Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 276 Aku Sudah Memutuskan (1)

“Victoria, bukan begitu maksud Papa.” ujar Charles Gong, “Sebagai sesame lelaki, Papa tidak percaya Wallace bisa melakukan hal seperti itu. Lagipula, kalau kamu cerai dan merawat anakmu sendiri, bagaimana hidupmu nanti? Apa kamu sudah memikirkannya matang-matang?”

“Papa.” ujar Victoria Gong, “Ini bukan masalah percaya atau tidak. Hasil tes DNA sudah membuktikannya. Bagaimana Papa masih tidak percaya?”

“Aku sudah memikirkan kedepannya matang-matang. Aku akan menjadi orang tua tunggal. Apa yang susah dengan itu?” ujar Victoria Gong.

“Victoria…”

Charles Gong masih ingin bicara namun Victoria Gong lalu memotongnya, “Aku tahu kalian semua menginginkan Wallace. Tapi, aku tidak ingin berkompromi. Cerai ya cerai.”

Charles Gong menatap Victoria Gong. Wajahnya terlihat yakin. Charles Gong hanya bisa mengehela nafas dan duduk kembali di sofa.

Victoria Gong juga tidak lagi mengatakan apa-apa. Matanya memandang jauh. Dia tahu ayahnya khawatir. Namun, yang dia butuhkan saat ini bukanlah rasa khawatir melainkan dukungan. Sulit baginya melalui semua ini seorang diri. Charles Gong tidak lagi memahami puterinya. Victoria Gong hanya bisa bicara dalam hati, mendukung dirinya sendiri.

Victoria Gong bilang dia tidak memikirkan Wallace Mo lagi. Namun, dia berbohong. Dia masih mencintai Wallace Mo.

Namun, cinta bukan berarti berkompromi atau memahami tanpa dasar. Itu bukan gaya Victoria Gong. Saat ini, dia hanya bisa perlahan melepaskan segalanya, walau entah bagaimana masa depannya nanti.

Ketika Charles Gong berusaha agar mereka berdua bisa kembali bersama, Victoria Gong tampak kecewa. Mengapa dia tidak mendukungnya saat Victoria Gong sudah sejauh ini? Mengapa dia yang harus menderita? Mengapa tidak seorang pun memahaminya?

Victoria Gong menghembuskan nafas kesal.

Charles Gong duduk di sofa, hening. Setelah beberapa saat, dia baru angkat bicara, “Victoria, Papa tidak menuntut apa-apa. Papa hanya berharap kamu baik-baik saja. Kalau kamu sudah memutuskan, Papa akan mendukungmu. Kamu sudah besar. Papa tidak bisa terus ikut campur. Namun, tolong jangan gugurkan bayimu. Apa keluarga kita tidak boleh memiliki bayi kecil lagi?”

Victoria Gong mendengar kata-kata ayahnya dengan tenang. Hatinya terasa lebih ringan.

“Terimakasih, Pa.” Victoria Gong tertawa sambil mengusap perutnya, “Terimakasih.”

Charles Gong tertawa sambil menepuk pundak puterinya, “Victoria, tidak peduli apa yang terjadi, kamu harus kuat. Dengan begitu, Papa baru bisa tenang.”

“Aku paham.” jawabnya, “Apa Papa belum makan?”

“Belum.”

“Kalau begitu, aku akan memasak. Papa tunggu sebentar.”

Ponsel Charles Gong lalu bordering. Dia melihat layarnya sekilas lalu mengangkatnya, “Halo. Baiklah. Sampai jumpa.”

Charles Gong lalu menutup teleponnya dan menghampiri Victoria Gong dengan rasa bersalah, “Victoria, Papa ada janji makan malam. Jadi, Papa tidak perlu makan sekarang.”

“Baiklah. Jangan terlalu banyak minum anggur.” ujar Victoria Gong, sedikit kecewa. Namun, dia tidak memperlihatkannya.

Charles Gong mengangguk, “Victoria, kalau ada apa-apa, telepon Papa. Kalau kamu tidak tahan lagi, kamu bisa pulang.”

Ada orang bilang entah kapan, rumah selalu menjadi tempat yang tepat untuk melupakan segalanya.

Victoria Gong terharu. Entah karena kehamilannya atau hal lain, hatinya mudah tergerak, “Baiklah.”

“Kalau begitu, Papa pergi dulu.”

Victoria Gong mengangguk lalu mengantar Charles Gong sampai pintu. Dia lalu teringat sesuatu dan menarik tangannya, “Pa, jangan beritahu Wallace aku disini. Aku tidak ingin bertemu dengannya.”

“Baiklah.” ujar Charles Gong sambil mengusap tangan Victoria Gong, “Tapi, tidak susah bagi Wallace untuk menemukan tempat ini.”

Victoria Gong sama sekali tidak terpikirkan itu sebelumnya.

“Aku tahu.” Setelah mengantar Charles Gong, dia kembali masuk ke villanya.

Ketika dia kembali ke dalam, dia tidak yakin apa yang sedang dia rasakan. Matahari sedang terik. Cahayanya menyentuh lantai. Namun, tidak juga membuat hati Victoria Gong hangat.

Pukul dua siang, pesawat Wallace Mo tiba di Kota Lin.

“Apa kamu sudah menemukan alamatnya?” tanya Wallace Mo ke Willy Mo.

Willy Mo melihat Wallace Mo yang tergesa-gesa, “Sudah. Isteri Anda memiliki villa di kota ini.”

Novel Terkait

Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu