Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 558 Kesempatan Tak Terduga (1)

"Aku tak membenci mereka, aku juga tidak pernah membuat mereka marah."

Sang bos menolehkan kepalanya melihat ke nona Wen, lalu suaranya semakin rendah: "Aku lihat, ketua dari gadis-gadis itu selalu mengelilingi Yunardi. Mungkinkah dia menyukai Yunardi lalu tak suka denganmu? Aduh, sayang sekali sekarang Yunardi pergi ke kota lain untuk belanja. Jika dia ada di sini, dia pasti memiliki jalan keluar."

Begitu bos menyinggung masalah tersebut, Vanny langsung mengerti.

Vanny memiringkan kepalanya, memicingkan matanya ke arah nona Wen, Vanny berkata dengan pelan: "Mungkin karena Yunardi tidak ada, mereka menyakitiku."

Tepat sekali nona Wen juga sedang melihat Vanny, ada sorot dingin di mata wanita itu.

Vanny berpikir dengan matanya yang menerawang dalam, Vanny berjalan ke depan nona Wen dan berkata: "Kalau di antara kita ada masalah, kita bisa menyelesaikannya dengan berdiskusi. Kamu tidak perlu kasar seperti itu, kan?"

Ujung alis nona Wen naik, lalu bertanya: "Kamu mau apa?"

"Aku ingin berdiskusi denganmu sebentar. Bagaimana agar dirimu melepaskanku?"

Nona Wen mendengus tak senang sambil menjawab: "Kalau salah, tentu harus mendapatkan hukuman. Tak perlu diskusi."

"Mungkin aku sungguh berbuat salah, tapi aku bukan mencuri kalung orang lain."

"Kalau begitu, kamu pikir apa salahmu?"

"Mungkin karena aku menghalangi jalan orang lain dan orang itu tak senang denganku."

Nona Wen menarik bibirnya tersenyum dingin, "Kamu tahu diri juga."

"Kalau begitu, jika aku menghilang tanpa jejak. Apa kamu akan melepaskanku?"

Tak ada kebencian di antara keduanya. Vanny ingin bagaimanapun, nona Wen juga malas meladeninya.

Tapi nona Wen memiliki masalah dengan Yunardi Mu, maka nona Wen tidak akan begitu mudah pada Vanny.

Jika Vanny sungguh menghilang tanpa campur tangan nona Wen, tentu saja nona Wen akan senang hati.

Sudut bibir nona Wen yang terangkat tampak samar, lalu nona Wen berkata: "Bagaimana aku bisa tahu kamu ingkar janji atau tidak?"

Vanny menurunkan pandangan matanya, menyembunyikan gejolak besar yang ada pada matanya, dengan suara samar menjawab: "Melalui masalah ini, aku sudah tahu jarak diriku dengan kalian. Aku tidak akan lagi merasakan sedih karena cinta tak terbalas, menempati posisi penting di sisi Yunardi dan tak melepaskan posisi itu."

Ucapan Vanny, membuat nona Wen tidak puas, sorot matanya tampak arogan: "Sepertinya kamu tidak bodoh, kamu mengerti kapan harus beraksi. Baiklah, kali ini aku akan melepaskanmu. Jika kamu membuatku puas, nantinya aku tidak akan menyulitkanmu. Jika kamu masih berani berbuat licik, jangan salahkan aku berani berbuat tak segan padamu."

"Tahu. Aku selalu tahu apa yang harus ku lakukan."

Dengan arogan nona Wen pergi dengan arogan, sedangkan Vanny seperti patung, berdiri mematung di sudut ruangan.

Sang bos menatap Vanny dengan khawatir dan bertanya: "Vanny, kamu baik-baik saja, kan?"

Vanny mengambil napas dalam-dalam, mendongak lalu tersenyum ke sang bos: "Aku tidak apa, sudah diselesaikan."

"Dia tidak akan lagi menyulitkanmu?"

"Tidak akan. Aku sudah bicara dengan jelas pada mereka. Tetapi, bos... apakah aku bisa diskusi sebentar denganmu?"

Walaupun Vanny sedang tersenyum, tapi senyuman itu membuat orang yang melihat sedih.

Sang bos menghela napas pelan, "Masalah apa?"

"Aku.... walaupun aku tidak bekerja selama setahun penuh, tapi aku sudah memberikan banyak keuntungan di sini. Apakah aku boleh pergi lebih awal?"

"Kamu ingin pergi?"

Vanny menggangguk pelan.

"Apa Yunardi tahu?"

Vanny terdiam sebentar, "Dia tahu atau tidak, aku tak peduli."

"Tapi aku pikir, kamu harus memberitahunya."

"Nanti aku akan membicarakannya. Sekarang aku pamit  jika tidak, para wanita itu takkan berhenti."

Setelah itu Vanny menunduk, membereskan ruangan yang berantakan ini lalu memasukkan barang-barang miliknya.

Melihat Vanny membereskan koper sendirian, sang bos menghela napas lemas: "Aduh, kemalangan yang tak disangka..."

Barang Vanny tak banyak, dengan cepat Vanny membereskan barang-barangnya, bersiap pergi.

Sang bos mengantar kepergian Vanny, keduanya berjalan ke lobi, tiba-tiba kedua orang itu mendengar suara yang nyaring.

"Kemana orangnya? Apakah tidak ada orang yang mengurus prosedur check-in?"

Suara ini sepertinya familiar...

Vanny menoleh untuk melihat, lalu keduanya bertemu muka.

Melihat Vanny, Bianca Ye langsung mulai mengeluh.

"Vanny, tempat yang kamu pilih sulit sekali ditemukan, bahkan GPS tak berfungsi, aku dan Ani hampir hilang."

Vanny mengedip-ngedipkan matanya dan baru yakin dirinya tak salah lihat. Orang yang sekarang berdiri di hadapannya sungguh Ani Xie dan Bianca Ye.

Saat ini bisa melihat sahabatnya, Vanny merasa dirinya agak kecewa, ingin menangis dan hatinya terasa sakit.

Dengan lagak tak perduli Vanny bertanya, "Ani, Bianca, kenapa kalian di sini?"

"Ah jangan membicarakannya. Yunardi membuang seluruh barang, lalu pergi begitu saja, bahkan tak meninggalkan kabar, apa dia tak tahu orang lain mengkhawatirkannya? Dengar-dengar kamu dan dia menghabiskan liburan bersama, kami mengikuti kabar tersebut dan menemukanmu di sini."

Teringat Yunardi Mu, sudut bibir Vanny tertarik sedikit: "Pria itu sangat keras kepala."

"Jadi, untuk menghindari dia mati di luar dan tidak ada yang menguburnya, secara khusus kami ke sini untuk melihat apakah dia masih hidup dengan sehat."

"Dia... baik-baik saja."

"Kemana dia? Kenapa aku tak melihatnya?"

Vanny ragu sebentar, tak tahu harus menjawab apa.

Dan di sekeliling mereka, perlahan-lahan sudah ada orang yang mengerubungi, berkomentar menunjuk Ani Xie.

"Itu sungguh Ani, artis terkenal!"

"Aku tak menyangka artis terkenal sepertinya juga berlibur di sini. Perjalanan ini bermanfaat sekali."

"Menurut kalian, apa kita bisa ke sana untuk berfoto bersamanya?"

…………

Melihat semua orang tampak antusias, Vanny bertanya: "Ani, apa kamu tak perlu memakai kaca mata hitam atau lainnya?"

"Aku datang untuk bermain, kenapa harus berhati-hati?" Ani Xie tampak tak peduli. Tatapannya beralih, melihat di sebelah tangan Vanny ada koper dia bertanya, "Hei, kamu ingn pergi?"

Vanny menundukkan pandangannya, "Aaa...aku ingin pulang. Ada sesuatu hal, nanti kita bicara lagi."

"Sulit sekali kita bertemu, kenapa harus menunggu untuk bicara? Sekarang saja. Kenapa kamu buru-buru sekali pergi?"

Wajah Vanny menampakkan ekspresi tak enak, sedangkan  wajah sang bos terlihat senang.

Sang bos dengan pelan menarik lengan baju Vanny dan bertanya: "Vanny, mereka sahabatmu?"

"Ya."

"Termasuk Ani?"

"Benar."

Mendengar ucapan tersebut, wajah sang bos memerah. Di mata sang bos, posisi Vanny langsung berubah menjadi tinggi.

"Aduh, kamu mengenal artis terkenal, kenapa tak memberitahuku? Aku sangat menyukai Ani Xie. Bisakah kamu membantuku meminta fotonya yang bertanda tangan?"

"Itu..."

Tanpa menunggu Vanny bicara, sang bos menoleh dan melihat ke arah dua orang tersebut. Sambil tersenyum berkata: "Halo, aku bosnya Vanny. Kalian ingin menginap di sini, kan? Aku akan membantu kalian memilih kamar. Aku pasti akan memilihkan kalian kamar terbaik!"

"Bos?" Bianca Ye mengangkat alisnya, "Vanny bekerja di sini?"

"Ya."

"Lalu Yunardi?"

"Dia adalah karyawanku."

Mendengar ucapan tersebut, Bianca Ye dan Ani Xie menampakkan ekspresi tak percaya.

Segala yang tak mungkin terjadi berubah menjadi mungkin, keduanya juga dengan cepat menerima kenyataan. "Karena kamu bekerja di sini, baguslah. Tolong bawa kami bermain di dekat sini."

Tapi Vanny masih menolak dan berkata, "Sekarang aku sudah bukan karyawan di sini. Aku akan pergi dari sini."

"Kenapa begitu kami datang kamu mau pergi? Jangan mengecewakan begitu, memangnya kenapa kalau tinggal lebih lama?"

Ani Xie membuat pergerakan yang cukup besar, nona Wen dan teman-temannya juga mendengar lalu menghampiri keramaian.

Vanny menyadari mereka, tatapannya jatuh ke arah mereka.

Bianca Ye sadar Vanny sedang melihat ke suatu arah lalu menoleh.

Begitu melihat, Bianca Ye memiringkan kepalanya, berbicara sendiri: "Wanita ini terlihat sangat familiar."

Nona Wen yang tak menyangka di sini dia akan bertemu anggota keluarga Ye dan keluarga Xiao, langsung semangat, nona Wen dengan banyak lagak berjalan ke depan Ani Xie dan Bianca Ye.

Jika dirinya bisa panjat sosial dengan kedua keluarga ini, pasti akan banyak keuntungan besar untuk perusahaan Wen.

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu