Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 16 Pertama Kali Bertemu Ibu Wallace

"Kukembalikan! Pasti kukembalikan!" Victoria menganggukkan kepala dengan cepat bagaikan ayam mematuk beras, kemudian bertanya, "Lalu bagaimana kau ingin aku mengembalikannya?"

Ia tak hanya tak punya uang, juga tak punya akal, saat ini ia berhutang uang untuk memperbaiki mobil Wallace, ia tak bisa berpikir apa yang bisa ia lakukan untuknya.

Kecuali…

Otaknya tak sengaja mengingat kembali malam yang kacau kemarin, pipinya pun seketika memerah, ia diam-diam melirik Wallace, kedua mata pria itu juga sedang menatapnya, hatinya pun bergetar.

Tak mungkin mengganti rugi dengan itu kan?

Pokoknya tidak boleh!

Ia naik darah, ia menyadari pria itu menggenggam tangannya, ia pun segera menarik tangannya dari genggamannya.

Wallace tersenyum kecil, wanita ini akhirnya teringat kejadian kemarin malam, wajahnya yang nampak marah dan malu itu sama seperti saat ia 2 kali sebelumnya malu.

"Sedang memikirkan apa sih? Mukamu sampai merah begitu!" Wallace menyentil dahi Victoria kemudian membalikkan badan dan berjalan, sambil berkata, "Ibuku sekarang ada di vila, sedang menunggu untuk bertemu denganmu, hari ini juga tolong pura-pura jadi pacarku, anggap saja untuk balas budi, bagaimana?"

"Ha?" Victoria mengusap-usap dahinya yang sakit, kemudian berjalan mengikutinya.

Wallace tak menengok sedikitpun, ia berkata, "Mendengar nada bicaramu yang kecewa begitu, apa sih yang kau pikirkan?"

"Mana ada?!" Victoria meninggikan nada bicaranya, ia segera mengalihkan pembicaraan, "Pura-pura jadi pacarmu itu hal kecil, katakan padaku apa hal yang tante suka, aku akan mempelajarinya dulu, baru aku bisa ngobrol dengannya."

Sambil bicara, dua orang itu sampai di depan mobil, ia baru menyadari mobilnya diparkir di bagian paling luar dari parkiran itu, ternyata tadi Wallace bukannya mau pergi, hanya mau berganti tempat parkir.

"Ini tak bisa kau pelajari, tapi ibuku bisa mengajarkannya pelan-pelan padamu!" Wallace mengayunkan remote mobil dan membuka kunci, ia membukakan pintu, kata-kata terakhirnya diucapkan dengan nada rendah, seperti sedang memberi isyarat.

Victoria duduk di sebelah kursi pengemudi, ia tak menangkap isyarat itu.

Wallace juga tak bicara lagi, ia pun menyalakan mesin dan menjalankan mobil kembali ke vila.

Ketika sampai di vila matahari sudah terbenam, melalui celah di antara ranting pohon di sisi jalan, terlihat cahaya lampu ruang tamu yang telah menyala.

Saat Victoria turun, ibu Wallace sudah keluar dan menyambutnya, ia tetap memakai baju tradisional seperti pertama kali mereka bertemu, tetapi hari ini pakaiannya berwarna hijau bambu.

"Halo tante!" Victoria menyapanya, mungkin karena ia sudah tahu Wallace bukan seorang supir, saat ia melihat ibunya lagi baru ia merasa kharisma ibunya tidak seperti ibu rumah tangga pada umumnya.

Sepertinya kemampuannya menilai orang memang buruk.

Saat ia sedang memikirkan itu, ibu Wallace sudah menggandeng tangannya dan bertanya sambil tersenyum, "Malam sekali kalian kembali, apakah kalian baru pulang kencan?"

Victoria dengan ragu menjawab, "Iya, kami tadi pergi ke pesta koktail."

Ibu Wallace menariknya sampai ke pintu depan. "Di pesta koktail pasti kalian tidak makan banyak, aku sudah membuat sup kepiting, kalian makanlah."

Sambil berkata, ia kembali ke dapur.

Wallace yang mengikuti mereka di belakang seperti terlupakan, mukanya tampak pasrah.

"Aku akan pergi membantu," ujar Victoria sambil menoleh pada Wallace.

Wallace melepas jasnya, kemudian berkata, "Aku saja yang membantu, kau jangan memamerkan kekuranganmu."

Victoria malu, kalau ibu Wallace tahu dirinya tak bisa memasak, ia tak akan senang.

"Kalau begitu aku akan naik dan beres-beres kamar," Victoria buru-buru menerima jas Wallace, dengan tergesa-gesa naik ke atas. Karena Wallace mengungkit kelemahannya itu, Victoria jadi sangat malu, jelas-jelas ia kemari untuk bekerja sebagai pembantu, namun ia tak pernah melakukan apapun.

Saat ia naik, ibu Wallace membawa sup kepiting keluar dari dapur, lalu ia berkata, "Kau ini sebagai supir tidak bertindak selayaknya supir, bisa-bisanya mengurus hal lain di hotel."

Wallace menggulung lengan kemejanya. "Ibu sudah tahu?"

"Bagaimana bisa tak tahu? Wanita dilarang masuk ke semua hotel keluarga Mo, manajer harus melapor ke senior dan menunggu instruksi," ujar ibu Wallace, "Apa yang terjadi? Kenapa kau masih berpura-pura menjadi Willy?"

Wallace telah duduk dan makan sup kepiting, mendengar pertanyaan ibunya ia bahkan tak mengangkat kepala.

Ibu Wallace juga tak peduli, ia hanya sedikit mengeluh, "Sekarang sedang beredar kabar Willy punya pacar, demi dia kita melarang wanita masuk hotel keluarga, aku bahkan mau menyuruhnya pergi ke kencan buta, tidak baik kalau pihak wanita dengar hal ini."

"Kau secepatnya beritahukan identitasmu pada Victoria, seorang yang hampir berusia 30 tahun bisa-bisanya menipu seorang gadis muda!" Lanjutnya menceramahi Wallace.

Wallace mengambil ponselnya, begitu melihatnya ia langsung mengerutkan kening.

Ibu Wallace tidak mengganggunya dan menyuruhnya kembali ke dapur.

Wallace tidak mengacuhkannya dan naik ke lantai 2.

Di atas, Victoria sedang berdiri di lorong, ia nampak ragu-ragu, ia sudah membawa jas itu naik, tetapi malah tidak tahu yang mana kamar Wallace.

Tiba-tiba jas di pelukannya ditarik, ia kaget, pandangannya langsung berpindah dari jas itu pada dada Wallace di depan matanya.

"Aku tidak tahu yang mana kamarmu," kata Victoria sambil mundur dua langkah, tangan besar Wallace yang memegang ponsel yang sedang bergetar menjulur ke depannya.

Victoria dengan heran mendongakkan kepala.

"Angkat telepon," ujar Wallace sambil mengerutkan dahi.

Victoria semakin kebingungan. "Telepon untukku? Kenapa menghubungi ponselmu?"

"Pamanmu," kata Wallace, ia sangat peka terhadap angka, dulu Victoria meminjam ponselnya untuk telepon, sekarang orang itu menelepon ia langsung tahu nomor siapa itu.

Ia mengangkat sedikit pergelangan tangannya, menyuruhnya mengangkat telepon.

Kejadian kemarin malam belum bisa hilang dari pikiran Victoria, Victoria masih ketakutan, ia tak berani dan tak ingin mengangkat telepon Edward.

"Tutup saja," kata Victoria sambil memandang layar ponsel.

Wallace menurut.

"Terima kasih, aku turun dulu," ujar Victoria sambil mengangguk untuk berterima kasih, ia mengitari Wallace dan turun.

Drrrt…

Ponsel kembali bergetar.

Victoria segera menoleh dan melihatnya.

Wallace melirik layar ponsel dan berkata, "Bukan dia."

"Kalau dia telepon lagi jangan diangkat," kata Victoria menambahkan, "Blokir saja nomornya."

Kemudian ia turun dengan tergesa-gesa.

Wallace mendengar langkah kaki itu memelan dan menghilang, baru mengangkat telepon.

"Direktur, data yang ingin anda selidiki sudah kukirim ke e-mail anda," ujar suara di ujung lain telepon.

"Baiklah," kata Wallace sambil menuju ke ruang baca, ia memutar pegangan pintu dan membukanya, "Ibu ada di sini, kau hati-hatilah, ibu mau mengatur kencan buta untukmu lagi."

Willy di ujung telepon terdengar kaget.

Wallace duduk di meja kerjanya dan menyalakan komputer.

"Kali ini kau harus cepat-cepat memutuskan pasangan kencan, barusan aku berkeliling di hotel menggunakan namamu, mungkin sekarang semua orang sedang membicarakan tentang pacarmu, manfaatkan dengan baik, aku tutup dulu," ucapnya sambil membuka file yang dikirim di e-mailnya.

Secuil foto Victoria terpampang di halaman pertama, ia mengenakan seragam sekolah hitam putih, rambutnya dikuncir satu, itu adalah foto saat dia masuk SMA, wajahnya terlihat sangat muda.

Wallace melihat selanjutnya, pandangannya terhenti di satu tempat.

Ayah: Charles Gong, CEO Global Company.

Novel Terkait

Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu