Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 185 Berpura-pura (2)

Wallace tersenyum, kemudian berbalik badan keluar dari kamar mandi.

Dengan cepat, Victoria sudah selesai mandi, mengubur diri ke dalam selimut, dan bersandar di pelukan Wallace.

"Kenapa? Tadi bukannya mengusirku?" Wallace berbisik, tangannya sudah merangkul pinggang Victoria.

Victoria tidak mempedulikannya, malah mempererat pelukannya: "Wallace, aku ceritakan sesuatu denganmu."

"Hmm?" Wallace mendeham ringan.

Victoria pun menceritakan pertemuannya dengan Erick Chen tadi sore, dan berkata: "Aku merasa Erick Chen terlalu perhatian terhadap keluarga kita, Wallace, kamu waspada sedikit, peribahasa berkata 'Pistol jelas mudah dihindari, tapi panah gelap susah dihindari'."

"Aku akan berhati-hati, kamu jangan berpikir terlalu banyak, percayalah kepada Wallace, hmm?" Wallace tersenyum, dia pikir Erick hanya melakukan hal licik di area bisnis, tidak disangka dia menaruh perhatian ke rumahnya, benar-benar tidak bisa ditahan.

Kemudian, Wallace merasakan Victoria sangat lelah, dia pun mendesak dia agar cepat tidur, sebenarnya tidak usah didesak, Victoria mendengar suaminya selesai berbicara dia langsung menutup matanya.

Setelah Wallace mencium bibir kecil istrinya, dia pun menutup lampu, memasuki alam mimpi sambil memeluk istrinya.

Keesokan harinya, ketika Victoria bangun, hari sudah lumayan larut, tapi Wallace masih ada di sampingnya, menopang kepala dengan tangannya dan menatapi dirinya.

"Wallace, pagi. Tapi, kamu kenapa tidak berangkat kerja?" tanya Victoria.

"Hari ini pekerjaan di perusahaan tidak banyak, aku nanti antar kamu ke rumah sakit." Wallace berkata ringan. Sebenarnya, sebelumnya Willy sudah meneleponnya beberapa kali tentang masalah pekerjaan.

Victoria sangat berterima kasih dengan perhatian suaminya. setiap kali dia pergi ke rumah sakit sendirian dia selalu merasa takut, takut mendengar kabar yang tidak baik, takut melihat keluarga pasien lain yang sedih.

"Wallace, aku mencintaimu." Victoria berkata dari dalam hati, dia benar-benar sangat mencintai lelaki di depannya ini.

"Pagi-pagi begini mengatakan hal yang mengharukan seperti ini, Victoria ingin menggodaku?" ekspresi Wallace sangat tulus, tapi nada suaranya sangat.....membuat orang berpikiran yang bukan-bukan.

Victoria mendengar perkataannya langsung membuka selimut, melarikan diri dari pandangan Wallace, "cepat pergi mandi, ayah pasti sangat lelah setelah berjaga semalaman." Victoria berjalan menuju kamar mandi tanpa berpaling sekalipun.

Wallace tertawa, mengikuti Victoria masuk ke kamar mandi. Selesai mandi, Victoria pun memasak sarapan sederhana.

Ketika Victoria dan Wallace sampai di rumah sakit, Ayah Mo sedang tertidur di atas kedua lengannya, dan Ibu Mo belum bangun.

"Ayah, ayah pulanglah, istirahat." Victoria menepuk ringan bahu Ayah Mo, berkata dengan suara kecil.

Ayah Mo melihat jelas mereka, dia pun mengangguk, kemudian berdiri, bermaksud berjalan keluar kamar.

"Ayah, tunggu sebentar, aku antar ayah pulang." Wallace berkata kepada Ayah Mo, kemudian melihat ke arah Victoria: "Aku antar ayah pulang, kemudian langsung ke kantor."

"Baik." Victoria mengangguk.

Setelah mengantar Ayah Mo pulang, Wallace langsung ke perusahaan. Baru saja masuk kantor, Willy sudah mengikutinya masuk ke kantor.

"Direktur Mo, ini adalah dokumen yang harus ditandatangani." sambil berkata, Willy sambil meletakkan setumpuk dokumen di depan Wallace.

Wallace menerimanya, menunduk dan melihat dengan teliti, setelah 10 menit, dia pun tanda tangan di atas dokumen tersebut.

"Masalah produsen sudah periksa sampai mana?" tanya Wallace, beberapa hari yang lalu dia secara pribadi mengundang para perusahaan produsen yang bekerja sama dengan perusahaan Mo makan malam, tapi mereka semua berani menolak, pasti ada orang yang bermaksud tidak baik di balik hal ini.

"Aku sudah periksa, ada beberapa perusahaan yang pernah berhubungan dengan perusahaan Chen, tapi tidak ada hubungan jual beli." Willy menjawab.

Seperti yang diduga, memang perusahaan Chen! Dia sekarang sudah datang dengan sendirinya.

"Kamu sekarang pergi periksa gerak-gerik perusahaan Chen belakangan ini, kemudian memberi pelajaran kepada mereka secara diam-diam." pandangan Wallace seketika berubah tajam, inilah dia yang berkecumbu di dunia bisnis. Kalau Perusahaan Chen berani melewati batas, maka jangan salahkan dia kalau dia melakukan sesuatu.

"Baik." Willy tidak pernah mempertanyakan keputusan Wallace.

"Ada lagi," Wallace mengetuk ringan meja dengan jarinya, berhenti sejenak, wajahya berubah sedikit pahit, "bagaimana dengan hal sumsum tulang belakang?"

Mendengar pertanyaan Wallace, wajah Willy juga berubah sedih, dia juga sangat terburu-buru, tapi tidak ada perkembangan apapun, harus diketahui, mencari sumsum tulang belakang seperti mencari jarum di tumpukan jerami, sama sekali tidak ada petunjuk apapun.

Willy menggelengkan kepala, tidak bersuara.

Suasana di kantor seketika berubah hening, perasaan bersalah dan kesedihan memenuhi seluruh ruangan, perasaan itu adalah perasaan cinta seorang anak terhadap ibunya dan juga ketidak puasan terhadap dirinya sendiri.

Beberapa menit kemudian, Wallace pun memperbaiki suasana hatinya, mengelap mukanya, kemudian berkata kepada Willy:

"Kamu pergi selesaikan kerjaanmu."

Setelah Willy pergi, Wallace pun mulai sibuk dengan pekerjaannya.

Di rumah sakit, Ibu Mo baru selesai sarapan, merasa sangat bosan, dia pun menyuruh Victoria membawa William ke kamarnya, dengan begini mereka bertambah satu teman. William juga sangat penurut dan cerdas, membuat Ibu Mo sangat gembira.

Tapi sore harinya, Ibu Mo melakukan beberapa pemeriksaan, dan kondisinya tidak begitu bagus, hal ini membuat suasana hati Victoria sedih.

"Dengan situasi seperti ini, kalau masih belum bisa menemukan sumsum tulang belakang yang cocok, Nyonya Mo hanya bisa hidup setengah tahun." dokter berkata dengan serius kepada Victoria.

Kalimat ini berputar di dalam otak Victoria, tidak bisa dihilangkan, sampai Wallace pulang kerja dan datang ke rumah sakit.

"Wallace." Victoria memanggilnya, suasana hatinya yang buruk satu sorean bukan apapun, karena dia tahu, suaminya ada disisinya, maka perhatiannya akan teralihkan, dia tidak akan berpikir terlalu banyak lagi.

Novel Terkait

Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu