Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 345 : Sepertinya Akan Melahirkan

Wallace Mo melihat ekspresi Victoria Gong seperti itu, dia segera tersenyum, dan berkata, "Oke, Victoria, sekarang kita akan mulai pesan makanan."

"Tidak mau, aku ingin pulang," kata Victoria Gong, wajahnya tampak serius.

Wallace Mo yang duduk di sebelah Victoria Gong, mengenggam tangannya, berkata, "Victoria, kalau kamu lapar nanti, aku tidak bisa keluar untuk membeli makan malam untuk kamu."

"Ibu Zhang akan melakukannya untuk aku," kata Victoria Gong, dia memberikan reaksinya. Sebenarnya, dia tidak pernah memakan makan malam yang dibuat oleh ibu Zhang, sebagian besar adalah Wallace Mo yang membeli makanan untuknya pada malam hari.

Wallace Mo cemberut, dia berpura-pura memasang wajah sedih, berkata, “Victoria, kamu bukan Nenek Liu.” Pada saat ini, posisi Victoria Gong adalah yang paling tinggi, dia hanya bisa memahami soal ini. Tetapi saat dia memikirkan ini, di dalam hatinya dia masih ingin tertawa.

"Kamu yang adalah Nenek Liu."

"Benar, aku adalah Nenek Liu."

Setelah mendengar kata-kata ini, Victoria Gong tertawa, melihat Wallace Mo dengan rasa puas.

“Jangan membuat masalah, ini saatnya memesan makanan,” kata Wallace Mo, lalu dia meletakkan menu di hadapan Victoria Gong.

Victoria Gong melirik Wallace Mo, dan perlahan-lahan membuka menu makanan. Ternyata, restoran yang dipilih oleh Wallace Mo itu lumayan bagus, karena hidangan di menu membuat orang tergiur dengan makanan-makanan tersebut. Victoria Gong tidak dapat menahan dirinya, lalu segera memesan sekitar sepuluh hidangan sekaligus.

Menunggu sampai semua hidangan disajikan, Victoria Gong melihat semua makanan lezat telah tersaji di atas meja, berkata: "Sepertinya aku memesan terlalu banyak."

"Benar," Wallace Mo menganggukkan kepalanya, berkata, "Tetapi Victoria, kamu bisa menghabiskan semuanya, coba cicipi."

Victoria Gong sangat tergiur dan menjilat mulutnya, bagi penyuka makanan, cinta yang terbaik mungkin adalah, saat dia menemani kamu untuk memakan makanan yang terlezat yang pernah ada, dan kamu juga bisa memberikan makanan yang tidak bisa kamu habiskan.

Dia ingin mencuci tangannya, berkata: "Aku akan pergi ke kamar mandi."

Namun, dia perlahan bangkit berdiri, dan sebelum dia dapat sepenuhnya berdiri, tiba-tiba dia merasa perutnya sakit. Lalu dia segera duduk kembali, kedua tangannya langsung memegangi perutnya, dan perlahan keringat mulai menetes dari dahinya.

Ketika Wallace Mo melihat Victoria Gong seperti ini, dia segera berdiri, lalu melihatnya dengan cemas, dan bertanya, "Ada apa, Victoria?" Pada saat ini, di otaknya hanya terdapat satu gagasan.

Victoria Gong mengangkat kepalanya melihat Wallace Mo, tangan kanannya ingin mencari tumpuan dan ingin meraih lengan Wallace Mo, perlahan-lahan dia mengucapkan beberapa kata dari mulutnya: "Wallace, perut aku rasanya sangat sakit, semakin lama rasanya semakin sakit, apakah aku akan segera melahirkan? "

Akan segera melahirkan?

Di dalam hatinya Wallace Mo juga berpikiran hal yang sama, dia mencoba menenangkan diri, lalu merangkul Victoria Gong, menuntunnya untuk berjalan ke tempat parkir, sambil berjalan dia berkata, "Victoria, jangan khawatir, kita akan segera pergi ke rumah sakit."

Untungnya, jarak dari restoran ke rumah sakit itu tidak jauh, lima belas menit kemudian, Wallace Mo menuntun Victoria, berjalan ke koridor rumah sakit dan berteriak: “Ayo cepat ke sini, istriku akan segera melahirkan." Pada saat ini, dia bukan seorang Direktur Mo yang cerdas dan gemilang, tetapi seorang suami pada umumnya yang khawatir dengan istri dan anaknya.

Dengan sangat cepat, Victoria Gong segera dibawa ke ruang bersalin.

Wallace Mo juga ingin ikut masuk, tetapi dihentikan oleh perawat agar tetap berada di luar, dan hanya bisa mendengar teriakan Victoria Gong —— "Wallace, aku takut."

Dia tahu bahwa, Victoria Gong benar-benar merasa takut, kalau tidak, setiap harinya dia tidak akan merasa cemas. Tetapi dia tidak punya pilihan, selain menunggu nya dan anaknya keluar dari ruang bersalin.

Setengah jam kemudian, Ayah Mo dan Ibu Mo juga dari rumah buru-buru datang ke rumah sakit.

“Ada apa, Wallace?” Ibu Mo bertanya.

Wallace Mo menatap Ibu Mo, sedikit senang, akhirnya sekarang dia tidak seorang diri berada di luar ruang bersalin. Wajahnya masih tenang, dia berkata, "Aku tidak tahu, mereka sudah lama berada di dalam." Selama setengah jam, dia selalu menghitung setiap detiknya.

Ibu Mo memandangi pintu ruang bersalin yang tertutup, lalu merasa sedikit khawatir, walau bagaimana pun setiap wanita yang melahirkan seperti dia telah memasuki gerbang pintu kematian. Dia melihat lagi ke arah Wallace Mo, Wallace seperti sangat gugup, lalu dia menepuk pundaknya, dan berkata, "Tidak apa-apa, jangan khawatir. Victoria dan anak kamu pasti akan keluar dengan aman."

Wallace Mo tersenyum, hatinya masih merasa sangat cemas.

Pada akhirnya, ketika terdengar suara tangisan anak yang datang dari ruang bersalin, sampai pintu bersalin terbuka, Wallace Mo benar-benar terdiam. Dia terperanga ketika perawat keluar dengan membawa seorang anak yang ada di lengannya, tetapi mau bagaimana juga dia tidak bisa bergerak. Dia melihat Ibu Mo maju ke depan, tersenyum, Ayah Mo juga tersenyum, perawat itu juga tersenyum.

Tetapi tidak bisa bangkit berdiri, seluruh tubuhnya seperti mati rasa.

Ibu Mo menunjuk ke arah perawat dan menunjuk kea rah Wallace Mo, lalu dia membawa anak itu ke arah Wallace Mo, dan berkata, "Tuan, selamat atas kelahiran putramu yang periang, dengan berat badan 4 kg."

Putra yang periang? 4 kg?

Baru sekarang ini Wallace Mo perlahan-lahan berdiri, lalu memperhatikan bayi yang berada di dalam pelukan perawat itu, lalu dia mengulurkan tangan untuk menyentuhnya, lalu dia menarik tangannya kembali, tersenyum sedikit, dan berkata, "Apakah dia seorang anak laki-laki?"

“Ya, benar.” Perawat itu tertawa, lalu memberikan anak itu ke pelukan Wallace Mo.

Wallace Mo menerima anak itu dari perawat, dia menatap anaknya, menatapnya lekat-lekat, ini adalah pertama kali baginya menjadi seorang ayah, dia sangat gugup sehingga dia tidak tahu harus berbuat apa. Pada saat ini, dia baru teringat untuk bertanya keadaan Victoria Gong, jadi dia menarik lengan perawat, bertanya: "Bagaimana dengan Victoria? Bagaimana dengan istri aku? Bagaimana dengan dia?"

"Tenanglah, keadaan wanita tersebut juga sangat aman." Perawat itu tersenyum, lalu berkata, "Bayi itu lahir prematur, sekarang dia harus berada di inkubator."

Wallace Mo mendengarkan perkataan sang perawat, ada rasa enggan saat ingin memberikan anak itu kepada perawat, lalu dia memperhatikan perawat perlahan-lahan pergi.

Ibu Mo perlahan-lahan berjalan ke arah Wallace Mo, berkata sambil tersenyum, "Wallace, ayo kita pergi melihat Victoria.” Dia belum pernah melihat putranya seperti ini, dan dia tidak bisa menahan senyumnya.

Wallace Mo mengangguk, lalu mengikuti Ibu Mo, dan pergi ke kamar pasien di mana Victoria Gong beristirahat. Dia memandang Victoria Gong yang tampaknya tertidur, tersenyum. Pada saat ini, dia baru bisa sepenuhnya memberikan reaksi. Victoria Gong memberikan seorang putra untuknya, dan keadaannya juga aman-aman saja.

Dia mengelus pipi Victoria Gong, dia membungkuk, dan mencium dahinya, berkata dengan suara lembut, "Victoria, terima kasih." Pada saat ini, dia sangat senang, bahwa Victoria Gong masih berada di sisinya.

Wallace Mo mengenggam tangan Victoria Gong, dia perlahan-lahan duduk di kursi, kepalanya menoleh ke arah Ibu Mo, berkata: "Ibu, kapan Victoria baru bisa bangun?"

"Dokter berkata dia segera bangkit, jangan khawatir," kata Ibu Mo.

Dan benar saja, setelah setengah jam, Victoria Gong perlahan-lahan membuka matanya.

Dia melihat langit-langit rumah sakit, tersenyum, ternyata dirinya masih hidup, baru saja rasanya sangat sakit dan rasanya dia ingin mati saja.

Wallace Mo melihat bahwa Victoria Gong sudah terbangun, dia segera bangkit berdiri, dan memandangnya, berkata dengan suara lembut, "Victoria, kamu sudah bangun?"

Victoria Gong menoleh ke arah Wallace Mo, dia tersenyum, lalu mengangguk pelan, dan bertanya, "Bayi kita?"

"Dia anak laki-laki, aku sudah melihatnya, matanya seperti kamu, dan mulutnya seperti aku, nanti jika dia besar nanti pasti akan tampan.” Kata Wallace Mo, wajahnya penuh dengan rasa bangga.

Victoria Gong juga tersenyum, detik berikutnya, dia mengerutkan keningnya, dan berkata, "Tadi rasanya sangat sakit." Pada saat itu dia berpikir, jika dia keluar, dia akan mengeluh kepada Wallace Mo, yang jelas-jelas ini adalah masalah dengan dua orang, tetapi kenapa dirinya harus merasakan sakit yang begitu mendalam?

Wallace Mo merasa hatinya sedikit sakit, dia membungkuk dan mencium pipi Victoria, dan berkata, "Tidak apa-apa, nanti kita tidak akan mempunyai anak lagi, hanya yang ini saja."

Hanya satu?

Victoria Gong tidak ingin seperti ini, dia cemberut, berkata, "Aku ingin punya anak perempuan lagi."

Wallace Mo tertawa, berkata: "Aku akan mengikuti kata-kata kamu.”

"Tetapi tadi itu benar-benar sakit.” kata Victoria Gong. Tidak peduli apa pun, sampai dia mendapatkan jawaban yang memuaskan, dia akan terus mengatakan hal ini di telinga Wallace Mo.

Wallace Mo tersenyum, dan berkata, "Kalau begitu biar nanti aku yang melahirkan."

Mendengar ini, Victoria Gong terkikik lalu tertawa, meskipun hal ini tidak realistis, tetapi kata-kata ini membuat hatinya cukup merasa nyaman. Dia tersenyum, berkata, "Kalau begitu suda diputuskan."

"Baiklah, lain kali kamu akan menanam benih di dalam badan aku," kata Wallace Mo terdengar serius.

Mendengarkan perkataannya ini, wajah Victoria Gong memerah, dia berkata dengan nada bicara yang hanya bisa didengar oleh dirinya dan Wallace Mo: "Apa yang kamu bicarakan? Mesum!" Dia berkata seperti itu seakan tidak ada kehadiran Ayah Mo dan Ibu Mo, keadaan di kamar begitu ramai tetapi dia berkata tanpa malu-malu seperti ini, kulit wajah Direktur Mo ini cukup tebal.

Wallace Mo tersenyum, lalu mencium bibir Victoria, berkata, "Apa yang aku katakan itu benar."

“Aku tidak ingin memperdulikan kamu lagi,” Victoria Gong melihat ke arah yang lain, tidak ingin melihat ke arah Wallace Mo lagi.

Wallace Mo juga berjalan ke sisi lainnya, menatap Victoria Gong dengan tatapannya yang lembut.

Victoria Gong masih menolehkan kepalanya ke arah yang lain.

Wallace Mo pergi ke sisi lain dan menatap Victoria Gong.

Dengan begini, tindakan ini dilakukan secara berulang, akhirnya Victoria Gong tertawa dan berkata, "Kamu jangan begini?"

“Kalau begitu apa yang kamu inginkan?” Wallace Mo tersenyum.

"Kamu jangan lihat aku."

"Harus lihat!"

Pada saat ini, Ayah dan Ibu Mo sudah pergi terlebih dahulu, di dalam kamar pasien hanya tersisa Wallace Mo dan Victoria Gong, saat ini, yang mereka takuti adalah pasangan orang tua yang paling bahagia di dunia.

Setelah tertawa, Victoria Gong bertanya, "Bagaimana dengan bayi kita?"

"Dia berada di dalam inkubator, dia lahir prematur, dan tubuhnya sedikit lemah," kata Wallace Mo.

Lemah?

Victoria Gong cemberut, berkata, "Aku ingin melihatnya." Diperkirakan bahwa setiap Ibu setelah meninggalkan ruang bersalin, pertama kali yang ingin dia lakukan adalah ingin melihat anaknya.

"Sekarang sudah terlalu malam.” kata Wallace Mo, "Bagaimana kalau besok kamu baru pergi melihatnya?"

Bagaimana bisa Victoria Gong menunggu sampai besok? Dia mengerutkan keningnya, berkata "Kamu yang akan memeluknyam, oke? Biarkan aku melihatnya sekilas saja."

Melihat ekspresi Victoria Gong yang memelas, hati Wallace Mo melunak. Dia mengangguk, berkata: "Kalau begitu biar aku yang bicara dengan perawat."

Victoria Gong tersenyum, lalu melihat Wallace Mo berjalan keluar dari kamar pasien.

Dalam beberapa menit, dia menghitung waktu, hatinya sangat bersemangat.

Dulu dia sering membayangkan seperti apa rupa anaknya nanti, dan sekarang, akhirnya dia bertermu dengannya.

Seperti menunggu hadiah untuk waktu yang cukup lama, dan akhirnya mendapatkannya.

Dengan sangat cepat, Wallace Mo berjalan masuk dengan bayi berada di pelukannya. Dia masih termasuk baru menjadi seorang Ayah, walaupun postur tubuhnya tidak begitu benar, tetapi dapat dilihat jika dia sangat berhati-hati, karena takut tidak sengaja dia akan menyakitinya.

Victoria Gong menatap bayi itu, perlahan-lahan mengambilnya dari tangan Wallace Mo. Dia menatap anaknya, dan dia benar-benar tampak seperti yang dikatakan oleh Wallace Mo, matanya seperti dia, dan mulutnya seperti Wallace Mo. Dia tersenyum, mencoba menggoda bayi itu, tetapi dia masih tertidur.

"Lihatlah, dia sangat kecil," kata Victoria Gong, matanya memancarkan kelembutan seperti seorang Ibu.

Wallace Mo berada di samping Victoria Gong, juga menatap anaknya, dan tersenyum, mengulurkan tangan dan menyentuh pipi bayi itu.

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu