklah aman jika seorang anak kecil dibiarkan sendiri di rumah, mengerti?” Victoria merasa prihatin, berharap William bisa mengerti, lalu memberitahu Elizabeth.

“Aku tidak tahu, Ibu punya kunci, jika aku tidak membuka pintu, maka orang jahat tidak bisa masuk!” William memiringkan kepala, tersenyum, dan terlihat sangat bangga.

Melihat itu Victoria merasa sedih, mengelus-elus kepala kecil William, berkata dengan suara lembut: “William melakukannya dengan benar.”

William tersenyum, menatap Victoria dan tiba-tiba bertanya: “Bibi, bisakah Bibi memberi selembar foto Paman kepadaku?

“Haa?” Victoria mengerutkan kening, terlihat sama sekali tidak menduga William punya permintaan seperti itu, “William bolehkah memberi tahu Bibi, untuk apa meminta foto Paman?”

William menundukkan kepalanya dengan sedih, berkata dengan mata yang merah: “Paman dan Ayah mirip, aku tidak punya foto Ayahku ……”

William mulai menangis, sangat terpukul, dapat dilihat William sangat merindukan Ayahnya.

Victoria tidak menduga itu akan menjadi alasannya, terdiam beberapa saat, tidak mengerti arti kalimat “Paman dan Ayah mirip”, apa artinya?

Apakah Ayah William sungguh mirip dengan Wallace?

Victoria memeluk William, menepuk punggungnya, sambil berkata dengan lembut: “William yang patuh, jangan menangis ……”

William pun diam di dalam pelukan Victoria, tampaknya masih dalam suasana hati yang sedih.

“William, meskipun Paman dan Ayahmu terlihat sangat mirip, tapi Paman bukanlah Ayahmu, jika mengambil foto Paman dan ketahuan oleh Ayah, Ayah William pasti akan sedih, iya kan?”

Victoria bukan tidak ingin memberikan foto Wallace, tetapi Wallace tidak suka difoto, tidak ada foto lain di rumah selain foto pernikahan.

Terlebih lagi yang dikatakan Victoria memang benar, jika memberikan foto Wallace kepada William untuk mengenang Ayahnya, bagaimanapun tetap terasa tidak beres.

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu