Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 84 Pulang Untuk Menjelaskan (2)

“Baiklah.” Wallace Mo menutup telepon, mereka telah sampai di depan gerbang rumah Wanda Gu, “Masuklah, aku harus pergi.”

“Mumpung sudah sampai, kau tidak ingin masuk sebentar?” ujar Wanda, matanya berbinar sambil berlagak imut. Dia berharap Wallace Mo tinggal. Jika Wallace tinggal hingga larut malam, akan mudah untuk membujuknya tidur di rumahnya.

“Cepatlah masuk, jangan menguji kesabaranku.” kesabaran Wallace Mo hampir habis, tepatnya setelah mengangkat telepon dari Willy Mo tadi.

Melihat air muka Wallace berubah, Wanda setengah hati turun dari mobil, “Baiklah. Aku hanya ingin mengundangmu untuk bersenang-senang sebentar, kenapa harus marah begitu…”

Setelah Wanda turun dari mobil, Wallace langsung memutar balik mobilnya dan tancap gas. Dia mengemudi dengan cepat, lebih cepat dari kecepatannya mengantar Wanda pulang tadi.

Walaupun belum bisa membujuk Wallace untuk tinggal di rumahnya, namun dia menghabiskan waktu bersama Wallace cukup lama hari ini. Wanda teramat senang. Tentang foto bintang tamu hari ini, dia sengaja tidak mengedit fotonya sama sekali. Kalau tidak terjadi keributan itu, mana mungkin Wallace akan membelanya di hadapan orang banyak seperti tadi? Kasihan sekali bintang tamu hari ini bernasib buruk.

Wanda berdecak gembira sambil menggumamkan sebuah lagu, dia lalu memasuki rumahnya. Tidak masalah, Kak Wallace, kita punya banyak waktu, pikirnya.

Wallace Mo tiba dirumah. Suara mobilnya membuat Victoria Gong terkejut. Victoria lalu bergegas ke lantai atas, mengunci dirinya di dalam kamar. Dia tidak ingin berjumpa Wallace Mo sekarang, sedikitpun tidak ingin melihatnya.

Wallace Mo khawatir terjadi apa-apa pada Victoria di jalan, khawatir saking marahnya Victoria memilih bermalam di rumah Berly Liu atau tempat-tempat lainnya. Tetapi, melihat lampu rumah menyala, Wallace Mo tahu, Victoria Gong ada di rumah.

Entah bagaimana caranya, dia hanya ingin pulang untuk menjelaskan segalanya.

Wallace Mo buru-buru memparkirkan mobilnya, lalu bergegas masuk ke rumah. Setibanya di dalam dia mendapati sepasang sepatu, perhiasan seharga enam sampai tujuh digit uang berserakan dimana-mana.

Victoria marah besar. Wallace Mo berpikir lebih baik Victoria marah besar daripada membungkam amarahnya dalam diam.

Wallace Mo tidak melihat seorang pun, lalu mendapati pintu kamar tertutup rapat. Dia yakin Victoria ada di dalam kamar. Tanpa berganti sepatu, Wallace naik ke lantai atas. Dia ingin menjelaskan segalanya pada Victoria, tetapi pintu kamar dikunci dari dalam, sehingga dia tidak bisa masuk. Kalau di kunci dari luar, orang di dalam tidak bisa keluar.

“Victoria, buka pintunya.” ujar Wallace lirih dan lembut.

Tidak peduli lirih ataupun lembut, Victoria yang saat ini sedang marah tidak mendengarnya. Dari dalam kamar, dia berteriak, “Aku tidak mau membuka pintu! Kau pergi cari gadis lugu sana! Gadis yang manja, juga lebih cantik dariku! Kau kemarin malam tidak lama-lama menemaninya, ‘kan? Kenapa tidak kau lanjutkan saja hari ini? Pergi!”

Victoria tidak peduli seberapa kasar kata-kata yang baru saja diucapkannya.

Wallace Mo hanya bisa pasrah mendengar kata-kata yang dilontarkan Victoria padanya.

“Yang terjadi tidak seperti yang kau pikirkan.”

“Kau tidak perlu memberiku penjelasan, aku sudah melihat dan mendengar semuanya.” Victoria ingin mengucap kata cerai, namun dia menahannya. Dia pikir jika dia mengucapkan kata itu, hubungannya akan lenyap.

Wallace Mo mendapati Victoria sebegitu marahnya, lalu menghela nafas panjang. Dijelaskan sekarang juga tidak akan didengar, pikirnya. Tetapi, dia tetap merasa harus memberi Victoria penjelasan, kalau tidak Victoria bisa berpikir yang tidak-tidak.

“Gadis yang kau lihat tadi, namanya Wanda Gu. Usianya sama denganmu. Dia adalah anak pamanku. Aku merawatnya sejak kecil, kurang lebih sepuluh tahun. Jadi, dia sangat dekat denganku. Ketika dia beumur lima belas tahun, dia pergi tinggal di luar negeri. Terakhir kali aku bertemu dengannya, sekitar empat tahun yang lalu. Sekarang dia pulang dan menemuiku, tentu dia merasa senang. Kemarin malam, memang benar Willy meneleponku dan bilang ada urusan. Ternyata Wanda lah yang memaksanya untuk meneleponku, aku telah dibohongi. Karena lama tidak bertemu, jadi aku menemuinya agak lama. Hubunganku dengannya hanyalah kakak adik, kau jangan berpikir macam-macam.” ujar Wallace Mo.

Hubungan kakak adik? Kau mungkin hanya bisa melihat segitu saja, tetapi jelas di mata gadis itu, dia menyukai Wallace Mo. Walaupun dibilang hubungan mereka seperti kakak dan adik, tetapi insting Victoria sebagai perempuan mengatakan gadis yang bernama Wanda Gu itu memang menyukai Wallace Mo.

“Victoria?” usai Wallace memberi penjelasan panjang lebar, Victoria tidak juga angkat bicara, Wallace lalu mengetuk pintu, “Apa kau baik-baik saja?”

Baik-baik saja? Bagaimana bisa baik-baik saja? Victoria hampir meledak! Bisa-bisanya dia menganggap gadis itu sebagai adik dan gadis itu menganggap Bryan Lu sebagai kakak. Memang hanya wanita yang bisa mengerti maksud wanita lainnya. Lelaki selamanya tidak akan bisa!

“Wallace, kau tolol sekali! Kau biasanya pintar, bagaimana bisa kau tolol pada saat-saat seperti ini!” bentak Victoria, melepas amarahnya.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu