Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 167 Mengganti Paru-paru (2)

Victoria terus berpura-pura tidak tahu, saat tiba di rumah, dia pun langsung berlari ke dalam kamar dan mengganti baju, seperti telah melupakan kalau suaminya masih belum makan.

Melihat istrinya yang berlari cepat itu, Wallace pun merasa aneh, "Victoria, hukumanmu berlipat ganda!"

Baru saja selesai mengganti baju, dia pun mendengar ketukan pintu, lalu melihat Wallace juga masuk ingin mengganti bajunya, sekujur tubuh Victoria menjadi kaku, dia benar-benar tidak bisa melawannya.

Wallace melihat ekspresi istrinya yang seperti baru bertemu dengan musuh besar, dia pun menaikkan alisnya dan berkata: "Kenapa..."

Baru saja dia ingin melanjutkan perkataannya, malah terganggu oleh bunyi hp Victoria.

Victoria mengeluarkan hp dari tasnya, dia melihat Wallace, "Telepon dari ibu."

"Oh." Wallace sedikitpun tidak merasa heran, sejak punya menantu, telepon ibunya untuknya semakin berkurang.

Victoria mengangkat teleponnya, suaranya sedikit serak, "Ibu."

"Victoria, tenggorokanmu sakit? Kenapa suaramu beda?" Ibu Mo pun langsung bertanya.

Victoria mengintip Wallace yang sedang melepaskan bajunya, wajahnya memerah saat melihat otot perutnya, pandangannya tidak bisa terlepas darinya, tiba-tiba dia tersadar dan batuk sejenak, lalu menjawab: "Aku baru pulang ke rumah, sedikit haus, nanti aku minum air pasti sudah sembuh."

Lalu dia bertanya lagi: "Ibu, ada apa kamu menelepon?"

"Aku dan ayahmu sudah menetapkan rute perjalanan kami, dua hari lagi kami akan berangkat, aku hanya ingin beritahu kalian saja." Kata ibu Mo senang.

"Kalau begitu nanti aku antar kalian ya, ibu, tiket pesawat sudah dipesan?" Walaupun Victoria merasa senang, tapi dia merasa sedikit khawatir memikirkan dua orang tua ini yang akan pergi berdua saja.

"Semua sudah dipesan, tiket lusa siang, kamu tidak usah mengantar kami, supir akan mengantarku dan ayahmu ke bandara."

Victoria pun mengerutkan alisnya, melihat ke Wallace sekilas, saat tatapan mereka bertemu, dia pun berkata pelan: "ibu dan ayah akan berangkat lusa."

Wallace mengerutkan alisnya, dia merasa kaget ayah dan ibunya akan berangkat begitu cepat.

"Lusa aku dan kamu mengantar mereka."

"Oke." Victoria mengangguk, dan berkata: "Ibu, lusa aku dan Wallace akan mengantar kalian, besok kami nginap disana."

"Tidak usah, Wallace bukannya akhir-akhir ini sibuk dengan proyeknya, biarkan dia bekerja, aku dan ayahmu masih belum terlalu tua, tidak perlu mengantar kami!" Ibu Mo tidak ingin merepotkan anaknya, lagipula anaknya sedang banyak kerjaan.

Victoria melihat Wallace dan berkata pasrah: "Ibu, kamu juga tahu emosi Wallace, dia sudah bilang akan mengantar kalian, aku juga tidak bisa ngomong apa-apa."

Sebenarnya perkataan Victoria ini sedikit tidak masuk akal, tapi dia juga bukan orang yang bisa percaya dengan apapun semudah itu, apalagi perkataan ibu mertuanya.

Ibu Mo tidak ingin anak dan menantunya mengantar, itu karena dia mengkhawatirkan anaknya, kalau Victoria langsung setuju dan tidak mengantar, sepertinya ini terlihat tidak apa-apa, tapi lama kelamaan, hubungan mereka pasti akan menjadi kaku.

Walaupun ibu Mo tahu emosi Wallace, tapi mendengar Victoria berkata begitu, dia pun tidak berdebat lagi dan langsung setuju.

Setelah menutup telepon, Victoria melihat Wallace dan bertanya: "Lusa pagi kamu bisa tidak ke kantor?"

Walaupun menyetujui akan mengantar mertua ke bandara, tapi dia juga tahu Wallace benar-benar sibuk, bisa pulang kerja tepat waktu bukan hanya karena tidak berhenti kerja saat di kantor, bahkan kadang karena terlalu banyak kerjaan dia terpaksa membawa kerjaannya ke rumah.

"Tidak apa-apa, ada Willy, satu pagi saja tidak apa-apa." Wallace menjawabnya dan berjalan ke ruang tamu, "Aku masak mie dulu."

Membicarakan soal makan, Victoria pun mengingat percakapan mereka di lift dan tertawa, dia pun mengejar Wallace ke dapur, memeluknya, dan berkata manja: "Aku masakin mie buat kamu deh."

Wallace menatap Victoria, mengelus bibirnya yang lembut itu dengan jarinya dan menjawab: "Oke."

"Kalau begitu kamu tunggu di luar." Victoria mendorongnya keluar dari dapur dan mulai sibuk sendiri di dapur.

Wallace berjalan mondar-mandir di ruang tamu, lalu kembali lagi ke dapur, tersenyum melihat istrinya yang sibuk untuknya, walaupun ini hal yang biasa saja, tapi cukup membuatnya merasa bahagia dan nyaman.

"Istriku." Wallace berjalan kesana dan memeluknya dari belakang, menopang dagunya diatas bahunya, menarik nafas dan berkata lembut: "Aku cinta padamu, Victoria."

Victoria yang sedang memasak mie pun menjadi kaku, tangannya hampir terkena air yang mendidih, dia pun langsung memasukkan mienya ke dalam panci. Melihat itu Wallace langsung menarik tangannya dan melihat apakah tangannya terluka atau tidak, untunglah tidak apa-apa, dia pun berkata: "Istriku, sangat jarang aku memujimu seperti ini, kamu tidak bisa berusaha lagi?"

Victoria kesal, dia pun cemberut dan berkata: "Kamu bisa lihat situasi tidak? Aku sedang memasak mie, tiba-tiba kamu berkata seperti ini, bukannya malah membuatku kaget?"

Victoria pun merasa tidak senang dan menyalahkannya: "Wallace, kamu melanggar peraturan!"

Wallace pun tersenyum pasrah, pandangan matanya semakin lembut, dia pun bertanya kembali: "Salahku apa?"

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu