Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 99 Ingin Berkemah di Luar (1)

Selesai berbicara, Wallace berjalan ke depan Wanda: "Kau lagi-lagi mengutik Victoria, karena dua keluarga memiliki hubungan baik, barulah aku tidak menuntut apa pun, siapa sangka kau tidak menyesali perbuatanmu, apa kau ingin tahu akibat dari memukul Victoria?"

Wanda mundur selangkah, wajahnya terkejut memandangi Wallace, tidak tahu apa yang akan diperbuatnya.

Wallace tertawa: "Sebegitu takutnya kah aku memukulmu? Jika saja sekali lagi, aku tidak akan hanya sekedar memperingatkanmu saja. Kalimat ini juga ditujukan untuk kalian semua, istriku adalah orang baru di masyarakat, tidak mengerti bersosialisasi, mohon pengertiannya, malam ini sudah cukup mengejutkan, aku akan membawa Victoria pulang dulu menenangkan diri."

Tidak melihat sutradara, Wallace membawa sutradara keluar, meninggalkan orang-orang yang masih terus ketakutan di dalam ruangan.

Victoria Gong merasa Wallace seperti malaikat, setiap ia membutuhkannya pasti Wallace muncul, memberinya kejutan, ia sedikit malu, bertanya dengan sungkan: "Bagaimana kau selalu muncul di waktu yang tepat?"

Wallace tidak memberi tahunya, karena ia tidak tenang, maka ia mengatur orang untuk membuntuti Victoria, ia hanya tersenyum dan mengantarnya masuk mobil, pintu mobil ditutup, duduk di kursi kemudi: "Mungkin, kita memiliki koneksi, setiap kali kau akan terkena masalah, aku merasa jantungku berdegup dengan sangat kencang."

Wajah Victoria memerah, memukul dada Wallace: "Kau menyebalkan!"

Wallace tertawa lepas, setiap kali ada perasaan yang mengganjal, sepertinya selalu membaik setelah bertemu dengan Victoria, ia tidak tahan dan mendekatkan tubuhnya, mencium kening Vicotira, seperti mencium gadis kecil.

Sambil mendongakkan wajah, ia menyalakan mobil dan mengemudi, Wallace melihat pemandangan yang semakin lama semakin senja, tidak tahan untuk mengomel: "Victoria, tim syuting yang aku carikan untuknya sepertinya tidak baik dalam segala hal, akankah kamu membenciku?"

Victoria mengibaskan tangannya dengan cepat: "Tidak, jika dibandingkan dengan mereka yang masih mencari pekerjaan, aku sudah sangat puas."

"Haha." Mendengar perkataan seperti ini, Wallace tertawa, mengulurkan tangannya mengelus kepala Victoria.

Alhasil mengemudi hingga ke hutan kecil di sana, tiba-tiba mobil berhenti dengan perlahan, Victoria menatap Wallace dengan bingung: "Mengapa kamu berhenti?"

"Aku tidak berhenti," Wallace juga bingung, pertama kalinya ia mendapati hal seperti ini: "Sekretaris akan menambahkan bensin setiap malamnya, tidak seharusnya kehabisan bensin!" Selesai berbicara, ia lagi-lagi menekan gas dengan sekuat tenaga, tidak ada hasil.

Victoria sepertinya mulai menyadari keadaan, sibuk berbicara: "Aku takut, seharusnya ada kerusakan! Mobil ini pasti tidak bisa menyala lagi, harus di dorong seseorang."

Mendengar ini, Wallace mengerutkan alis, mengambil ponselnya, alhasil menyadari ponselnya kehilangan sinyal, mengambil ponsel Victoria, tidak ada sinyal juga.

Saat ini malam sudah tiba, beberapa bintang tersebar tidak merata di atas langit, bulan bersinar dari balik awan, membuat Victoria tertegun menatapnya, berbicara: "Alangkah baiknya jika saja bisa tinggal di sini."

Wallace yang sedari tadi belum mendapatkan sinyal mendengar perkataan Victoria, lalu menatapnya, sinar matanya melembut, berjalan menghampiri lalu merangkul pinggangnya: "Bertepatan, mobil juga rusak, kalau begitu kita bermalam saja di sini malam ini."

Victoria sedang sibuk menyusun kata, melihat Wallace yang tersenyum: "Kau tidak bercanda, kan. Meskipun jika saja berjalan pasti membutuhkan waktu yang tidak sedikit."

"Jika berjalan keluar, hutan ini terlalu besar, beberapa hari ini bagaimana kita mengemudi, kamu juga sudah tahu, banyak mahluk yang tidak kita ketahui akan muncul saat malam hari di dalam hutan, mengerikan, kau ingin mencoba menerobos?" Wallace sengaja menakut-nakuti Victoria, ia tahu Victoria justru takut hal-hal seperti ini.

Sesuai perkiraan, Victoria takut hingga wajahnya pucat, ia hanya bisa mengiyakan perkataan Wallace, Wallace diam-diam tertawa di dalam hatinya, tapi wajahnya tidak berkutik, bertanya: "Kalau begitu malam ini kamu makan apa?"

"Aa, benar juga, makan apa." Sekarang Victoria kebingungan, di rumah kediaman keluarga Mo, setiap malam ia harus memakan dua paha ayam goreng barulah puas, namun malam ini tidak ada paha ayam.

Ia tiba-tiba merasa malam ini sulit dilewati, hanya ingin kembali ke kediaman Mo, menikmati paha ayamnya, melihat Victoria yang kebingungan, langsung saja Wallace menebak apa yang ada di pikiran Victoria, ia tertawa sambil bertanya, "Kau ingin mencoba keahlian tanganku?"

"Keahlian tanganmu? Apa yang akan kamu lakukan?" Victoria tidak mengerti, memandangi Wallace.

Wallace menunjuk sungai kecil itu: "Kamu lihat tidak, di dalam pasti ada ikan, hari ini aku buatkan ikan bakar untukmu, aku pergi menangkapnya, kalau begitu kau bantu aku mencari beberapa ranting di dekat sini?"

Mengetahui Wallace akan membuatkan ikan bakar untuknya, Victoria sangat gembira, langsung berdiri dan mencari ranting, sembari mencari sembari bibirnya terus bersenandung fals, ia diam-diam melihat seseorang yang adalah direktur sedang menggulung celananya, menunduk di dalam sungai kecil mencari ikan, tiba-tiba merasa terharu.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu