Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 297 Memberinya Pelajaran

Victoria menjauhkan handphone dari telinganya, tanpa berkata apapun, dan dengan ekspresi tak berdaya.

Saat ini emosi Berly masih meluap-luap. Banyak sekali yang ingin dia katakan, tetapi Victoria malah seolah tidak memperdulikannya, hingga membuatnya tidak mampu berkata lagi.

“Berbicaralah!” Berly berkata.

Victoria pun berkata dengan santai: “Tenang dulu, aku tidak ingin ribut denganmu. Suaramu begitu mengejutkan.

Beberapa detik kemudian, Berly baru berkata: “Sudah tenang. Aku bilang, kenapa kamu membawa pulang Elizabeth?”

“Aku tahu kamu cemas, tetapi melihatnya sendiri di rumah sakit, aku merasa sungguh kasihan.” Victoria berkata, dalam benaknya seolah masih terbayang kejadian Elizabeth terjatuh dari ranjang rumah sakit.

Berly semakin panik: “Sekarang kamu kasihan padanya. Tetapi nanti, belum tentu siapa yang mengasihani siapa kan? Bisakah kamu buka mata dengan lebar?”

Victoria akhirnya tertawa, orang-orang pun berkata demikian, seolah dia sangatl lemah.

“Tidak apa-apa, aku percaya dengan keputusanku.” Victoria berkata.

Berly langsung menyerangnya tanpa ragu: “Rasa percaya diri kamu telah membuatmu buta!”

“Berly!”

“Aku tahu kamu sangat baik, tetapi sebagian orang justru memanfaatkan ini darimu. Cobalah berpikir, awalnya kamu juga sangat baik pada Elizabeth, bahkan seringkali membantunya mengasuh William. Tetapi lihatlah, munculnya anak itu hampir membuat kamu bercerai dengan Wallace . Dan sekarang, kalian telah damai kembali dengan susah payah, tetapi masih saja mengajak Elizabeth pulang ke rumah, tidak menutup kemungkinan telah terjebak oleh rencana busuk lagi.” Berly Liu berkata dengan pelan.

“Aku yakin hubungan kami sangat kokoh.” Victoria mulai mengungkit Wallace.

Berly Liu pun memutar bola mata ke atas, berkata: “Bukan itu yang aku maksud. Dengan kehadiran Elizabeth Chu, bagaimana jika kamu luka dan terjatuh-jatuh?”

“Memangnya aku tidak bisa melindungi diri sendiri? Lagipula aku bukan anak kecil kok.” Victoria Gong merapatkan bibir, sepertinya Wallace juga pernah mengatakan hal yang sama.

“Orang yang ingin mencelakaimu pasti memiliki puluhan ribu cara, kamu tidak akan bisa menangkis semuanya.” Berly berkata.

Victoria pun sangat tidak berdaya: “Berly, aku rasa sepertinya kamu perlu ke rumah sakit.”

“Untuk apa ke rumah sakit?”

“Obati penyakitmu. Kamu menderita penyakit paranoid yang sangat parah.” Victoria berkata sambil tertawa.

“Victoria Gong, bisakah kamu bersikap lebih normal?” Berly membalas.

“Berly, aku tahu kamu lakukan ini demi kebaikanku. Tetapi saat ini Elizabeth sudah terlanjut masuk, memangnya aku bisa mengusirnya? Atau kalau tidak kamu juga tinggal disini saja, dengan begitu bisa menjagaku kapanpun.” Victoria berkata. Memang benar, semua sudah terlanjur, dibicarakan terlalu banyak juga tidak berguna.

Berly berkata: “Aku tidak sudi kesana. Malas perdulikan kamu. Jika sampai terjadi sesuatu, jangan mengadu padaku lagi.”

“Berly, tidak bisakah kamu mendoakan yang lebih baik buat aku?” Setelah berkata, Victoria berpikir dalam hati, kenapa dia bisa mendapatkan teman jahat sepertinya.

Berly tersenyum: “Yang penting harus selalu waspada, harus hati-hati.”

“Aku paham, memangnya di rumah ada kemungkinan terjadi masalah?” Victoria berkata dengan sangat percaya diri. Dia mengira bisa aman dan selamat di dalam rumah, tetapi intinya sama seperti yang Berly katakan, orang yang ingin mencelakai pasti memikirkan puluhan ribu cara.

“Semoga seperti itu.” Berly menambahkan.

Setelah masalah itu berlalu, Victoria tiba-tiba kepikiran, sepertinya dia tidak pernah menceritakannya pada Berly, bagaimana dia bisa tahu?

“Berly, bagaimana kamu bisa tahu Elizabeth pindah ke rumahku.” Victoria bertanya.

Berly terdiam beberapa detik, merasa ragu dan berkata: “Kamu tidak perlu mengurus terlalu banyak.”

Mendengar nada bicara Berly, Victoria merasa tidak puas, pasti ada yang disembunyikan. Dia pun bertanya lagi: “Siapa yang memberitahumu?”

“Wil…..ly.” Berly menjawab.

Seolah setiap perempuan pasti memiliki jiwa bergosip, Victoria langsung berkata: “Berly, sepertinya Willy juga yang memberitahumu saat aku pulang waktu itu ya.” Dalam hati berkata, sejak kapan kalian begitu dekat? Perlukah saling terhubung kapanpun dan dimanapun?

“Aduh, jangan perdulikan itu.” Berly berkata.

Victoria tahu dengan jelas Berly jarang sekali bersikap seperti itu. Dia pun tersenyum dan berkata: “Baiklah, suatu hari nanti kamu pasti akan mengatakannya denganku.” Dia bisa membayangkan betapa terdesaknya Berly di ujung telepon.

Berly pun tersenyum, lalu mengalihkan topik pembicaraan: “Victoria, maukah pergi jalan-jalan besok? Kamu juga perlu banyak jalan.”

“Besok kamu tidak kerja?” Victoria kebingungan.

“Besok hari minggu, Ibu!” Berly berkata sambil memutar bola mata ke atas.

Victoria pun tersenyum canggung, belakangan ini pikirannya memang kurang jernih.

“Dengar-dengar sekali mengandung, ibu hamil akan menjadi bodoh selama 3 tahun. Kamu jangan seperti itu ya, jika tidak aku tidak akan berteman lagi denganmu, takut tertular bodoh.” Berly meledeknya.

“Sebenarnya kamu juga akan mengandung kok, tiba saatnya nanti kita akan bodoh bersama.” Victoria berkata sambil tertawa.

Berly mulai panik: “Apa yang kamu katakan? Besok kita bertemu di tempat lama.”

Setelah itu, Victoria hanya mendengar suara ‘Tut, tut, tut’. Dia pun tersenyum, lalu meletakkan handphone dan berjalan ke kamar mandi.

……

Selesai mengurus dokumen, Wallace memijit pelipis dengan perlahan. Begitu melihat jam, teringat Victoria akan segera tidur, dia pun meninggalkan ruang kerja dan bersiap-siap ke kamar. Baru saja akan membuka pintu kamar, terdengar suara orang memanggil dari belakang: “Direktur Mo.”

Saat berbalik badan, terlihat Elizabeth Chu berdiri di depannya, dia langsung berkata: “Ada urusan apa?”

“Aku ingin berterima kasih padamu.” Elizabeth menunjukkan senyum manis di ujung bibir.

Wallace Mo malah berkata dengan dingin: “Hm, tidak perlu berterima kasih padaku, berterima kasihlah pada Victoria. Aku sama sekali tidak berharap kamu ada di rumahku, tidak berharap melihatmu.” Selesai berkata, Wallace pun akan membuka pintu kamar, tak disangka Elizabeth lagi-lagi mencegatnya.

“Direktur Mo.”

“Masih ada urusan?” Berhadapan dengan Elizabeth, Wallace tidak pernah memiliki sedikitpun kesabaran.

Elizabeth berekspresi penuh rasa maaf, berkata pelan: “Masalah proyek, aku sungguh minta maaf.”

“Berbicara soal ini, aku teringat, tadinya kamu sedang pergi dinas, kenapa malah pergi ke pabrik lama itu?” Wallace Mo berkata sambil melihat Elizabeth dengan ekspresi menantang.

Elizabeth tercengang, tak menyangka Wallace akan bertanya seperti itu. Dia hanya berniat minta maaf demi memperjuangkan suasana yang lebih baik.

Melihat ekspresi ragu di wajah Elizabeth, Wallace pun tertawa: “Tidak apa-apa jika kamu tidak mengatakannya, aku akan mencari tahu hingga jelas.”

“Ada lagi.” Wallace terdiam beberapa saat, lanjut berkata: “Kebetulan sudah bertemu, aku ingin memperingatkanmu beberapa hal. Di rumah ini, kamu hanya tamu, dan Victoria adalah tuan rumah. Lebih baik simpan semua rencana busukmu, jaga jarak dari Victoria, apalagi berpikir untuk mencelakainya. Jika tidak, tanggung sendiri akibatnya.”

“Bagaimana mungkin aku akan mencelakai Nona Gong?” Elizabeth berkata seolah yang dikatakan Wallace adalah lelucon.

“Lebih baik seperti itu.” Wallace menjawab dengan nada dingin. Selesai berkata, dia pun masuk ke dalam kamar meninggalkan Elizabeth berdiri sendiri di lorong.

Melihat bayangan Wallace berjalan masuk, Elizabeth pun mengepal tangan secara diam-diam.

Setelah masuk, Wallace melihat Victoria berbaring di ranjang, seolah sudah tertidur. Dia pun berjalan mendekat dan menatapnya. Baru saja membungkukkan badan ingin mencium kening Victoria, kedua mata itu pun terbuka.

“Kamu tidak tidur?” Wallace bertanya dengan nada pelan, lalu menjulurkan tangan mengelus pipi Victoria.

Tadinya Victoria sudah ingin tidur. Tetapi jika tidak ada Wallace , dia selalu merasa tidak cukup aman. Dengan suara dia pelan berkata: “Sedang menunggumu.” Sambil berkata, dia pun tersenyum sambil merangkul leher Wallace .

“Belakangan ini cukup sibuk.” Wallace berkata dengan ekspresi bersalah. Tadinya sudah berjanji akan menjaga Victoria Gong, tetapi malah terus-terusan tidak bisa meluangkan waktu.

“Tidak apa-apa.” Victoria tersenyum, berusaha menenangkan Wallace .

Tetapi saat melihat Victoria Gong yang pandai menghibur orang, Wallace pun semakin merasa bersalah. Dia berpikir beberapa saat, berkata: “Begini saja, besok aku akan mengosongkan waktu satu hari, demi menemanimu.”

“Sungguh maaf, Tuan Wallace .” Victoria merapatkan bibir, lanjut berkata: “Aku sudah ada janji besok.”

“Berly Liu?” Wallace bertanya.

Victoria mengangguk, tidak ada orang lain selain Berly.

Raut wajah Wallace langsung menjadi buruk, beberapa waktu lalu dia cemburu dengan Elizabeth, dan kini, setelah masalah Elizabeth selesai, datanglah Berly Liu. Kenapa sulit sekali baginya untuk bahagia dengan istri sendiri?

Melihat ekspresi Wallace Mo seperti itu, Victoria Gong pun tidak mampu menahan tawa: “Pffttt, sudah sudah, lain kali saja. Selesaikan dulu pekerjaanmu, jika tidak mana ada uang untuk menghidupiku, dan menghidupi kesayangan kita?”

“Apakah aku adalah sebuah mesin penghasil uang?” Wallace sedikit kesal.

Victoria berpikir dengan serius, dengan mata berputar-putar. Melihat Victoria seperti itu, Wallace sungguh merasa akan ada jawaban yang memuaskan, tidak menyangka dia malah berkata: “Untuk sementara, iya.”

Wallace benaran marah. Dia langsung melepaskan tangan Victoria dari lehernya, lalu melepaskan baju masuk ke kamar mandi.

Melihat reaksi Wallace seperti itu, Victoria tidak kuat menahan tawa, spontan berbisik sendiri: “Menggemaskan sekali!” Sepertinya semanjak keduanya baikan, Wallace menjadi jauh lebih lucu di mata Victoria.

Selesai mandi, Wallace pun menutup diri dengan selimut, tanpa memperdulikan Victoria lagi.

Saat memperhatikan Victoria dari belakang, Victoria tiba-tiba menyadari telah bercanda kelewatan. Dia membelai Wallace, berkata dengan lembut: “Wallace, aku salah.”

Wallace Mo tetap saja tidak menghiraukannya.

Berkali-kali usaha dilakukan. Victoria Gong merangkak melewati Wallace , lalu masuk ke dalam pelukannya dan berkata: “Suamiku, tidak seharusnya aku menyebutmu mesin penghasil uang.”

Tetapi Wallace tetap saja memejamkan mata.

Victoria menjadi panik, semakin mendekat ke Wallace dan mencoba menciumi bibirnya. Tanpa disangka, Wallace Mo langsung menyerangnya kembali, dan menjajah bibir Victoria.

Setelah ciuman mesra itu, Wallace Mo pun tertawa lepas.

Victoria segera menyadari sesuatu, dan berteriak dengan kesal: “Wallace Mo!”

Setelahnya, tentu saja giliran Wallace yang membujuk Victoria.

Keesokan harinya, Victoria selesai mengganti pakaian, dan bersiap-siap pergi ke tempat yang dijanjikan dengan Berly. Baru saja berjalan turun, terdengar Elizabeth bertanya: “Nona Gong, kamu mau keluar?”

“Benar.” Victoria Gong menjawab sambil tersenyum.

Mendengar jawaban itu, Elizabeth hanya tersenyum, lalu berjalan ke sisi Victoria dan bertanya: “Bolehkah kamu membawa William keluar jalan-jalan? Kebetulan ini akhir minggu. Lihatlah, aku masih sakit, tidak bisa menemaninya.”

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu