Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 182 Sangat bergantung padanya (1)

Victoria sedikit tidak bisa menahan diri, wajahnya pun mulai memerah, kemudian dia memegang gelas tersebut ke depan mulut Wallace, berkata dengan terbata-bata: "Mi, minumlah."

"Victoria, maksudku minum air bukan seperti ini." Wallace menatapi Victoria dengan senyuman samar, kemudian menerima gelas air dari Victoria dan meminum air, kemudian meletakkan gelasnya di atas meja.

Victoria awalnya sedikit khawatir Wallace akan melakukan sesuatu, tapi begitu melihat Wallace meminum air, dia pun diam-diam menghela nafas lega.

Hanya saja, Victoria baru saja merasa lega, dia langsung merasakan lengannya ditangkap, kemudian ditarik kuat ke depan, dia sama sekali tidak ada pertahanan, seluruh tubuhnya langsung terjatuh ke pelukan Wallace.

Wallace menatapi perempuan yang ada di pelukannya, menatapi bibir merah dan menciumnya.

"Mmm...."

Bibir Victoria dibuka paksa, dia pun mengeluarkan suara gumaman, mata tersenyum Wallace menatap lurus ke arah Victoria, air yang disimpan di mulutnya tadi, mengalir ke bawah mengikuti bentuk bibir mereka, terlihat sangat seksi.

Wallace tidak melepaskan Victoria, tangannya yang menahan pinggang Victoria pun mulai nakal, perlahan-lahan memasuki pakaian Victoria.....

Victoria merasakan gerakan Wallace, dia pun mulai sedikit memberontak, merasa sedikit ingin menangis, dia benar-benar tidak ingin melakukan hal seperti ini di kantor.

Sayangnya, Wallace sudah beberapa hari tidak melakukan hal ini, sekarang nafsunya sudah muncul, terlebih lagi di tempat yang begitu menarik, mana mungkin dia rela melepaskan Victoria?

Akhirnya, otomatis Victoria dimakan dengan bersih.

Victoria berbaring tanpa tenaga di atas sofa, dia bahkan malas membuka kelopak matanya untuk melihat Wallace yang terlihat segar, dia hanya mendengus dingin untuk mengutarakan ketidakpuasannya.

Setelah Wallace berpakaian dan memakaikan baju Victoria, dia langsung menggendong Victoria, tertawa lembut: "Ayo pulang."

"Baik." Victoria tidak ingin berbicara, lagipula di perusahaan juga sudah tidak ada orang, dia pun membiarkan Wallace menggendongnya keluar dari kantor, kemudian masuk ke lift.

Victoria terus tidur dalam perjalanan pulang, sampai mobil masuk ke komplek rumah mereka, dia juga tidak ada tanda-tanda akan bangun, oleh karena itu, Wallace pun menggendongnya lagi masuk ke lift.

"Ting."

Pintu lift terbuka perlahan, sosok Elizabeth Chu yang tidak stabil menggendong William dan berjalan keluar dari lift, ketika dia melihat Wallace, matanya langsung bersinar.

"Wallace Mo, boleh pinjam mobilmu sebentar?" Elizabeth sama sekali tidak bisa berdiri tegak, dia pun bersandar ke dinding untuk menopang dirinya sendiri, dia berkata dengan nafas terengah-engah dan terburu-buru: "Putraku demam tinggi, aku mau membawanya ke rumah sakit."

Saat ini tidak susah memanggil taksi, tapi komplek perumahan ini sangat tenteram, sangat jarang ada taksi yang masuk ke komplek, Elizabeth menggendong William saja sudah sangat kesusahan, apalagi jalan keluar untuk memanggil taksi.

"Mmm." tidur Victoria tidak tenang, dia bergerak sedikit, kemudian perlahan-lahan membuka matanya, setelah melamun sejenak, dia baru melihat dengan jelas tempat dia berada sekarang.

"Sudah pulang." Victoria menggosok matanya, menguap sekali, kemudian kembali terjatuh ke pelukan Wallace, menutup matanya dan bermaksud kembali tidur.

Mata Elizabeth penuh dengan air mata, wajahnya merah menatapi Wallace, pandangannya memohon, tubuhnya yang menggendong William pun semakin tidak stabil, seperti akan jatuh.

Victoria menutup matanya, namun dia merasa Wallace sama sekali tidak bergerak, hanya berdiri diam, dia pun merasa aneh, membuka mata dan menatapi Wallace, melihat Wallace seperti sedang melihat sesuatu, dia pun mengikuti arah pandangan Wallace.

Awalnya dia melihat wajah William yang memerah.

"William demam?" Victoria bertanya dengan tegang, dia melepaskan tangannya yang merangkul Wallace, kemudian turun dari pelukannya.

Elizabeth mengangguk, "Setelah pekerjaanku selesai aku membawanya tidur, baru sadar dia demam, Nyonya Mo, boleh minta tolong kalian membawaku ke ruah sakit?"

"Sudah terlalu malam, tidak bisa memanggil taksi."

"Ayo cepat pergi." Victoria tidak menunggu lagi, dia maju dan memegang kening William, memang sangat panas, dia pun melangkah sambil menarik lengan Elizabeth yang sedang menggendong William, sambil berbalik melihat Wallace dan mendesak: "Wallace, kamu cepat pergi bawa mobil kemari."

Wallace ditinggal di belakang, di wajahnya muncul keputusasaan.

Istri kecilnya tadi masih terlihat sangat lemas, sekarang sudah terlihat sangat bertenaga, sepertinya dia tidak cukup berusaha, lain kali 'olahraga' harus sampai Victoria tidak bisa turun dari kasur, lihat apakah dia masih bisa mengurus masalah orang lain!

Kemudian, tanpa sadar dia wajah merah William pun muncul di pikirannya, dia mengerutkan alis, masuk lift turun ke basement untuk mengambil mobil.

*****

Jalanan di malam hari sangat lancar, dari komplek ke rumah sakit hanya butuh waktu 10 menit lebih.

Selesai mengambil nomor emergensi, William dengan sangat cepat sudah diperiksa dokter, dia pun diinfus di kamar pasien.

Elizabeth duduk di depan kasur, menatapi William dengan wajah khawatir, dia mengulurkan tangan menyentuh kening William, terlihat sangat penuh kasih.

"Semua ini salahku, tidak menjaga William dengan baik." dia bergumam.

"Sudah bagus William tidak apa-apa, Nona Chu jangan terlalu menyalahkan diri sendiri." Meskipun Victoria merasa Elizabeth bertanggung jawab atas kondisi William, tapi ini adalah masalah keluarga orang lain, tidak bagus dia mencampuri masalah orang lain, dia pun hanya menghibur sejenak.

"Nona Gong, hari ini terima kasih."

Elizabeth mendongak berbicara kepada Victoria, tapi matanya terus tertuju kepada Wallace, membuat Victoria sangat tidak nyaman.

"William sudah tidak apa-apa, kita pulang dulu." sambil berkata, Victoria pun menarik Wallace berjalan keluar.

"Tante." William yang berbaring di kasur tidak tahu sejak kapan bangun, mendengar Victoria mau pulang, dia segera memanggilnya, suaranya sangat lemah, terdengar sangat kasihan.

"William, kamu sudah bangun, bagaimana perasaaanmu? Sudah lebih baik?" Victoria segera berjalan ke depan kasur, dengan senang melihat William.

"Sudah lebih baik."

"Tante, bolehkah kamu tinggal disini menemaniku?" William melanjutkan perkataannya, matanya penuh dengan harapan.

Novel Terkait

Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu