Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 201 Menghukummu Karena Minum Bir (1)

“Ternyata kamu.” Berly menghembuskan napas lega, lalu menatap pisau yang ada di tangannya, dan langsung menyembunyikan di balik tubuh.

“Bukankah kamu pergi melakukan perjalanan bisnis?” Berly lanjut bertanya.

“Kamu membawa Victoria pergi minum bir?” Wallace menunjuk Victoria yang ada di atas ranjang, bertanya dengan suara berat.

Berly menggaruk kepalanya karena sungkan, ekspresi ini adalah arti mengiyakan.

Jika ia tahu Wallace akan kembali lebih cepat, ia tidak akan membawa Victoria melakukan yang tidak-tidak, mana lagi membawanya ke kelab malam.

“Tidak ada lain kali.” Wallace menatap Berly sejenak sambil berbicara.

Empat kata ini terdengar seperti ancaman bagi Berly, ia tersenyum lalu berkata:

“Baiklah. Kalau begitu aku pergi dulu, tidak mengganggu hal baik kalian.”

Selesai berbicara, Berly pun meninggalkan kamar tidur, tidak lama, terdengar suara pintu ditutup, ia pergi begitu cepat seperti kecepatan cahaya.

Wallace tersenyum, lalu berjalan ke sisi ranjang, membuka selimut, masuk dan berbaring, lalu memeluk Victoria dalam dekapannya.

Meski Victoria sedang mabuk, Wallace tidak keberatan, malah ia mendekapnya dengan erat, ini seperti cinta yang sesungguhnya.

“Baru satu hari aku tidak ada, kamu sudah belajar minum bir?” Wallace menepuk pantat Victoria dengan perlahan, seperti menghukumnya.

Victoria seperti menyadari sesuatu, langsung meletakkan tangannya pada pinggang Wallace, kepalanya diletakkan dekat-dekat dalam pelukan Wallace, seperti sedang merayu, meminta maaf.

Bibir Wallace langsung tersenyum, ia meletakkan dagunya pada kepala Victoria, lalu tertidur.

Dua jam kemudian, Victoria setengah terbangun, merasakan kepalanya pusing. Baru saja ia ingin bangun, ia pun menyadari dirinya dipeluk orang lain.

Apakah ini mimpi?

Victoria mencubit wajahnya lalu merasakan sakit, bukan mimpi.

Kalau begitu? Mabuk lalu memasuki kamar yang salah?

Victoria ketakutan, ia bergegas menutup matanya.

Tidak mungkin bukan?

Ia berteriak di dalam hatinya.

Beberapa menit kemudian, sekali lagi Victoria membuka matanya, ingin melepaskan diri dari dekapan orang itu, kabur mumpung ia belum terbangun.

Hanya saja, tanpa sengaja ia melihat dekor kamarnya, bukankah ini rumahnya sendiri?

Manalagi, wangi tubuh orang di sebelahnya jelas adalah aroma sabun yang digunakan di rumahnya.

Ia memberanikan diri, perlahan menoleh, akhirnya ia melihat sosok di sisinya.

Ia hanya melihat wajah Wallace yang tidak asing.

Langsung saja Victoria merasa sangat lega, tampak senyuman di wajahnya, hanya saja mengingat kembali, kalau begitu bukankah masalah tentang ia meminum bir kemarin hari tertangkap olehnya?

Memang kebahagiaan dan celaka datang bersamaan!

Victoria menghembuskan napas lega, hanya saja kali ini, hembusan napasnya membangunkan Wallace.

“Sudah bangun?” Wallace bertanya dengan suara rendah.

Victoria tidak mengira Wallace akan terbangun secepat ini, sekarang ia benar-benar harus menghadapinya.

“Hm.”

Victoria mengangguk dalam dekapan Wallace.

“Minum bir?”

“Hm.”

Victoria tetap mengangguk.

Saat itu, sepertinya tidak ada gunanya mengatakan apapun, ia hanya bisa mengakui dengan patuh.

Selama beberapa saat, Wallace juga tidak berkata apa-apa, atmosfer yang terlalu tenang membuat hati Victoria terasa berat, hanya saja, baru saja ia menengadah, tampak Wallace sedang menatapnya.

Baru saja ia ingin menundukkan kepalanya, namun ditahan oleh Wallace, lalu bibir keduanya bertemu, dengan cepat menjarah Victoria.

Setelah bercumbu, kepala Victoria masih pusing, napsu Wallace datang terlalu cepat, seperti badai topan.

“Ini adalah hukuman.”

Wallace menjelaskan dengan suara rendah, lalu sekali lagi memeluk Victoria.

Hukuman?

Bagi Victoria yang sudah tidak bertemu seharian dengan Wallace, ini tidak terhitung hukuman, malahan sebuah hadiah.

Victoria menikmati dalam dekapan Wallace, ia masih mengira masalah minum bir sudah lewat seluruhnya, sepertinya tidak akan semudah itu.

“Mengapa meminum bir?” Tanya Wallace.

Jika bukan karena William dan Ibunya, dan juga karena Elizabeth!

Lalu, Victoria justru tidak mengatakan seperti itu, emosi buruk seperti itu sekiranya hanya bisa ia ucapkan pada dirinya sendiri, manalagi, setelah ditemani Berly kemarin, emosi-emosi itu hampir menghilang seutuhnya.

“Di mana Berly?” Mengingat ini, Victoria bertanya, jika ini adalah rumahnya sendiri, seharusnya Berly juga ada.

“Ia sudah pergi.” Jawab Wallace.

“Oh.”

“Kalau begitu ia melihatmu kembali?” Victoria lanjut bertanya.

“Hm, juga melihat aku memelukmu.” Wallace menjawab dengan tenang, tidak seperti sedang berbohong.

“Memeluk? Di atas ranjang?”

Meski Berly adalah teman terbaiknya, tidak seharunya juga ia melihat adegan ini, ia tidak berani membayangkan.

Novel Terkait

Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
5 tahun yang lalu