Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 153 'Senapan mulut’ yang mantap sekali (1)

“Soal perusahaan aku sih tidak mengerti, tapi aku punya mata, ayahku bukannya tidak memberi kamu makan, semua yang kamu pakai juga yang bermerek. Dari pakaian sampai perhiasan, apa ada yang bukan dari uang ayahku? Kalau pakai uang suami lebih baik apa adanya saja, jangan tiap hari keterlaluan, hati-hati suatu hari nanti ditinggalin!”

Victoria rasanya tidak pernah ngomong setajam ini, omongannya tidak kasar, tapi bisa dibilang dia sudah mengomel Paulina dari atas sampai bawah, rasanya puas sekali.

“Kamu! Kamu......” Kata-kata Victoria tidak membuat Paulina tak bisa berkutik, dia begitu emosi, rasanya ingin sekali menaikkan bola mata dan langsung jatuh pingsan saja.

“Awas!” Perintah Victoria dengan dingin, “Kalau tidak awas juga aku tidak akan sungkan-sungkan lagi.”

Paulina sangat tidak puas, di depan situ juga dia berteriak, “Kurang ajar sekali kamu!”

Victoria mendengus, belum sempat dia membuka mulut, sudah terdengar suara Winiston yang emosi, “Ibu, kalau kayak begitu terus aku suruh ayah datang!”

Tidak peduli kakak atau ibunya, semuanya ada hubungan darah sama dia, Winiston tidak bisa memilih untuk membantu siapa, terutama ketika ibunya yang keterlaluan.

Tapi kalau dia membantu kakaknya, bukan hanya akan melukai hati ibu, malah akan semakin buat ibunya melawan kakaknya, jadi dia lebih baik pura-pura tidak tahu dan tidak bertanya.

Tapi ibunya sungguh keterlaluan, Winiston merasa kalau dia masih juga tidak menghentikan ibunya, dia tidak akan punya muka lagi untuk ketemu kakak, kalau pun ayahnya tahu juga pasti akan salahkan dia.

“Ibu, perusahaan memang sudah tidak seperti dulu, tapi tiap bulan ayah juga ada kasih kamu uang, cukup untuk kamu habiskan, semua pakaian bermerek dan perhiasan di rumah ada yang belum pernah kamu pakai, kenapa masih harus beli lagi? Kalau ayah tahu kamu minta uang sama kakak, pasti bakal marah besar!”

Sebenarnya dalam hati Winiston masih lumayan menyalahkan ibunya, kalau tidak, dia tidak akan ngomong seperti itu.

Keberadaan ibunya adalah beban dalam keluarga.

Meskipun Winiston tidak ingin mengakui, tapi kenyataannya memang begitu, satu alasan yang bisa dipaksakan untuk membantah kenyataan ini pun tidak ada.

“Ibu, cepat awas saja, biarkan kakak pergi, kamu minta uang seperti itu sama kakak, apa yang akan dipikirkan kakak ipar? Kalau ayah tahu juga tidak akan memaafkan kamu!”

Kalau sampai Winiston sudah membuka mulut, pasti dia tahu batas omongan dia, meskipun ekspresinya dingin dan datar, tapi omongan dia membuat Paulina diam.

Yang paling Paulina takutkan adalah Charles memutuskan hubungan sama dia, juga takut anaknya tidak sehati dengan dia, mendengar anaknya mulai mengangkat bicara, dia tidak berani lagi meminta uang sama Victoria, tapi hatinya masih tidak puas, dia pun berbalik badan mengomel Winiston, “Anak sialan kamu! Aku itu ibumu! Ini aku demi siapa, setiap hari kayak penagih hutang saja.......”

Victoria agak tercengang, dilihatnya ke arah Winiston, Winiston menghindari kontak mata dengan dirinya, lalu tak berkata apa-apa lagi. Dia langsung membuka pintu pergi, tentu saja dia tidak tahu Winiston menghelas napas lega ketika melihat Victoria pergi.

Victoria keluar dari rumah sakit dan menarik napas dalam, dia menjadi lebih mengenal Paulina yang tidak tahu diri, setelah masuk ke mobil dia pun menelepon ke ayahnya.

“Victoria?” Charles agak terkejut, “Ada apa?”

“Ayah......” Saat ini Victoria jadi agak menyesal, kalau ayahnya mendengar perbuatan Paulina pasti akan sedih, meskipun dia kesal ayahnya kembali bersama dengan Paulina, tapi dia tidak ingin ayahnya kesusahan.

Kalau dia menceritakan soal Paulina, apa yang akan dipikirkan ayahnya?

Seketika Victoria jadi ragu-ragu, akhirnya dia tarik kembali yang mau ia katakan, dia hanya mengobrol sebentar lalu menutup telepon.

Soal Paulina dengan cepat sudah Victoria lupain, sesampainya di kantor, Victoria pergi ke ruangan kantor lantai paling atas, Wallace dan Willy tidak ada, kemungkinan besar pergi rapat, Victoria pun menonton berita di sofa, tidak lama kemudian dia mulai mengantuk dan ketiduran.

Saat kembali ke kantor, Wallace melihat istrinya meringkuk ketiduran nyenyak di sofa, handphone yang masih tergenggam di handphonenya pun hampir jatuh ke lantai.

Wallace tertawa kecil, dengan langkah besar dia mendekat dan meletakkan handphonenya di meja, lalu mengeluarkan selimut tipis dari lemari dan menyelimutinya, serta mencium bibirnya dengan pelan, kemudian baru kembali ke kursi kerjanya.

......

Tidur Victoria nyenyak sekali, pas bangun masih belum sadar total, beberapa detik dia tidak tahu dirinya lagi ada di mana, ia hanya duduk melamun sambil melihat handphone di meja dengan pikiran kosong.

Mendengar ada suara Wallace pun mengangkat kepala, melihat istrinya yang kebingungan begitu ia merasa lucu skeali, dia pun bangkit dan mendekat, lalu memeluk dan menciumnya, serta bertanya dengan lembut, “Belum sadar total?”

“Hm......” Victoria bergumam, lalu masuk ke dalam pelukan Wallace dan memejamkan mata, seolah hampir ketiduran lagi.

Wallace mengangkat tangan melihat jam, sudah hampir 3 jam lebih Victoria tidur, “Sudah, jangan tidur lagi sayang, kalau tidak nanti malam kamu tidak bisa tidur.”

“Hm.”

Victoria menjawab, tapi masih malas-malasan di pelukan Wallace, seolah-olah tidak punya tulang untuk bangun.

“Cuci muka sana, biar lebih segar.”

Novel Terkait

Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
5 tahun yang lalu