Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 99 Ingin Berkemah di Luar (2)

Ia meletakkan ranting, diam-diam akan menghampiri memberi Wallace kejutan, datang dari arah belakang Wallace, ingin menutup matanya, menyuruhnya menebak siapa dia.

Alhasil karena pekerjaan Wallace, instingnya kuat, yang tadinya sedang serius menusuk ikan, begitu merasakan aura lain mendekatinya, meski tidak asing, tapi tidak sempat berpikir panjang, mahalan ia menjatuhkan Victoria ke dalam sungai.

Meski air sungai tidak dalam, namun karena terlentang di dalam sungai, Victoria langsung tersedak air, ia memberontak di dalam air, melihat yang dijatuhkannya adalah Victoria, Wallace terkejut sessat, langsung menarik Victoria keluar, membuatnya terbatuk hebat.

Wallace sibuk menyuruh Victoria berbalik, menepuk pundaknya pelan, membiarkan ia memuntahkan air sungai yang tadi ditelannya, baru membalikan lagi tubuh Victoria.

Victoria membuka matanya dengan kebingungan, menarik napas panjang, beberapa lama barulah kesadarannya kembali, menggigil: "Aku sangat dingin, Wallace."

Wallace menatapi pakaiannya yang basah semua, sibuk menariknya, lalu menggunakan jaketnya yang kering menutupi Victoria, memasukannya ke dalam mobil lalu menyalakan penghangat: "Kamu istirahat dulu di sini, aku pergi membakar ikan, oke? Kamu sekarang pasti juga lapar."

Victoria mengangguk, melihat Wallace membakar ranting tidak jauh dari mobil, menusuk seekor ikan yang sudah dibersihkan, perlahan membakarnya.

Keterkejutannya karena baru saja tenggelam perlahan menghilang di balik asap ikan bakar, ia melihat Wallace yang sering kali menoleh dari balik jendela, ia tahu mobil ini tidak bisa tembus pandang jika dilihat dari luar, tapi masih saja tidak kuasa menebak apa yang dilihat Wallace dari kaca yang gelap.

Malam akan datang dengan segera, sinar api menerangi seluruh wajah Wallace, sangat indah, Victoria memikirkannya, tidak kuasa tersenyum, merapatkan jaketnya, suhu di dalam mobil sangat pas, ia tidak kedinginan sedikit pun.

Wallace melihat ikan itu sudah terbakar sempurna, sibuk mengantarkannya pada Victoria untuk disatap, Victoria sudah kelaparan, melakui jaket, kedua tangannya mulai membelah ikan bakar, seluruh bagian indah tubuhnya terlihat karena basah, tapi ia tidak mengetahuinya,

Begitu melihat wajah Wallace langsung memerah, seperti orang lain pada umumnya, ia menggelengkan kepalanya mengingatkan Victoria, makan perlahan, jangan tersedak duri, lalu ia keluar membakar ikan untuk dirinya sendiri, tidak lama kemudian, membawa ikannya ke dalam mobil.

Meski tanpa bumbu apapun, tapi aroma ikannya begitu segar, keduanya makan dengan rakus, meletakkan duri-duri dalam satu kantong, Wallace juga mematikan habis api di luar, barulah kembali ke mobil bersiap untuk tidur.

Waktu di ponselnya menunjukkan pukul delapan, malam masih panjang, pasti bisa menemukan hal untuk dilakukan.

Keesokan paginya ketika terbangun, bawahan Wallace sudah menemukan keberadaan mereka, lalu datang menjemput.

Victoria terlihat masih tertidur lelap, Wallace mengkhawatirkannya yang kemarin tercebur ke dalam sungai, meski di dalam mobil sangat hangat, tetap khawatir ia akan demam, ia sudah memanggil dokter untuk menunggunya di kediaman keluarga Mo.

Wallace memandang Victoria yang masih tertidur, mengelus wajahnya perlahan, di wajahnya terpampang senyuman hangat yang tidak pernah terlihat di antara keduanya, bawahannya yang duduk di depan melihat tuannya dari kaca depan, sedikit penasaran.

Alhasil mumpung lampu lalu lintas sedang merah, bawahannya menoleh ke belakang ingin melihat ekspresi Wallace, tapi Wallace menatapnya dingin, ia sibuk kembali duduk tegak, tidak berani melihat lagi ke belakang, takut tuannya marah, ia menahan diri.

Sesampainya di kediaman, dokter berjalan ke depan, melihat Victoria yang ada di pelukan Wallace, baru saja akan membangunkannya, Wallace langsung mencegah: "Langsung saja melihat seperti ini, jangan mengganggu tidurnya."

Dokter pasrah, hanya bisa mendengar perintah Wallace, ia membuka beberapa kancing baju Victoria, memasukan termometer, dalam beberapa menit, suhu tubuh Victoria turun beberapa derajat, hingga akhirnya termometer di ambil, barulah ekspresinya kembali normal.

"Tidak demam, namun sesuai dengan perkataannya, lebih baik diperhatikan, disarankan memakan obat masuk angin." Dokter membereskan barangnya, Bibi Lee sibuk membuat sup di dapur, memasukan banyak jahe ke dalamnya.

Menunggu hingga kamar kembali tenang, barulah Victoria terbangun, begitu membuka mata ia melihat Wallace yang tersenyum, Wallace mengambilkannya sup duduk di sisi ranjang dan meniupi sup, melihat Victoria terbangun, ia berkata: "Tadi malam kamu masuk angin, Bibi Lee segera membuatkanmu sup jahe setelah mengetahuinya, cepatlah minum."

Victoria menyendokannya dengan terpaksa, mencium bau panas dari jahe, wajah kecilnya serta merta cemberut: "Aku tidak ingin minum, baunya tidak enak."

"Tidak boleh, jika tidak meminumnya kau akan sakit." Wallace bersikeras, Victoria hanya bisa meminumnya sambil menutup hidung, selesai minum langsung loncat dan mencari air putih, Wallace sibuk mengikutinya dari belakang: "Tunggu, kau tidak memakai sendal nanti bisa flu!"

Victoria pura-pura tidak mendengarnya, berlari menuruni tangga, lalu melihat Bibi Lee sedang menghangatkan segelas susu lalu berdiri di dekatnya, ia tertawa kecil sambil berterima kasih pada Bibi Lee, lalu segera meminum susu itu, rasa pahit jahe di mulutnya langsung hilang separuh.

Barulah ia puas dan naik ke atas, lalu mendengar ponselnya berdering, ia langsung mengangkatnya: "Ya, halo, maaf ini siapa?"

Melihat Wallace terus memberi kode agar ia memakai sendal, barulah Victoria memakainya, suara sutradara terdengar dari balik ponsel: "Ini Victoria kan, lihatlah kami di sini kelabakan, sangat membutuhkanmu, hari ini kau akan datang kerja?"

Nada ramah ini berbeda dengan sebelumnya, Victoria melihat wajah meremehkan dari Wallace, memaksakan tawa, sutradara sibuk menanyakan apa yang ditertawakan Victoria, Victoria menjelaskan bahwa dirinya tertawa karena bahagia, lalu mengiyakan sutradara.

Melihat Victoria sudah tidak lagi kelelahan, berlari turun tangga mengambil SIM dan bersiap-siap pergi ke tim syuting, barulah Wallace mengangguk, mengambil ponsel, memberitahu bawahannya sementara tidak usah menganti orang di dalam tim.

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu