Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 85 Lagi-Lagi Wanda (1)

Wallace Mo pasrah mendengar Victoria melontarkan sumpah serapah padanya. Wallace paham betul Victoria sedang cemburu. Di lubuk hatinya yang terdalam, Wallace merasa senang. Tiap kali Victoria menunjukkan rasa cemburunya, saat itu lah Wallace merasa Victoria benar-benar menyukainya.

“Cukup. Buka pintunya.” ujar Wallace sambil mengetuk pintu kamar. Telinganya menempel di pintu, mencoba mendengar gerak-gerak di dalam.

Tiba-tiba Victoria menendang pintu dari dalam, Wallace terkejut lalu mundur dua langkah, “Aku tidak mau buka pintu!” bentak Victoria.

“Victoria…” ujar Wallace sedikit putus asa. Dia tidak menyangka Victoria yang sedang cemburu bisa kekanak-kanakan, sampai tidak mau membuka pintu begini.

Victoria tahu perbuatannya sangat tidak rasional, juga kekanak-kanakan. Tetapi, dia sedang cemburu. Jadi, kenapa harus bersikap rasional dan dewasa? Gadis bernama Wanda Gu itu juga tidak seharusnya seintim itu dengan Wallace. Intinya, Victoria merasa dibohongi. Wallace tidak berkata jujur padanya. Kalau saja tadi malam dia bilang dia pergi menemui Wanda Gu lalu menjelaskan apa saja yang mereka lakukan, mungkin dia tidak akan semarah ini sekarang. Wallace masih saja menyuruh Victoria untuk mempercayainya, bahkan Wallace sendiri ragu apakah Victoria bisa untuk tidak mencurigainya.

“Aku ingin menenangkan diri, jadi lebih baik kau jangan masuk kamar malam ini. Aku takut aku akan memukulmu dengan asbak. Lagipula, asbaknya telah lama tidak dipakai. Maka akan bagus dipakai untuk membunuhmu malam ini.” ujar Victoria geram , pandangannya terpaku ke asbak. Asbak itu memiliki ornamen kristal di sisi luarnya, dia menebak harganya lebih dari enam digit uang. Lagipula, Wallace Mo adalah konglomerat. Membunuhnya dengan asbak mahal barulah pantas.

Asbak itu Wallace gunakan ketika dia dulu masih merokok aktif, Willy lah yang menyuruh orang untuk membuatkannya asbak itu. Asbak itu juga lumayan berat. Wallace pikir aneh jika Victoria sampai kuat untuk memindahkannya.

“Baiklah. Tolong ambilkan baju tidurku.” Wallace Mo akhirnya menyerah. Sejak pertama pindah ke rumah ini, dia belum pernah merasakan rasanya tidur di ruang tamu.

“Kau pikir aku bodoh? Kalau aku mengambilkan baju tidurmu, berarti aku harus membuka pintu. Wallace Mo berhentilah bicara denganku! Asal kau tahu saja, aku benar-benar ingin membunuhmu!” Bayangan Wanda memeluk erat Wallace terulang-ulang di kepala Victoria, dia geram, serasa ingin meledak. Dia berharap Wallace Mo tidak akan pernah selingkuh di belakangnya. Victoria tidak sadar sikapnya saat ini sama seperti sikapnya dulu ketika dia mendapati Nicky Yang menyelingkuhinya. Dulu dia sangat menyukai Nicky Yang, jadi ketika dia mengetahui perbuatan lelaki itu, Victoria merasa sedih. Tetapi, melihat Wallace berbuat seperti itu, rasanya lebih sakit, dia tidak mampu menahannya. Dia merasa sangat hancur. Dia takut mengetahui apa yang mungkin Wallace lakukan dengan gadis itu. Victoria takut mengetahui jawabannya.

Wallace Mo menggaruk kepalanya, dia merasa lebih baik Victoria bersikap begini. Dulu, setiap Victoria merasa sedih, dia selalu bungkam dan lebih memilih menyimpan amarahnya. Namun, saat ini dia perlahan mulai bisa mengeluarkan beban hatinya. Hanya saja, Wallace Mo tidak menyangka Victoria bisa mengatainya seperti barusan.

“Aku akan tidur di ruang tamu. Kau istirahatlah baik-baik.” ujar Wallace Mo mengakhiri percakapannya dengan Victoria. Victoria sudah, kurang lebih, mengeluarkan isi hatinya tadi. Jadi, Wallace tidak lagi khawatir Victoria akan melakukan hal aneh di dalam. Yang saat ini Wallace takutkan adalah Victoria pingsan, seperti yang pernah terjadi dulu.

Victoria tidak lagi mendengar suara apapun dari luar kamar, dia lalu diam-diam membuka pintu, mengintip keluar. Dia mendapati lampu di ruang tamu menyala. Wallace benar-benar tidur di sana, pikirnya.

Suka sekali dia tidur di ruang tamu. Kalau begitu jangan tidur di kamar lagi.

Victoria lalu menutup pintu kamar, namun lupa menguncinya.

Saking kesalnya, Victoria susah terlelap. Ketika tengah malam tiba, dia baru bisa tertidur pulas. Dalam tidurnya, Victoria bermimpi. Dia memimpikan suara Wanda Gu memanggil-manggil Wallace. Ketika Victoria menoleh ke arah suara itu, dia mendapati Wanda Gu sedang duduk di pangkuan Wallace, sambil menciumi wajahnya. Dia melihat Wallace tidak menolak, malah menyungging senyum.

Mimpi itu membuat tidurnya tidak nyenyak. Victoria merasa ada yang menciumi wajahnya, namun, dia terlalu memperhatikan mimpinya, lalu mengabaikan perasaan barusan.

Tidak lama, mimpi itu membuatnya terbangun. Matanya melihat kearah jam yang menunjukkan pukul 7:20. Dari lantai bawah, dia mendengar suara pintu ditutup. Victoria lalu beranjak ke balkon rumah, melihati lantai bawah. Dia mendapati Wallace menyalakan mobilnya, seperti akan pergi.

Wallace merasa ada orang yang melihatinya, dia menoleh ke lantai atas, mendapatii Victoria berdiri disana. Victoria menyadari dirinya dan Wallace saling bertatapan, lalu menarik tirai jendela dan balik badan. Wallace berdiri disana sejenak, lalu mengemudikan mobilnya dan pergi.

Novel Terkait

Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu