Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 200 Menjadi Partner Bersama Elizabeth (1)

“Victoria, kemarilah.” Ibu Mertua melihatnya, tersenyum dan menyapanya.

“Pa, Ma.” Sambil menegur, Victoria berjalan ke sisi mereka.

Sedangkan William dengan patuhnya memanggil, “Bibi.”

Hanya saja, Victoria selalu merasa aneh, sepertinya tidak tahu sejak kapan, William menjadi lebih dekat dengan Mertua ketimbang dirinya sendiri.

Mungkin ia terlalu banyak berpikir, dengan berpikir seperti ini, Victoria pun tidak terlalu mempedulikannya lagi.

Di sisi lain timbul suatu hal dari kepala Victoria, bagaimana bisa William ada di sini?

Elizabeth pergi melakukan perjalanan bisnis?

Tapi akhir-akhir ini, Elizabeth sekalinya ada urusan langsung menitipkan William pada Mertuanya, dulunya ia hanya menaruh William di rumah.

“Victoria, apa yang sedang kamu pikirkan?” Melihat Victoria melamun, Ibu Mertuanya pun bertanya.

Victoria menggeleng, lalu duduk di sisi Ayah Mertuanya.

“Wallace pergi melakukan perjalanan bisnis?” Ayah Mertua bertanya pada Victoria.

Victoria mengangguk, mengungkit ini, ia pun teringat lagi suaminya.

“Wallace juga pergi? Begitu juga baik, menjadi partner dengan Elizabeth.” Ucap Ibu Mertua dari samping.

Begitu mendengarnya, Victoria menjadi sedikit terkejut, sepertinya, setelah mengetahui William adalah pendonor sumsum tulang, hubungan mereka menjadi baik.

Ia hanya bisa tersenyum.

Begitu Victoria datang, kediaman keluarga Mo pun menjadi lebih ramai. Setelah makan siang, Victoria menemani William bermain di taman.

“Bibi, aku ingin selamanya tinggal di sini.”

Tidak tahu mengapa, tiba-tiba terlontar ucapan ini dari William, membuat Victoria tidak tahu bagaimana membalasnya.

“Karena aku lebih suka Nenek.” William lanjut berbicara, nada bicaranya sangat jujur.

“Tapi, Mama adalah Mama kandungmu, sedangkan Nenek, mungkin adalah Nenek kandung orang lain.” Victoria menjelaskan pada William dengan lembut, meski tidak mendukung Elizabeth, tapi tidak ingin hubungan William dan Elizabeth sekaku ini.

Mendengar ini, William menatap Victoria dengan mata besarnya sepertinya sedang mencurigai Victoria, tapi ia tidak menyampaikan kata-katanya, hanya mundur perlahan.

Victoria juga tidak bisa menjelaskannya, ia ingin menarik William ke sisinya. Tapi William menolak dan langsung mundur.

Yang terjadi selanjutnya, justru tidak disangka Victoria.

William terus mundur, hingga tersandung oleh sebuah batu, ia terjatuh di tanah dan menangis.

Victoria langsung berdiri ketika William terjatuh, berlari kecil ke sisi William, ingin melihat lukanya, menyadari sikutnya sedikit lecet.

Sedangkan Mertua yang mendengar tangisan William dari dalam, juga berlari keluar, melihat William terduduk di tanah, Ibu Mertuanya yang panik langsung menepis Victoria, tanpa disadari Victoria hampir saja jatuh terduduk di tanah.

“William, ada apa denganmu?” Ibu Mertua bertanya dengan panik.

William hanya menangis, tidak menjawab, ia mengusap air matanya dan membuat Ibu Mertua Victoria sedih.

“Ada sedikit lecet di sikutnya.” Victoria yang ada di sisi menjawabnya, ekspresinya merasa bersalah, manalagi karena perkataannya yang membuat William mundur ke belakang dan tidak memperhatikan jalannya.

“Victoria, mengapa kamu tidak menjaga William baik-baik?” Ibu Mertuanya sedikit menyalahkannya, tapi nada bicaranya tidak terlalu berat.

“Aku ……”

TIdak menunggu hingga Victoria selesai berbicara, Ibu Mertua pun membawa William ke dalam ruamh, Victoria juga tidak mempedulikan dirinya sendiri dan mengikut masuk.

“Jangan dimasukkan ke hati, Ibumu hanya sedikit panik.” Ayah Mertuanya menghibur sambil berjalan.

“Aku tahu.” Victoria menjawab dengan suara pelan.

Memasuki ruang tamu, Ibu Mertuanya menyuruh Ayah mengambil kotak obat, tapi karena ia sudah tua, ia tidak terlalu bisa membersihkan dan membalut luka, oleh karenanya ia terbata-bata.

Melihatnya, Victoria pun menawarkan memakaikan obat pada William, sedangkan Ibu Mertuanya tidak berkata apa-apa.

Ia duduk di sisi William, membuka kotak obat.

Ketika itu William sudah berhenti menangis, tapi ia masih menolak Victoria.

“William, tadi Bibi yang salah, maukah kamu memaafkan Bibi?” Victoria merayu lembut William.

Karena masih kecil, ia mudah lupa, juga tidak akan berpikir panjang, mana lagi Victoria adalah Bibi yang disukainya, William pun tersenyum dan mengangguk.

Victoria sangat gembira, dengan hati-hati ia membersihkan luka William, lalu mengobatinya, membalutnya dengan teliti.

Selama proses ini, meski Ibu Mertuanya tidak berbicara, tapi ekspresinya masih mengkhawatirkan William, perasaan seolah-olah “Kamu yang tersakiti hatinya, tapi aku yang tersakiti tubuhnya.”

Menunggu hingga Victoria selesai membalut, baru ia menjauh, memberikan tempat duduknya pada Ibu Mertua. Ketika ia memasuki taman, sepertinya ia mendengar suara Ibu Mertua yang memperhatikan William.

Tadi belum sempat terpikirkan, namun sekarang memikirkan sikap Ibu Mertuanya, hati Victoria sedikit cemburu.

Sepertinya setelah mengetahui William sebagai pendonor sumsum, Ibu Mertuanya dan William juga Elizabeth memiliki hubungan yang semakin baik, sudah beberapa kali ia melihat William di kediaman keluarga Mo.

Ini tidak berarti apa-apa, tetapi tidak tahu sejak kapan, Ibu Mertuanya memperhatikan William lebih daripada Victoria.

Victoria pun merasa sedih.

Oleh karenanya, ia mengambil ponsel, menelepon Wallace. Tapi tidak tahu mengapa, tidak ada yang menjawab. Ia menelepon kembali, langsung terdengar suara dari sisi lain:

“Halo.”

Novel Terkait

The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu