Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 288 Saat Besar Nanti Nikahi Aku ya? (1)

Tanpa sadar beberapa anak laki-laki itu menghentikan tangannya, membalikkan kepala dan melihat seorang anak laki-laki lebih pendek dari mereka, anak laki-laki itu memakai seragam sekolah elit kota A.

Pemimpin anak-anak itu merasa tertarik dengan Evardo Ye, tertawa mengejek dan berkata, "Hoi, kita kedatangan orang kaya. Anak kecil, apakah kamu datang untuk memberi kita uang?"

"Lepaskan dia. Lepaskan kemudian kalian pergilah." Evardo Ye menjawab dengan tenang.

"Hahaha..." Beberapa anak-anak itu tertawa, "Bocah tengik, kamu baru besar sedikit sudah berani bersikap arogan?"

"Kalau kalian mau ribut denganku, cepat. Aku masih sibuk. Tidak ada waktu menemani kalian bermain." Dengan santai Evardo Ye menggulung lengan baju.

"Terlalu sombong! Biar aku yang maju."

Tapi menunggu mereka menyerang maju, belum sampai satu menit Evardo Ye sudah menyelesaikan pertarungan. Beberapa anak yang ribut dengannya semuanya sudah terbaring di tanah dengan wajah kesakitan dan berteriak kesakitan.

Lucunya, sejak Evardo Ye berada di taman kanak-kanak, Ericko Ye mengajari sendiri Evardo Ye bela diri, bukan demi memukul orang, tapi demi melindungi diri. Bagaimanapun juga anak laki-lakinya sangat berbeda, nantinya pasti akan mengalami banyak hasutan.

Evardo Ye berjalan ke depan gadis kecil itu, melihat gadis itu terbengong menatapnya. Mata gadis itu sepenuhnya terkejut. Evardo Ye yang sudah terbiasa dengan tatapan seperti itu. Dia tersenyum lalu bertanya, "Adik kecil, darimana kamu memungut robot itu?"

Kesadaran gadis kecil itu kembali, hanya saja matanya masih menatap lurus Evardo Ye, "Aaa...akuu... memungutnya di semak belukar sekolah."

"Nah begini saja. Aku beri kamu uang, kamu jual robot itu padaku, bagaimana?"

"Ini..." Gadis kecil itu agak ragu. Tidak mudah untuknya mendapatkan mainan yang bisa dimainkan, tapi malah menjual ke anak laki-laki ini...

Evardo Ye membengkokkan kakinya, berjongkok di depan gadis kecil itu, melihatnya dengan biasa lalu tersenyum, "Gadis kecil, kamu ambil robot ini lalu bawa pulang ke rumah pun kamu tidak bisa memainkannya. Aku beri kamu uang, kamu bisa beli es krim, kamu bisa membeli boneka barbie yang cantik, juga masih bisa membeli banyak makanan lezat, bagaimana?"

Gadis kecil ini belum pernah melihat kakak setampan ini, gadis kecil ini diracuni oleh senyuman Evardo Ye dan tak kuasa mengangguk, "Kamu memberiku berapa?"

"Kamu mau berapa?"

Gadis kecil itu menunduk melihat robot yang ada di pelukannya, kesepuluh jarinya terulur dengan ragu.

"Satu juta?" Tanya Evardo Ye.

Gadis kecil itu langsung terbengong. Sebenarnya dia ingin bilang seratus ribu, untuknya seratus ribu sudah sangat banyak, tidak diduga kakak ini mengucapkan satu juta.

Melihat gadis kecil itu tidak bicara, Evardo Ye mengira uangnya kurang, Evardo Ye kembali bicara, "10 juta? Lebih dari itu aku tidak akan membeli dan juga saat ini aku hanya bisa memberi 10 juta."

Gadis kecil itu terkejut sekali, setelahnya langsung mengangguk. Ah 10 juta, ini benar-benar takdir untuknya.

Evardo Ye memasukkan tangannya ke kantong, terhenti sebentar, lalu bertumpuk-tumpuk uang muncul di tangannya. Evardo Ye mengeluarkan sedikit demi sedikit, kebetulan pas 10 juta.

"Ini, 10 juta. Ambil." Di tengah kebingungan gadis kecil itu, Evardo Ye menukar robot itu lalu menyelipkan uang tersebut ke tangan gadis kecil, tersenyum dan berkata, "Tidak cepat-cepat pergi? Aku akan menggantikanmu mengawasi anak-anak nakal ini, sampai kamu berlari jauh, aku baru pergi."

Evardo Ye mengingatkan, gadis kecil itu langsung buru-buru memasukkan tumpukan uang itu ke dalam tasnya. Dalam satu gerakan gadis itu bangkit dan lari dengan cepat, setelah lari beberapa meter, gadis kecil itu kembali menengok dan berteriak, "Kak, siapa namamu?"

"Untuk apa tanya namaku?" Evardo Ye berdiri lalu bertanya karena penasaran.

Ada kilatan senyum dari mata gadis kecil itu, "Kakak tampan sekali. Saat besar nanti aku menikah dengan kakak, bagaimana?"

"Tidak bisa." Tanpa ragu Evardo Ye menolak.

"Kenapa?"

"Karena aku akan menikahi orang lain."

"Oh, baiklah. Sampai jumpa, kak."

Evardo Ye melihat bayangan itu menjauh. Gadis kecil ini sungguh berani, ucapan seperti itu pun terlontar dari gadis kecil itu.

Evardo Ye melewati beberapa anak-anak nakal itu tanpa menatap mereka.

Saat kembali ke mobil, hal pertama yang dilakukan Evardo Ye adalah mengelap tas yang ada di kakinya, setelah itu menghembuskan napas lega dan tertawa. Brian Zhang yang berada di kursi kemudi menatap Evardo Ye dengan dalam, "Masalahnya sudah selesai?"

"Sudah selesai. Ayo pulang." Jawab Evardo Ye dengan suara santai.

Bianca Ye yang duduk di belakang mendekat ke depan, menunjuk noda yang ada di baju Evardo Ye, "Kak, kenapa bajumu kotor?"

Evardo Ye berpura-pura menepuk bajunya, "Sepertinya tadi tidak hati-hati dan tergosok."

Bianca Ye menatap Evardo Ye beberapa kali, tersenyum lebar dan berkata, "Kak, tadi kamu bertengkar, kan?"

"Bagaimana kamu tahu?" Tanpa sadar Evardo Ye menjawab, begitu sadar, hal itu sudah terlambat.

Begitu mendengar kata 'bertengkar', dua bersaudara keluarga Mu langsung tertarik dan berdesak-desakkan ke depan, "Kak, kenapa tidak memanggilku kalau mau bertengkar? Aku bisa membantumu."

"Aku juga bisa. Dulu ayah mengajarkan beberapa gerakan dan belum pernah ku gunakan."

Evardo Ye dilema antara harus senang atau menangis, lalu Evardo Ye membalikkan kepalanya untuk memberi pelajaran pada tiga orang itu, "Semuanya duduk."

"Cih..."

Walaupun ketiga orang itu tidak terima, tapi mereka selalu mendengar Evardo Ye, terpaksa duduk kembali.

"Saat di rumah, siapapun tidak boleh membahas masalah ini, kalau tidak nantinya jangan harap aku akan menemani kalian main." Evardo Ye mengancam mereka.

Bianca Ye mengangkat alis indahnya, "Kalau begitu kakak beritahu kami, kenapa kakak bertengkar?"

"Aku tidak bertengkar. Tadi aku lihat sekumpulan anak laki-laki sedang menindas gadis kecil, jadi aku ke sana dan memberi mereka pelajaran." Dengan gaya menjunjung keadilan Evardo Ye berkata. Tentang hal robot, Evardo Ye tidak akan pernah membahasnya.

"Wah, kak. Kamu adalah orang yang memberi bantuan pada orang yang tidak diperlakukan tidak adil ya!" Sang adik, Yonardo Xiao berkata dengan kagum.

Tanpa malu Evardo Ye menjawab, "Ya, benar. Tapi paman dan bibimu tidak suka aku bertengkar, jadi kamu jangan beritahu masalah ini ke mereka ya."

"Eum! Aku tidak beritahu."

Evardo Ye mengelus kepala bocah laki-laki itu, "Yonardo paling penurut."

Dua orang lainnya memunculkan ekspresi tidak senang.

Evardo Ye telah membereskan ketiga bocah, lalu Evardo Ye memutar kepalanya menghadap Brian Zhang sambil meringis, "Paman Zhang, aku mohon padamu."

"Tuan, aku sedang menyetir, aku tidak mendengar apapun." Tatapan Brian Zhang menghadap depan dengan serius.

Evardo Ye sangat senang, "Terima kasih paman Zhang. Aku tahu kalau paman paling sayang padaku."

Brian Zhang tersenyum, tentu saja dia yang paling menyayangi Edo, karena Edo lah yang paling mengalami banyak hal pahit, sifat anak itu juga hangat, maka dari itu di dalam hatinya, Brian Zhang lebih menyukai Evardo Ye.

Sesampainya di rumah, Evardo Ye menenteng tasnya dan langsung masuk ke dalam kamar, Evardo Ye mengatakan bahwa dia ingin mengerjakan tugas, jangan mengganggunya.

Hal ini membuat paman Wang bingung, sejak kapan tuan kecil di rumah ini pernah mengerjakan tugas? Apakah matahari benar-benar terbit dari arah barat?

Ericko Ye dan Christy Mu kembali dari bekerja lalu memanggil anak-anak untuk makan.

Evardo Ye melirik ayahnya beberapa kali, menetapkan hatinya lalu berkata, "Ayah, di kelasku ada beberapa murid yang ingin membeli robot kecil."

Kelopak mata Ericko Ye naik, pria itu sedang memotong kulit udang dan memasukkan daging udang ke mangkuk Christy Mu, dengan santai bertanya, "Ada berapa orang?"

"15 orang."

"Besok aku akan menyuruh Brian membawakannya ke sekolah." Ericko Ye kembali memberikan potongan daging udang ke Christy Mu, lalu bertanya, "Kamu bilang berapa harganya pada mereka?"

Evardo Ye tidak berani menatap mata ayahnya, sambil menelan nasi sambil berdalih, "Tentu saja kalau di pasaran di jual berapa, aku akan menjual sesuai harga pasar."

"Oh, kalau begitu harganya 136 juta."

"Ha? Bukankah paman Zhang bilang harganya 100 juta?" Evardo Ye terkejut. Begitu masuk ke kamar, Evardo Ye akan menghitung uang simpanannya. Jika uangnya ada 100 juta, maka dia ada uang untuk menebus kekurangan, tapi jika harganya 136 juta, maka masih kurang."

Sambil tersenyum Ericko Ye berkata dengan tenang, "100 juta adalah harga teman. Contohnya kalau pamanmu membeli, maka harganya 100 juta, teman-temanmu tidak termasuk harga teman."

"Ayah menerima uang dari paman? Itu termasuk pelit sekali, kan?" Evardo Ye menjawab dengan perasaan tidak puas.

"Kalau tidak menerima uangnya, bagaimana kami membesarkan kalian?"

Evardo Ye panik, ragu sebentar, lalu bicara dengan nada menjilat, "Ayah, berikan harga teman kepada temanku ya? Semuanya adalah teman, aku tidak enak."

"Apanya yang tidak enak? Jelas-jelas yang saudara kandung saja masih dihitung." Selesai bicara, paha Ericko Ye dicubit oleh Christy Mu. Begitu menerima tatapan mata dari Christy Mu, Ericko Ye menggenggam tangan Christy Mu di bawah meja.

Evardo Ye masih tidak menyerah, "Ayah, anggaplah ini demi nama baikku. Kasih harga teman, ya?"

"Apakah karena 136 juta dan uangmu tidak cukup?" Tiba-tiba Ericko Ye bertanya.

"Ya." Evardo Ye keceplosan. Anak itu menutup mulutnya, dia dibodohi.

Christy Mu menahan tawa, Evardo Ye tahu dia sudah membuka rahasianya sendiri, lalu anak itu buru-buru berdiri dan meminta maaf, "Ayah, aku salah."

"Dimana salahmu?" Ericko Ye tidak melepaskan sumpitnya tapi nada suaranya tegas.

Evardo Ye berkata jujur, "Salahku karena tidak seharusnya aku membawa robot ke sekolah, lalu memainkannya di waktu pelajaran dan sangat tidak boleh menjual robot ke teman dengan harga 60 juta."

"Oh, cukup jujur juga." Ericko Ye menggodanya.

Evardo Ye tertawa nakal, "Tentu saja. Di depan orang yang tua aku tidak berani berbohong."

Ericko Ye mengambil sepotong tahu lalu melemparnya. Gerakan Evardo Ye sangat cepat, menangkap tahu itu dengan mangkuk.

"Siapa yang kamu bilang tua?" Ericko Ye tidak senang. Jelas-jelas dirinya baru 30 tahun lebih. Oke, 38 tahun juga termasuk 30 tahun lebih.

Evardo Ye menaruh mangkuk, lalu berjalan ke depan ayahnya, dengan suara memuji berkata, "Aku salah aku salah. Sedikitpun ayah tidak tua. Ayah adalah anak muda berumur 20 tahun. Ketika kita jalan berdua, orang lain menganggap ayah adalah kakakku."

Ericko Ye menepuk pelan leher anaknya, "Bocah tengik, ucapan omong kosong apa itu?"

"Aku bersumpah, yang aku ucapkan tulus. Ayah sungguh masih muda." Evardo Ye berkata dengan tulus.

Ericko Ye tidak tahu harus berbuat apa pada anaknya, darimana anak ini belajar pintar bicara?

Melihat ayahnya tertawa, Evardo Ye tahu masalah ini sudah terlewati, lalu Evardo Ye bertanya dengan hati-hati, "Ayah, darimana ayah tahu masalah ini?"

Ericko Ye mendengus dingin, "Wali murid temanmu adalah rekan kerja sama bisnis ayah. Sepulang kerja dia menelponku dan bertanya tentang robot, aku hanya bertanya sembarangan, tapi tidak diduga anak laki-lakiku hebat sekali membawa bisnis ke sekolahan. Kalau sudah dilakukan ya sudah, lalu dalam sekejap anakku ini merugikan perusahaan beberapa puluh juta. Karena kamu begini, perusahaan Star Ye hampir dibangkrutkan olehmu."

"Hanya satu kali, tidak ada lain kali." Evardo Ye berkata dengan nada patuh.

"Hehe."

Ericko Ye tidak banyak bicara, tapi malah membuat Evardo Ye gemetar. Tangan anak itu ditaruh ke bawah, menunggu hukuman dari ayahnya.

Ericko Ye sesuap demi sesuap memakan bubur, seringkali meminta tambah pada istrinya dan berkata 'tambah sedikit'. Ericko Ye benar-benar mengabaikan Evardo Ye.

Walaupun ketiga anak yang lain tidak mengejek, tapi diam-diam mereka mengedipkan mata ke Evardo Ye, mereka paling suka saat kakaknya diberi pelajaran, ada rasa senang yang sulit dijelaskan.

Beberapa menit kemudian, Christy Mu mendorong lehernya, baru Ericko Ye bicara, "Hari ini ayah memberimu pelajaran bukan karena kamu merugikan, tapi karena tidak seharusnya kamu mempublikasikannya di sekolah. Apakah karena kamu pikir kamu pintar, selalu menjadi yang pertama di setiap ulangan, guru akan menyukaimu dan terbiasa dengan kelakuanmu? Apa kamu pikir dunia hanya sebesar itu?"

Ericko Ye berhenti, lalu bicara pada ketiga anaknya, "Kalian semua dengar, dunia ini sangat besar, ada banyak orang lebih pintar daripada kalian di luar sana. Jangan pernah berpikir diri sendiri pintar, di dunia ini ada banyak orang yang lebih pintar dari kalian, yang menakutkan adalah mereka tidak hanya pintar, tapi lebih bekerja keras daripada kalian. Apakah tujuan kalian hanya meneruskan properti keluarga? Jika mewarisi, apakah kalian memiliki kemampuan untuk membawa perusahaan menjadi bagus? Apakah kalian bisa menjamin puluh ribuan karyawan bisa makan? Kalau tidak mewarisi, apakah kalian memiliki kemampuan untuk hidup mandiri?"

Novel Terkait

Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu