Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 564 Persiapan Pernikahan (2)

Ancaman Yunardi Mu tidak membuat Vanny takut, malah membuat Vanny tertawa, "Aduh, kamu belajar menakutiku? Kalau memang tidak menemuimu, kamu akan berbuat apa?"

"Aku akan ke sekolahmu dan menangis di sana!"

Pria itu berbicara dengan tegas, tapi tak disangka ucapan yang keluar malah ucapan lemah begitu. Vanny tak dapat menahan tawanya: "Aduh kamu ini. Inilah kemampuan hebatmu."

"Karena kamu membuatku lemah."

"Jadi kamu menyalahkanku?"

"Ya, ini salahmu. Kamu harus bertanggung jawab padaku selamanya."

"Huh! Baiklah, jangan bicarakan ini lagi. Nanti kita bicara lagi, dumplingku sudah mau dingin."

"Nah cepat makanlah."

Setelah menutup telepon, Vanny kembali melanjutkan makannya dengan rakus.

Mungkin karena terlalu lapar, Vanny menghabiskan seluruh dumpling kukus tersebut dan masih belum merasa kenyang.

Aduh, bagaimana ini?

Ketika Vanny bersiap pergi ke supermarket untuk membeli makanan ringan, ada seseorang menelponnya.

Kali ini nomor asing.

"Halo?"

"Halo, apakah ini nomor nona Vanny?"

"Ya, ini aku."

"Makanan yang anda pesan sudah sampai. Tolong ke bawah untuk mengambilnya."

Kapan dirinya memesan makanan? Apakah saat temannya tidak ada, temannya membantunya memesan makanan?

Vanny memutuskan untuk ke bawah melihat, Vanny memakai sendal jepit lalu berjalan ke lantai bawah.

Tetapi ketik Vanny melihat sekotak besar pizza, Vanny melongo.

Harga pizza dari restoran ini mahal dan memesan banyak makanan. Pasti harganya berjuta-juta. Temannya tidak mungkin akan semewah ini memesan makanan.

Melihat Vanny tidak menerima pizza tersebut, pengantar makanan itu mengingatkan: "Ini paket pizza seafood yang anda pesan."

"Aku tidak memesan makanan ini. Apakah anda salah kirim?"

Pengirim makanan tersebut mengeluarkan invoice pesanan makanan dan berkata: "Alamat, nama dan nomor telponnya tidak salah. Tidak mungkin salah."

"Apakah ada nomor pemesannya?"

"Ada."

Melihat nomor telepon tersebut, Vanny langsung mengerti.

Ternyata Yunardi Mu.

Pria itu sangat mengerti dirinya, Yunardi Mu tahu bahwa dirinya suka makan.

Vanny tersenyum begitu teringat Yunardi Mu.

Vanny menerima pizza tersebut dan berkata: "Terima kasih banyak."

Vanny membawa makan malam yang mewah ke kamarnya. Belum sempat menutup pintu, harum makanan langsung menarik perhatian tetangga asramanya.

"Vanny, kamarmu bau harum makanan. Harum sekali."

Vanny tersenyum, "Di dalam ada pizza. Ayo masuk dan makan bersama."

"Wah banyak dan lezat sekali."

Teman-temannya juga tidak segan, beberapa orang masuk ke dalam kamar Vanny. Melihat pizza yang menggiurkan, air liur semuanya seperti akan jatuh.

"Pizza dari restoran ini lezat sekali. Tapi setiap kali ke sana, kita harus mengantri lama sekali dan juga harganya mahal, aku tidak rela memakannya. Jika sedari awal aku tahu kamu memesan makanan ini, aku akan minta tolong untuk dipesankan satu porsi."

"Aduh, pasti kekasih Vanny yang mengirimkannya. Kamu tidak boleh iri."

"Aduh, karena tidak bisa menemukan kekasih sebaik itu, aku hanya bisa memakan banyak makanan lezat."

Vanny tersenyum dan berkata: "Ayo semuanya, jangan segan. Makan yang banyak, ya."

Para gadis berkumpul bersama. Sembari makan sembari bergosip, lalu tertawa tanpa henti.

Hanya saja karena sebentar lagi akan lulus, topik yang dibicarakan tentang perpisahan yang menyakitkan.

Vanny duduk di sebelah, mendengar percakapan mereka dalam diam. Terkadang tertawa terkadang merasa sedih.

Tiba-tiba ponsel di tangan Vanny berdering.

Ternyata pesan masuk dari Yunardi Mu.

"Apakah pizzanya lezat?"

Vanny tersenyum manis lalu mengirimkan emoji air liur yang mengalir.

"Terlalu banyak, pasti kamu tidak bisa menghabiskannya. Sisanya berikan padaku."

Vanny mendongak melihat ke atas meja. Teman-temannya hampir menghabiskan pizza. Vanny tertawa sambil memotret meja yang berantakan lalu mengirimkannya ke Yunardi Mu.

Foto sudah di kirim. Vanny merasa hanya mengirim foto tidak cukup lengkap, lalu Vanny mengetikkan sesuatu: "Sisa pizza sudah tidak enak. Kami sudah memakannya sampai habis."

Di akhir pesan, Vanny kembali mengirimkan emoji wajah hantu.

Yunardi Mu tersenyum melihat ponselnya.

"Tuan Mu, rapat akan dimulai."

Asisten Yunardi Mu mengetuk pintu lalu masuk ke dalam. Yunardi Mu langsung menarik wajah senyumnya dan berekspresi serius.

Yunardi Mu memasukkan ponselnya, berdiri sambil merapikan jas, kemudian berjalan keluar kantor.

Teringat besok akan bertemu gadis itu, perasaan Yunardi Mu menjadi relaks walaupun sebentar lagi dia akan bertemu dengan klien yang tak sopan. Yunardi Mu pun juga berubah menjadi menggemaskan.

***

Berjalan-jalan seharian, hasilnya Bianca Ye memiliki banyak bawaan, ada bungkus besar dan bungkus kecil. Kedua tangan Bianca Ye tak mampu membawanya.

Dari dahinya keluar keringat, dengan mengeluh Bianca Ye berkata: "Jika dari awal tahu begini, aku akan menyuruh Justin ikut."

"Kita semua lelah. Kita cari tempat untuk istirahat dulu."

Bianca Ye mendongak melihat ke depan lalu berkata: "Di depan ada restoran pizza. Kita makan pizza saja bagaimana?"

"Ah tidak. Kemarin aku sudah makan pizza."

"Jadi kamu ingin makan apa?"

"Minum kopi saja. Selesai jalan-jalan aku masih harus bertemu Yunardi, kalau kita makan, mungkin aku akan terlambat."

Bianca Ye menampilkan ekspresi tergesa-gesa: "Aku tahu pria itu tak bisa menunggu lama."

"Apanya? Ayo minum kopi saja, aku traktir."

Vanny menarik Bianca Ye masuk ke kafe di pinggir jalan. Keduanya memesan kopi dan kue, lalu keduanya melihat pohon yang berjejer di luar jendela, ada kegembiraan yang sulit diucapkan.

Bianca Ye melemaskan tubuhnya. Bianca Ye merasa jiwanya juga ikut relaks.

"Hei, kalian sudah mendapatkan kemajuan sampai mana?"

Bianca Ye tiba-tiba bertanya. Vanny yang masih belum sadar malah bertanya balik: "Apanya yang sampai mana?"

Bianca Ye mengedip-ngedipkan matanya ambigu lalu berkata: "Apa dia sudah 'memakanmu sampai bersih'?

Wajah Vanny tiba-tiba memerah, "Bianca, jangan bicara sembarangan!"

Respon Vanny membuat Bianca Ye menggeleng: "Sepertinya belum. Aduh, itu membuat malu Yunardi. Sesuatu yang sudah sampai dibibirnya, hanya bisa dilihat tanpa dicicipi. Aku tebak pasti Yunardi frustasi sekali."

"Bianca!"

"Ya ya ya, aku tidak bicara lagi."

Awalnya suasana hati Vanny baik, tapi karena pertanyaan aneh Bianca Ye, itu membuat suasana hati Vanny memburuk.

Vanny menatap tajam kue di depannya. Begitu mendongak, kebetulan Vanny bertatapan dengan mata kristal milik Bianca Ye.

Di dalam tatapan itu ada sorot penasaran, simpati dan juga mengejek. Berbagai perasaan bercampur jadi satu. Membuat orang yang melihat merinding.

"Bianca, tatapan macam apa itu?!"

Dipanggil seperti itu, Bianca Ye menjadi sedih dan berkata: "Kamu tidak memperbolehkanku bicara dan melihat. Itu tidak adil tahu? Lebih baik aku menelpon Justin dan menyuruhnya menemaniku."

"Ya, kamu memang membutuhkan seseorang membantumu. Kalau tidak, kamu pasti tak bisa membawa barang-barang ini."

Tahu Vanny tidak ingin bercanda lagi, Bianca Ye mengambil kesempatan merubah topik pembicaraan: "Benar! Kalau Justin datang, sore nanti aku masih bisa lanjut jalan-jalan."

"Masih ingin jalan-jalan? Wah tenagamu benar-benar."

"Itu hanya hal kecil. Sekarang aku bersemangat sekali, yang ada di tubuhku itu tenaga."

"Hm, bagus juga kalau dirimu sibuk."

Saat bicara, sepasang mata Vanny jatuh ke suatu tempat, lama sekali tatapan Vanny tak berpindah.

Melihat Vanny sangat serius, Bianca Ye tak kuasa bertanya: "Kamu lihat apa?"

"Sepertinya pie labu itu lezat. Pasti Yunardi suka. Aku ingin membungkusnya satu dan memberi ke Yunardi."

Awalnya Bianca Ye tidak ingin berkata apapun, tapi mendengar ucapan Vanny, Bianca Ye tak tahan untuk mengolok-olok: "Duh duh duh, kalian romantis sekali. Bahkan saat makan enak, kalian juga ingat."

"Aaa... aakuuu hanya membalas kebaikannya. Semalam dia mengirimkan pizza, hari ini aku membelikannya kue."

"Oh, ternyata kemarin kamu makan pizza dan itu Yunardi yang mengirimkannya. Kalian berdua sungguh lucu. Orang lain saling memberi barang yang menggambarkan perasaan mereka, kalian malah saling memberikan makanan. Berbeda sekali."

Ejekan Bianca Ye malah membuat Vanny malu.

Dia tidak bisa terus-terusam duduk, kalau tidak, entah apalagi yang Bianca Ye akan ucapkan.

Dengan wajah tak sabar Vanny berkata: "Kamu sudah selesai minum atau belum? Kalau sudah selesai ayo pergi."

"Gadis ini sensitif sekali. Aku hanya mengatakan dua kalimat dan kamu sudah merasa tidak enak begitu?"

"Hei!"

"Oke, aku tidak bicara lagi. Jika kamu buru-buru, pergi saja. Aku di sini menunggu Justin sekalian beristirahat."

Vanny bertemu pandang dengan Bianca Ye lalu menjelaskan: "Aku bukannya buru-buru bertemu dengannya. Hanya saja kalau terlalu lama, itu akan mempengaruhi rasa pie labu. Aku ingin memberinya pie labu dulu."

"Hm hm hm, aku paham. Pasti bukan karena kamu rindu padanya. Cepat pergi, aku mengerti."

Walaupun di mulut Bianca Ye berkata seperti itu, tapi ekspresi wajahnya acuh tak acuh, seperti wanita itu sedang menghibur Vanny dan mau tidak mau mengucapkan ucapan yang berlawanan dengan hatinya.

"Aku sungguh malas bicara denganmu!"

Vanny tak berdaya, lalu Vanny berdiri, pergi membeli pie labu dan meninggalkan kafe.

Melihat punggung Vanny, senyuman Bianca Ye berubah menjadi desahan. Dengan samar-samar berkata: "Gadis itu perlahan-lahan akan mengerti. Pahitnya rindu itu seperti apa."

Vanny sudah mengenal Yunardi Mu begitu lama, tapi inilah pertama kalinya Vanny pergi ke perusahaan pria itu.

Sebelumnya Vanny hanya tahu perusahaan Mu sangat besar, sekarang Vanny melihatnya sendiri, Vanny tak kuasa  mendesah.

Vanny berdiri di depan gedung besar milik perusahaan Mu. Kepalanya mendongak melihat gedung yang tinggi sekali. Tiba-tiba dari hati Vanny tumbuh perasaan tak berdaya.

Jarak antara dirinya dan Yunardi Mu seperti awan dan tanah. Ini bukan persoalan tentang dirinya yang bekerja keras untuk melampaui Yunardi Mu, dirinya jadi bisa melampaui pria itu.

Novel Terkait

You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu