Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 296 Bahkan Pintu Pun Dikunci

“Tidak.” Wallace Mo menjawab: “Kata Victoria tidur sendiri lebih nyaman.”

“Benar juga, baru saja hamil, memang lebih baik tidak berhubungan dulu.” Ibu Mo menganggukkan kepala.

Mendengarnya, Wallace Mo pun tidak berdaya. Hanya dia yang tahu rasa pahit dalam hati.

Selesai makan malam, Victoria Gong pun kembali ke kamar.

Wallace Mo mengikuti dengan semangat, tetapi malah terhadang di depan pintu----Dia mengunci pintu dari dalam.

“Victoria, biarkan aku masuk.” Wallace berkata.

“Ada urusan apa?” Victoria Gong berkata dengan santai.

“Ingin berbicara sebentar denganmu.”

“Boleh berkirim pesan singkat padaku.”

Mendengar jawaban Victoria seperti itu, Wallace Mo merasa ingin sekali mati, dia pun hanya bisa berjalan turun dengan tak berdaya.

“Victoria hanya bercanda denganmu, dua hari lagi juga akan baikan kok.” Melihat ekspresi sedih pada wajah Wallace , Ibu Mo pun berusaha menenangkannya.

Wallace tiba-tiba kepikiran sesuatu, dan bertanya: ”Bu, bukankah di rumah kita ada kunci cadangan?”

“Ada sih.” Ibu Mo terhenti beberapa saat, lanjut berkata: “Tetapi kunci cadangan kamar kalian baru saja diambil Victoria.”

Wallace spontan tidak ingin berbicara lagi, hanya duduk di sofa sambil berpura-pura nonton TV.

Dan saat ini Victoria malah sedang berbaring di ranjang sembari membaca majalah dengan sangat santai.

Pada awalnya dia benaran marah, makanya mengusir Wallace keluar dari kamar tamu.

Beberapa hari kemudian, dia menyadari berbuat demikian sangat seru. Dia pun memutuskan untuk lanjut mempermainkannya, hingga suasana hati spontan membaik sangat banyak.

……

Keesokan harinya, setelah makan, Victoria kembali ke kamar seperti biasa, dan mengunci pintu seperti biasa pula.

Setelah dia menyelesaikan semuanya, bersiap-siap tidur, barulah menyadari seperti ada yang kurang----Wallace tidak datang mengetuk pintu.

Beberapa hari lalu dia pasti selalu datang mencari Victoria, meskipun tetap tidak dibukakan pintu.

“Ada apa?” Victoria berkata-kata dengan suara pelan, secara tiba-tiba pun merasa kecewa dalam hati. Entah karena dirinya yang keterlaluan atau bukan, hingga membuat Wallace patah hati.

Dia pun berjalan keluar kamar dengan perlahan dan tiba di ruang kerja.

Pintu itu tidak tertutup rapat, dia bisa melihat Wallace yang sedang bekerja dengan serius di dalamnya.

Victoria hanya memonyongkan mulut, lalu kembali ke kamar.

Yang dia tidak tahu adalah, Wallace Mo menyadari kedatangannya. Dia juga tidak tahu bahwa Wallace yang sedang membaca dokumen sedang tersenyum dengan sangat dalam.

Dengan begitulah, Victoria tidur dengan hati kecewa, tentu saja tidak bisa tidur nyenyak seperti biasa. Tengah malam, secara samar-samar dia merasa ada yang memeluknya.

Dalam hati berpikir, jangan bilang rumah kemasukan penjahat? Lalu apa yang harus dia lakukan? Bagaimana ini?

Secara tiba-tiba, orang itu menciumi bibirnya. Victoria spontan terkejut dan sadar, mendorong pergi orang itu, membuka lampu meja dan berlindung di pojokan.

Baru saja ingin berteriak, dia pun melihat jelas wajah laki-laki di depannya dengan sangat terkejut, lalu berkata: “Wallace .”

Wallace Mo tersenyum padanya.

Hati Victoria kembali tenang secara pelan, dia pun kepikiran sebuah pertanyaan penting, langsung berkata: “Bagaimana kamu bisa masuk?” Jelas-jelas dia sudah mengunci kamar, dan kunci cadangan kamar ada di tangannya.

“Tentu saja aku masuk dengan cara membuka pintu.” Wallace Mo menjawab dengan suara pelan.

“Maksudnya kunci darimana.” Victoria lanjut berkata.

Wallace tidak berkata apapun. Ingin menolak Victoria, tetapi dia malah menghindar. Wallace pun berbaring di sampingnya dan berkata: “Victoria, tidurlah, sudah sangat malam.”

“Mau mengatakannya tidak?” Di depan Wallace Mo, Victoria mengancam dengan ekspresi kesal.

Wallace menatap mata itu sembari berkata: “Jika malam ini kamu mengizinkan aku tidur di sini, aku akan mengatakannya.”

“Coba katakan dulu.” Victoria menyilangkan kedua tangan di depan dada sambil melototi Wallace.

Wallace duduk dengan perlahan, berkata: “Hari ini kamu dan Ibu menghadiri kelas persiapan menjadi Ibu kan, lalu aku pun meminta Willy untuk mengubah kunci di pintu itu”

Mendengar jawaban itu, Victoria sedikit merasa marah, tetapi juga ingin tertawa. Pada akhirnya, dia tetap saja tidak kuat menahan tawa, tidak menyangka Wallace yang terkenal di dunia bisnis, bisa juga melakukan hal seperti itu.

Melihat tawa di wajah Victoria, hati Wallace pun terasa tenang. Memanfaatkan kesempatan itu, dia pun memeluk Victoria, dan kali ini Victoria tidak menolaknya lagi. Dia merasakan aroma tubuh Victoria dengan sangat dalam, aroma yang begitu familiar baginya.

Victoria sadar secara perlahan, langsung mendorong badan Wallace, dan berkata: “Jangan kira dengan begini semua masalah akan selesai.”

Wallace berkata dengan tidak berdaya: “Memangnya mau apa lagi?”

“Jemput Elizabeth kemari.” Victoria menjawab.

Mendengar permintaan itu, Wallace merasa sangat stres. Jika bukan karena Elizabeth Chu, dia pun tidak akan tidur di kamar tamu selama empat hari, dan harus menggunakan cara seperti ini agar bisa ‘Tidur Bersama’ Victoria.

“Bisa tidak?” Victoria mengulangi pertanyaannya.

Meskipun ada wanita yang amat dia cintai di depan, Wallace tetap saja teguh pada pendiriannya, berkata: “Tidak bisa.”

Sudah tahu dari awal Wallace akan berkata seperti itu, Victoria pun hanya bisa berkata: “Kalau begitu kamu kembali ke kamar tamu saja.”

“Ini juga tidak bisa.” Wallace berkata.

“Lalu apa maumu?” Victoria mulai kesal.

Melihat raut wajah Victoria seperti itu, Wallace pun tidak tahan lagi, langsung menarik tangannya dan berkata: “Jangan marah, biarkan aku memikirkan solusi terbaik atas semuanya.”

“Jika memang ada, kamu pasti sudah memikirkannya sejak awal.” Victoria menjawab. Dengan otak pintar yang Wallace miliki, jika memang ada solusi penyelesaian terbaik, tidak sampai setengah jam pun akan terpikirkan olehnya.

Wallace merasa canggung, rencana kecilnya terbongkar oleh Victoria begitu saja. Dia pun hanya bisa berkata: “Demi Elizabeth, kamu tidak menginginkan suami sendiri lagi?” Baiklah, dia sudah terjatuh pada tahap cemburu pada Elizabeth.

Victoria ingin sekali tertawa, tetapi berhasil ditahannya. Dia terbatuk dua kali, berkata: “Tentu saja aku berharap ada suami bersamaku, dan sekaligus bisa menjaga Elizabeth.”

Wallace sungguh pasrah. Demi Victoria Gong, dia pun mengorbankan segalanya: “Baiklah, aku setuju. Tetapi ada satu syarat.”

“Apa?” Victoria tersenyum.

“Kamu harus berusaha menjauh dari Elizabeth, lebih jauh lebih bagus.” Wallace menjawab.

“Aku tahu.” Victoria tersenyum kecil, menjulurkan tangan memeluk Wallace dan bersandar di dalam pelukannya.

Wallace Mo pun membalas pelukan itu, tetapi yang terlihat pada wajahnya bukanlah rasa senang, melainkan kecemasan yang mendalam. Dia tidak tahu apa yang akan dihadapi setelah ini, tetapi, Victoria begitu yakin, lalu apa yang bisa dia lakukan? Pada intinya, bukankah dia tidak bisa mengubah keputusan Victoria?

“Terima kasih, Wallace.” Victoria berkata dengan pelan, sangat tersentuh oleh laki-laki yang dimanapun selalu memikirkan dirinya.

Wallace tersenyum kecil, berkata meledek: “Kalau begitu, apakah aku sudah boleh menjalankan hak suami?”

Victoria terkejut, langsung melepaskan diri dari pelukan Wallace, berkata dengan malu: “Kata Ibu, sekarang masih belum boleh berhubungan.”

Wallace spontan tertawa, menepuk kening Victoria dan berkata: “Apa yang sedang kamu pikirkan?”

Victoria pun mengangkat kepala melihatnya.

“Maksudku, hak untuk tidur seranjang dengan istri. Beberapa hari ini aku tidur sendiri, sungguh tidak terbiasa.” Wallace berkata.

Mendengar perkataan itu, wajah Victoria langsung memerah. Setelah itu, dia pun berbaring dan menutupi wajah sendiri dengan selimut.

Wallace tertawa dan berkata: “Baiklah, hampir mati menahannya.”

“Wallace Mo, kamu sungguh sialan!”

Wallace tersenyum, lalu masuk ke dalam selimut, sembari memeluk Victoria dan tertidur pulas.

Malam itu, dia tidur dengan sangat nyenyak, tidak bermimpi selama semalaman.

……

Keesokan harinya, Victoria dan Ibu Mo pergi ke rumah sakit bersama.

“Elizabeth.” Victoria memasuki kamar pasien dan langsung memanggilnya.

Melihat mereka datang, Elizabeth yang sedang berbaring di rumah sakit spontan merasa sangat senang, berkata sambil tersenyum manis: “Bibi, Nona Gong, kalian sudah datang ya.”

Ibu Mo menganggukkan kepala, duduk di sampingnya sembari bertanya: “Bagaimana rasanya?”

“Lumayan baik. Selama beberapa hari menginap di rumah sakit, kesehatanku terasa semakin membaik dari sebelumnya.” Elizabeth berkata sambil tersenyum.

Victoria pun ikut tersenyum, berkata: “Elizabeth, kami datang untuk membahas sesuatu denganmu.”

“Ada masalah apa?” Selesai berkata, Elizabeth Chu melihat Ibu Mo sekilas, lalu melihat Victoria lagi, dalam hati mulai merasa tegang.

“Jadi begini, kami baru saja bertanya pada dokter, katanya berdasarkan kondisi saat ini, kamu sudah boleh keluar rumah sakit. Kami ingin menjemputmu pulang ke rumah Keluarga Mo, bagaimana menurutmu?” Victoria berkata sambil menatap mata Elizabeth, sangat mengharapkan persetujuannya.

Awalnya Elizabeth terbengong, lalu melihat ke arah Ibu Mo.

Ibu Mo menarik tangan Elizabeth, berkata: “Yang merawatmu bukanlah orang sendiri. Maksud Victoria adalah, ingin membawamu pulang ke rumah dan merawatmu langsung, kamu pun akan pulih dengan lebih cepat.”

“Begini tidak baik deh.” Elizabeth terhenti beberapa saat, baru lanjut berkata: “Aku hanya orang luar. Lagipula William masih bersama kalian, akan sangat merepotkan kalian.”

“Bagaimana mungkin bisa repot? Tidak masalah kok, lagipula kamu terluka karena menolongku, terimalah.” Victoria menambahkan.

“Tapi….”

Victoria memotong keraguan Elizabeth, berkata: “Jangan tapi-tapi lagi, terima saja. Ibuku juga sangat menyukai keramaian, dan berharap William ada di sisinya, lihatlah betapa baiknya rencana ini.”

“Benar tuh, terima saja.” Ibu Mo menambahkan lagi.

Melihat Victoria dan Ibu Mo yang terus bersikeras, Elizabeth Chu pun tidak mampu menolak lagi, berkata:”Kalau begitu ikuti saja maksud kalian, terima kasih.” Selesai berkata, dia tersenyum manis, lagipula semua ini juga telah dia harapkan sejak dulu.

“Jangan sungkan. Kalau begitu sebentar lagi keluar rumah sakit saja, aku uruskan prosedurnya dulu.” Selesai berkata, Victoria langsung meninggalkan kamar pasien.

Saat ini, tersisa Elizabeth dan Ibu Mo di dalam kamar.

“Bibi, sungguh terima kasih padamu.” Elizabeth berkata dengan ekspresi sangat tulus.

Ibu Mo melambaikan tangan, berkata: “Jangan berkata seperti itu, aku selalu memperlakukanmu sebagai putri sendiri.” Putri, bukan menantu.

Elizabeth hanya tersenyum dan tidak melanjutkan perkataan.

Setelah semua prosedur diselesaikan, Victoria dan Ibu Mo pun membawa Elizabeth ke rumah Keluarga Mo, dan mempersiapkan sebuah kamar di depan kamar Victoria untuknya.

Saat ini, Victoria masih larut dalam kesenangan berbalas budi, sama sekali tidak tahu apa yang akan dihadapi setelah itu.

Malam itu, demi menyambut kedatangan Elizabeth, Ibu Mo memasakkan banyak sekali makanan enak.

Selesai makan, Victoria pun kembali ke kamar. Baru saja membuka lampu, dia mendengar handphonenya sedang berdering. Begitu dilihat, ternyata adalah telepon dari Berly Liu.

Dia segera mengangkatnya, memanggil dengan ramah: “Berly.”

“Victoria, kamu sungguh keterlaluan. Bisa-bisanya membawa Elizabeth pulang ke rumah, bukankah sama saja dengan mengundang serigala ke dalam rumah?” Suara Berly sangat keras, berpikir dengan jempol kaki pun akan tahu bahwa dia sedang marah besar.

Novel Terkait

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu