Ternyata Suamiku Seorang Milioner - BAB 327 Aku ingin tidur

Wallace tersenyum, ia lalu bersemangat menciumi pipi Victoria.

Victoria merasa sedikit tidak nyaman, ia pun mendorong Wallace lalu berkata, “Aku ingin tidur.” Victoria pun membalikkan badannya membelakangi Wallace, lalu menutup kedua matanya.

Wallace memperhatikan Victoria dan mendekat, ia lalu memeluk Victoria dari belakang.

Victoria, tahukah kamu? Saat kamu menghilang selama dua tahun, berapa banyak malam aku tidak dapat tertidur, aku membayangkan dirimu ada di sampingku. Terkadang, aku juga tidak sengaja tertidur, tapi pasti akan bangun di tengah malam, lalu melihat di sampingku tidak ada dirimu, setelahnya aku melewati malam dengan kesepian.

Kabar baiknya adalah, sekarang kamu ada di sebelahku, saat aku membalikkan badan, aku dapat langsung memelukmu.

“Victoria, jangan tinggalkan aku lagi.” kata Wallace dengan emosional, ia tidak ingin merasakan sakit yang seperti itu lagi.

Victoria mendengar perkataan Wallace barusan, seketika ia menyadari bahwa laki-laki yang berada di sampingnya itu cukup menarik, dia memiliki banyak aspek, kulit gelap, kerasa kepala, penuh aura dan perasaan yang dalam. Victoria tidak berkata apa-apa,, dia hanya berinisiatif menggenggam tangan Wallace.

Gerakan yang dilakukan oleh Victoria barusan membuat Wallace sangat kegirangan. Beberapa jam terakhir ini Victoria telah memberikan banyak kejutan bagi Wallace. Wallace memeluk Victoria dengan erat dan mencium pipinya lalu berkata di sebelah telinganya, “Victoria, aku mencintaimu.”

Siapa sangka direktur yang dingin di sebelah Victoria itu sekarang dapat menunjukkan perasaannya seperti ini. Setelah pernah ditinggalkan oleh Victoria, dia baru bersedia menunjukkan perasaan hatinya, tapi memang hal inilah yang sekarang dibutuhkan oleh Victoria, yaitu membuatnya merasakan cinta Wallace terhadapatnya, membangkitkan rasa cinta Victoria kepada Wallace.

Malam ini, Victoria telah mendengar dua kalimat seperti ini, pada kali yang pertama ia hanya tersentuh, tapi yang kali ini perkataan itu benar-benar masuk ke dalam hati. Victoria tersenyum lalu membalikkan badannya ke arah Wallace, dengan lembut ia masuk dalam pelukan Wallace, seperti memberikan seluruh dirinya.

Wallace pun tersenyum, ia tersenyum Seperti telah mendapatkan harta yang paling berharga di bumi, dan Victoria lah harta yang paling ia dambakan itu.

Pada keesokan harinya , angin di luar jendela bertiup masuk meniup gorden yang berwarna putih, gorden itu seperti menari-nari ditiupnya.

Perlahan-lahan Victoria membuka matanya, ia mendapati dirinya sedang berada dalam pelukan laki-laki itu, ini adalah perasaan yang selama 2 tahun ini belum pernah ia rasakan, rasanya sedikit hangat dan tidak biasa. Dia melihat ke arah Wallace, wajahnya yang tampan dengan bibir tertutup rapat, sepertinya dia merupakan tipe yang disukai oleh banyak wanita.

Jadi Apakah benar ia adalah suami Victoria?

ya buku kawin itu sudah menjadi bukti yang cukup.

Victoria mengurutkan bibirnya dan pelan perlahan menjulurkan tangannya untuk mengelus pipi Wallace. tapi sebelum tangannya berhasil menyentuh pipi Wallace, Wallace sudah menggenggam tangan Victoria, dan memasukkannya kembali ke dalam selimut, ia lalu berkata, “Masih pagi, tidur sebentar lagi.”

Tangan Wallace sangat besar, membuat orang merasa hangat.

Victoria tersenyum kecil sambil melihat Wallace, meskipun ia tidak mengingat apapun tentang Wallace, tapi dia dapat menebak bahwa sebelumnya pasti Wallace bersikap sangat baik terhadap Victoria. Victoria pun menolehkan kepalanya menghadap ke arah jendela, langit belum benar-benar terang, kalau begitu lebih baik tidur lagi! Setelah berpikir seperti itu, ia menutup kedua matanya.

Setelah ia bangun untuk yang kedua kalinya, ia mendapati Wallace sudah tidak berada di sampingnya.

“Kemana ia pergi?” kata Victoria dengan suara kecil lalu duduk di ranjangnya, nada suaranya seperti orang yang kehilangan. Ternyata hanya dalam waktu yang singkat dirinya sudah mulai bergantung pada Wallace?

Saat itu, kebetulan Wallace membuka pintu kamar, melihat Victoria yang sedang duduk di ranjang, ia tersenyum lalu duduk di samping Victoria dan bertanya dengan lembut, “Sudah bangun?”

Victoria menganggukkan kepalanya lalu merasa tenang karena telah melihat Wallace.

"Kamu tadi pergi kemana?" Kata Victoria dengan nada bicara seperti anak perempuan yang keras kepala.

Wallace berjalan mendekati Victoria dan mengecup keningnya lalu berkata, "Aku pergi membuatkan sarapan untuk kucing kecil yang rakus ini."

Membuatkan sarapan?

Victoria merasa terkejut lalu bertanya, "Dahulu apakah kamu juga yang selalu membuatkan sarapan?"

"Terkadang aku dan terkadang dirimu." Jawab Wallace. Sebenarnya. Wallace lah yang lebih sering membuat sarapan, atau tidak mereka biasa pergi ke kantin untuk sarapan. Wallace sangat menyayangi Victoria, meskipun Victoria dapat memasak, tapi dirinya tidak memaksa Victoria untuk membuatkannya sarapan.

Victoria bertambah bingung, dia menunjuk dirinya sendiri sambil bertanya, "Aku juga bisa masak?"

"Memangnya kamu belum pernah memasak?"

Victoria menggelengkan kepalanya, selama dua tahun ini, Tantio tidak pernah menyuruhku untuk ke dapur, jadi dirinya tidak tahu dapat memasak atau tidak.

Melihat reaksi Victoria, Wallace sedikit tidak senang, sepertinya dirinya harus bersikap lebih baik lagi terhadap Victoria, kalau tidak Victoria akan direbut oleh orang lain. Wallace pun membantu Victoria merapikan rambutnya yang berantakan, ia berkata dengan lembut, "Sudah, cepat bangun dari ranjang, pemalas. Sarapan dulu."

Victoria menganggukkan kepalanya, ia berpikir, sepertinya Wallace memberikan banyak panggilan sayang untuk dirinya. Victoria pun bergumam dan membuat wajah meledek di belakang Wallace, setelah itu ia berdiri dan pergi ke toilet untuk mencuci muka dan gosok gigi.

Setelah Victoria tiba di ruang makan, ia duduk dan melihat ada banyak makanan, melihatnya ia menjadi bernapsu untuk melahap makanan itu. Meskipun saat tinggal di Inggris Tantio juga suka mengajak Victoria untuk pergi makan makanan Tiongkok, tapi sepertinya masakan Wallace lebih cocok dengannya, sudah terlihat dari rasa masakannya kemarin malam.

Wallace tersenyum lalu berkata, "Sebentar lagi aku akan pergi ke kantor, apakah kamu akan menemaniku pergi atau diam di rumah saja?"

"Kamu mau pergi ke kantor?" tanya Victoria. Di tempat ini ia tidak mengenal siapa-siapa, hanya Wallace seorang, bila tidak ada Wallace di sisinya, ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana.

Wallace mengangguk dan berkata, "Ada sedikit urusan yang harus aku kerjakan di kantor. Kalau tidak, kamu bisa ikut aku pergi ke kantor."

"Apakah boleh?" Tanya Victoria.

"Tentu saja boleh! Aku harap kamu dapat pergi bersamaku."

Victoria tersenyum mendengar jawaban Wallace.

Setelah selesai sarapan, Wallace dan Victoria pergi bersama ke kantor. Di perjalanan, selalu ada orang yang memerhatikan mereka, bahkan Victoria hampir bisa mendengar seluruh percakapan karyawan yang membicarakannya --

"Bukankah itu istri Pak direktur?"

"Betul, dengar-dengar sudah hilang dua tahun, mengapa tiba-tiba muncul lagi?"

"Pasti Pak direktur sangat gembira. Dua tahun ini, suasana di kantor sangat tidak enak. Apa mungkin Pak direktur akan memberikan syukuran dengan bagi-bagi uang hari ini?"

"Tidak mungkin, ayo cepat pergi bekerja lagi!"

......

Saat masuk ke dalam ruangan kantor, Victoria berkata, "Sepertinya mereka semua mengenalku, tapi aku tidak mengenal satupun dari antara mereka."

Wallace tersenyum tanpa mengatakan apapun, lalu menuangkan segelas air untuk Victoria.

Setelah gelas itu diberikan pada Victoria, Willy mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan, tapi Victoria pun tidak mengenalnya.

"Victoria, kamu tunggu sebentar." kata Wallace yang lalu pergi bersama Willy untuk bekerja di sudut lain dalam kantor itu.

Victoria mengangguk sambil melihat Wallace, ia merasa Wallace sangat berbeda saat berada di kantor dan di rumah. Ia sangat dingin saat di kantor, tapi di luar kantor sangat lembut dan hangat, Victoria yang memikirkan hal ini pun tersenyum-senyum sendiri.

"Direktur Wallace." Kata Willy, "Ini adalah berkas tentang Tantio." katanya dengan sengaja mengecilkan suaranya sambil memberi berkas itu pada Wallace.

Wallace membuka halamannya, Tantio, Perushaan Besar Liang, UK. Keluarga Tantio Liang juga merupakan keluarga terkenal yang terpandang di Inggris, bisnis keluarganya sudah merambah ke 3 benua dan memiliki aset lebih triliunan. Tidak heran Wallace pernah mendengar namanya, tidak heran juga Tantio dapat dengan santai menyelamatkan Victoria, sepertinya dia bukan orang biasa-biasa.

Willy mengatakan, "Aku sudah mengeceknya, sekarang Tantio sudah menemukan istrinya tidak ada, ia sedang berusaha mencarinya, kemungkinan ia akan menemukan Victoria di sini."

Mencarinya hingga ke sini?

"Begini, kamu buat skenario bahwa Victoria sudah mati." kata Wallace, dengan seperti ini setidaknya akan membuat Tantio kebingungan.

Willy mengangguk, lalu ia memberikan pada Wallace satu buah berkas lagi dan berkata, "Ini perlu anda tanda tangani."

Setelah menandatanganinya, Wallace mengembalikan berkas itu pada WIlly, tiba-tiba ia teringat sesuatu dan berkata, "Kamu bilang pada bagian keuangan, berikan masing-masing karyawan kenaikan gaji sebesar 30 persen."

"Baik." kata Willy dengan santai. Sebenarnya perasaannya sudah tidak tenang dari tadi, Ini adalah uang yang besar, ini baru direktur Wallace yang ia kenal.

"Satu lagi," kata Wallace, "Victoria hilang ingatan, tolong kamu cari dokter yang terbaik, tidak peduli berapapun harganya, dan sesulit apapun ia dipanggil kemari, panggilkanlah untukku."

Willy mengangguk, lalu berjalan meninggalkan ruangan kantor.

Saat berita kenaikan gaji itu diketahui seluruh karyawan, semua karyawan menjadi kegirangan. Semua orang berterima kasih pada Wallace, bila diijinkan sepertinya mereka akan mempersembahkan Victoria untuknya.

Tapi keheningan menyelimuti ruangan kantor Wallace karena ia sedang serius bekerja, sedangkan Victoria sedang serius membaca buku, terkadang ia melihat ke arah Wallace. Terkadang, setelah menatapi Wallace beberapa lama, ia terhanyut dalam perasaan. DN Wallace yang di perhatikannya itu, selalu mengerutkan bibirnya dengan santai, membentuk suatu lengkungan.

Setelah Wallace menyelesaikan pekerjaannya, ia dan Victoria tidak sengaja bertatapan, Wallace tersenyum lalu berkata, "Victoria, kemarilah."

Victoria sedikit tersipu malu, ia perlahan berdiri dan berjalan ke arah Wallace lalu bertanya, "Ada apa?"

Wallace menarik Victoria hingga ia duduk di kedua pahanya, Wallace memeluknya dan bertanya dengan lembut, "Kamu ingin pergi kemana?"

"Kamu sudah selesai bekerja?" tanya Victoria.

Wallace mengangguk.

Victoria berpikir, tempat ini cukup asing baginya, ia tidak tahu dapat pergi kemana. Dia pun bingung dan menjawab, "Aku juga tidak tahu."

"Kalau begitu kita diam saja di tempat ini."

"Tidak mau!" kata Victoria dengan cepat menolaknya, berdiam di sini membaca buku sangat membosankan.

Dia tidak tahu dirinya ingin apa, tapi setidaknya ia tahu dirinya tidak menginginkan apa.

Wallace tersenyum dan berkata, "Aku hanya bercanda."

Mendengar hal ini, Victoria hanya menatapi Wallace.

Wallace menggigit bibirnya, lalu menciumi Victoria dan berkata, "Ayo kita pergi."

"Pergi kemana?"

"Kamu akan tahu nanti."

Wallace tersenyum, ia menarik Victoria, tangan kirinya membawa mantel, lalu mereka berjalan keluar dari ruangan kantor.

Setengah jam kemudian, Wallace dan Victoria tiba di suatu tempat. Victoria melihat pemandangan yang ada di hadapannya, ia sangat terkejut dan melihat Wallace lalu bertanya, "Apakah kamu sungguhan?"

Wallace melihatnya dengan penuh makna, ia pun menganggukkan kepalanya.

Victoria melihat tulisan di hadapannya "Taman bermain", ia pasrah, jadi dalam benak Wallace, diriku hanya seorang anak kecil kah? Lagipula, Victoria sangat takut permainan seperti ini.

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu