Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 199 Dia Memiliki Nomor Ponselmu (1)

Dengan cepat, Wallace mendaratkan ciumannya, mendarat pada bibir lembab Victoria. Perlahan ia mengulurkan tangannya, memegang wajah Victoria, diam-diam hanyut dalam ciumannya.

Ia ingin menciumnya seperti ini di kantor, akhirnya terkabul juga.

Setelah satu ciuman, tiba-tiba Victoria merasa sesak nafas, degup jantungnya bertambah cepat.

Suaminya sendiri semakin hebat melakukan serangan tiba-tiba!

Melihat Victoria yang seperti ini, Wallace tersenyum, sambil merangkul Victoria memasuki kamar mandi.

Baru saja melepaskan Victoria, ia langsung menjaga jarak, bersiap untuk kabur. Lalu, Wallace menangkapnya tepat waktu.

“Victoria, jika kamu pergi sekarang, nanti kamu akan lebih ……”

Wallace merangkulnya dari belakang, kepalanya disenderkan pada bahu Victoria, berkata dengan malas.

Langsung saja langkah kaki Victoria terhenti, hanya bisa mematuhi “pembantaian” suaminya sendiri.

Wallace menggandeng Victoria ke sisi bak mandi, menyiapkan air panas, lalu keduanya berbaring di dalamnya.

“Releks sedikit, aku tidak akan melalukan apapun padamu.” Wallace memijat pundak Victoria yang tegang.

Saat itu, Victoria pun langsung releks, memainkan busa-busa di dalam bak mandi, melihatnya, Wallace tersenyum penuh cinta.

“Bagaimana Elizabeth bisa memiliki nomor pribadimu?” Tiba-tiba Victoria bertanya.

Tadinya ia tidak merasakan apapun, tapi ketika Elizabeth berdiri di depan pintu rumahnya, ia pun teringat malam itu, ponsel itu adalah ponsel pribadi Wallace, bagaimana Elizabeth memilikinya?

“Tidak tahu, mungkin Ibunya yang memberinya.”

Berbaring di atas tubuh suaminya otomatis Victoria tidak bisa melihat ekspresi Wallace, wajahnya pasrah, sepertinya masalah ini menjauhi jalurnya, tiba pada langkah yang tidak bisa dikontrol.

Victoria menjawab dengan lirih, “Oo”, lalu tidak mengatakan apa-apa lagi, ia sama sekali bukan jenis orang yang mempertanyakan hingga ke akarnya.

TIdak tahu sudah berlalu berapa lama, Wallace merasa orang di atasnya seperti tertidur, ia mengelus wajah Victoria, namun tidak ada reaksi darinya.

Tapi yang penting adalah, Victoria berbaring di atas tubuhnya, bagaimana caranya berdiri?

Langsung saja Wallace kebingungan.

Agar tidak menggangu tidur Victoria, dengan susah ia keluar dari bak mandi, lalu mengelap kering Victoria, menggendongnya ke atas ranjang, menyelimutinya.

“Kamu!”

Wallace bergumam, lalu merapikan kamar mandi dengan tubuhnya yang pegal-pegal.

Setelahnya, ia mematikan lampu, seluruh dunia pun menjadi tenang.

Hanya saja, setelah matahari terbit, Victoria melihat dirinya yang tidak memakai baju, ia menghela napas panjang: “Wallace, mengapa kau tidak memakaikan aku baju!”

Saat itu kira-kira Wallace sedang berada di kantor, melihat dokumen, sama sekali tidak mengerti akan kemarahan Victoria.

Satu hari yang tenang.

Namun setelah Wallace pulang dari kantor, Victoria justru menerima sebuah kabar buruk.

“Victoria, besok pagi aku akan pergi melakukan perjalanan bisnis, selama dua hari.” Wallace yang duduk di sofa meminum air, berkata dengan tenang.

Victoria yang sedang mencuci piring langsung terpaku setelah mendengar ini, Victoria meletakkan mangkuk, mencuci tangannya, duduk di sisi Wallace.

Melihat wajah Victoria yang tdiak rela melepasnya, ia berbicara:

“Rekan kerja ini cukup penting, aku harus pergi menemuinya.”

Victoria mendengarkan, hanya bisa menarik kembali perasaannya, tersenyum lalu berkata:

“Tidak apa-apa. Besok pagi ingat membangunkanku, aku akan mengantarmu.”

Selesai berbicara, Victoria berjalan kembali ke dapur, melanjutkan mencuci piring.

Wallace memandang punggung Victoria, agak sedih, ia tidak tega. Oleh karenanya, ia berjalan ke sisi Victoria, memeluknya dari belakang.

“Victoria, hanya dua hari, akan berlalu cepat. Jika tidak ada urusan lain, aku akan kembali secepatnya.”

Suaranya lembut, sepertinya ingin menenangkan Victoria.

Victoria mengangguk dan tersenyum.

“Iya, aku tahu.”

Dengan itu, Wallace memeluknya semakin erat.

Lalu beberapa menit kemudian, Victoria sendiri pun tidak memahaminya, jelas-jelas sedang mencuci piring, bagaimana bisa ia berada di atas ranjang, sedangkan pria di atasnya tampak sedang melepaskan bajunya.

Keindahan yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata.

Mungkin adalah emosi buruk dari perpisahan, Victoria dan Wallace keduanya menggunakan seluruh tenaga mereka, ingin memeluk erat satu sama lain.

Jadi, setelah selesai, keduanya tertidur lelap.

……

Pagi harinya, langit masih belum terang sepenuhnya, Victoria terbangun, ia tidak bisa tertidur lagi setelah membuka matanya.

Ketika itu, Victoria baru tersadar, ternyata ia lebih jarang bangun pagi dibandingkan Wallace, setiap ia masih tertidur, Wallace sudah bangun dan pergi ke kantor.

Jadi, sepertinya ia adalah orang yang paling tidak berhak untuk menahan Wallace melakukan perjalanan bisnis.

Victoria menahan kepalanya dan menatap Wallace, karena banyaknya urusan, rona wajahnya sudah tidak sebaik dulu lagi.

Dengan berpikir demikian, Victoria pun menunduk, mencium bibir Wallace.

Hanya saja, yang tidak dikira oleh Victoria adalah, ketika bibirnya bersiap meninggalkan Wallace, ia justru menahan kepala Victoria dan menciumnya lebih dalam lagi.

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu