Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 357 Keindahan Yang Melekat (2)

Kata-kata belakangnya semakin tidak enak di dengar, Jefri dengan alis mengkerut berdiri, “Kalian bisa berhenti bicara tidak!”

Suara-suara orang itu langsung berhenti, tapi di antara mereka ada seseorang dengan emosi tak terkontrol maju ke depan, lalu beradu tatap dengannya, “Apa yang kami bicarakan semuanya adalah kenyataan, atas dasar apa menyuruh kami orang-orang yang lebih tua dan berpengalaman menerima perintah dan aturan dari seorang wanita?”

Juna Duan mendengarnya mengernyitkan alis, pembicaraan mereka tadi dia bukannya tidak mendengarnya, hanya malas untuk meladeni mereka.

Sekarang karena dari mereka ada yang langsung mengemukakakan pendapatnya langsung, dia tentu saja harus menyelesaikan ini untuk anak perempuannya.

Tapi saat dia baru mau membuka mulut, langsung dihentikan oleh Yolanda Duan, “Nah kalian mau bagamana agar bisa menerima aku sebagai komandan kalian?”

“Sudah tidak udah bicarakan yang lainnya, memangnya kamu bisa menerbangkan pesawat?” Orang yang pertama kali bersuara wajahnya terlihat tidak puas, dia bahkan tidak mau melirik Yolanda Duan.

Yolanda Duan tersenyum ringan, “Karena kamu kelihatannya begitu percaya dengan kemampuanmu, bagaimana kalau kita coba tanding dan bandingkan?”

“Kalau kamu kalah, segera ikuti perintahku, kalau aku kalah, aku akan langsung angkat kaki dari sini!”

“Tanding denganku?” Orang itu seperti sedang mendengar sebuah lelucon, “Kamu tahu tidak aku sudah bersama dengan pesawat berapa lama?”

Yolanda Duan menggelengkan kepala, “Aku tidak tahu, aku hanya ingin bertanya kamu jadi mau tanding tidak?”

“Tanding! Tapi...pegang kata-katamu itu ya, jangan nanti kalah masih dengan tebal muka muncul di tempat pelatihan, itu sangat merusak mata.”

Yolanda Duan mengangkat rambutnya dan meliriknya, “Nah itu tentu saja, kalau kamu kalah kamu juga harus berada di belakangku dan dengan patuh dengarkan perintahku!”

“Ya, aku janji!” Orang itu sebelum memakai topi menarik senyuman di wajahnya.

Masing-masing dari mereka memilih sebuah pesawat, lalu mulai memeriksa bagian-bagian dari pesawat.

Lalu orang-orang di belakang mereka tidak bisa menahan diri untuk tidak berkumpul dan mulai mendiskusikan mereka.

“Dian dari kecil sudah memiliki kontak dengan pesawat, dari gerakan paling sulit dia bisa menyelesaikannya hampir dengan sempurna, dia bagaimana bisa menang darinya!”

“Jangankan Dian, aku lihat dia saja mungkin tidak bisa menang dariku!”

“Sudah-sudah, tinggal tunggu saja nanti kita akan berganti komandan baru...”

...

Jefri sudah tidak sanggup mendengarnya lagi, menarik Yolanda Duan yang mau naik ke pesawat, “Bos, apa aku saja yang pergi, lukamu belum sembuh...”

“Tidak apa-apa, walaupun kamu menang, mereka juga tetap tidak akan benar-benar mengakuiku.”

Setelah itu, dia melompat masuk ke helikopter, lalu berkata pada Dian yang masih memeriksa pesawatnya, “Hey, apa yang mau ditandingkan?”

“Untuk kecepatan kamu pasti tidak bisa menang dariku, aku yang menangpun tidak akan merasa bangga, jadi pertandingannya kita bagi 3 jenis, keterampilan, kecepetan dan pengoperasian.”

Yolanda Duan dengan tidak peduli melambaikan tangannya, “Ya aku semuanya boleh.”

“Di depan adalah bendera merah yang kami gunakan untuk latihan, siapapun yang sampai di atas sana duluan dialah yang menang.”

Yolanda Duan selesa mendengarkan aturan langsung masuk ke helikopter, dia mencoba memutar rolet untuk menemukan sudut yang tepat untuk dirinya.

Sebuah suara tembakan terdengar dari cakrawala, Yolanda Duan memandang ke depan, dan tangannya bergerak dengan cepat, dan melirik ke pesawat Dian yang telah melebihi setengahnya.

Yolanda Duan tidak menyangka kalau dia akan begitu cepat, semua baru saja di mulai, tapi dia telah melampauinya begitu banyak.

Tangannya kehilangan kesadaran, dan di benaknya hanya ada satu pikiran, dia harus menyusulnya! Tapi setelah sebagian besar tertinggal, dia masih tetap berada di belakang Dian.

Jarak ke bendera merah sudah tidak jauh lagi, dia dengan matanya melihat Dian sudah hampir menyentuh bendera merah, keringat dingin meluap membasahi dahinya.

Gerakan di tangannya dipercepat, tapi bagaimanapun, dia setengah di belakangnya, dan akhirnya setelah itu tidak berguna.

Dian berputar dua kali di atas bendera merah, dan akhirnya berhenti dengan mantap.

Dia mengangkat kepalanya dan melirik Yolanda Duan, tapi dia tidak menertawakannya. Kecepatan antara dia dan dia hanya beda beberapa detik. Ini bagi seorang wanita sudah layak untuk dipamerkan.

“Aku kalah.” Yolanda Duan dengan gentle mengakuinya, dan saat ini dia dalam hatinya bersyukur karena masih ada 2 pertandingan tambahan lagi, jadi dengan begitu dia masih bisa menutupi kekalahannya ini.

Dian melepas bajunya, lalu mengelap keringat di dahinya dengan bersih, “Masih ada 2 pertandingan lagi, kamu mau menandingkan apa lagi?”

“Keterampilan saja.”

Yolanda Duan mengangkat air mineral yang diminumnya, “Buka dengan alat?”

“Lebih baik membuka tutup bir dengan pembuka botol!” Usulan itu berasal dari salah satu orang yang mengerumuni mereka.

Dan dengan segera ada suara orang lainnya yang menggema, “Iya, pasang pembuka botol di depan helikopter untuk lalu lihat siapa yang membukanya terlebih dahulu, tanpa merusak botolnya!”

Yolanda Duan juga merasa ini ide yang bagus, dia mengangguk dan bertanya pada Dian, “Bagaimana menurutmu?”

“Boleh.” Dian menyeka wajahnya dan membuat dirinya agar lebih sadar.

Keduanya mengganti helikopter satu sama lain, di dalam kokpit, saling memandang lalu menenangkan diri.

Para penonton di luar juga menahan nafas, meskipun mereka semua pernah mencoba teknik ini, tapi mereka baru bisa menyelesaikannya dalam waktu sekitar setengah jam.

Dian adalah yang tercepat di antara mereka. Dia dapat menyelesaikannya dalam satu menit. Sekarang ini adalah pertandingan, tidak tahu apakah dia akan bisa mencetak rekor terbarunya.

Pesawat mulai bergerak, bunyi aumannya begitu memekakkan telinga. Hanya Juna Duan dan Jefri yang mengerutkan kening, dan ada kekhawatiran yang terlihat di antara mereka.

Telinga Yolanda Duan tiba-tiba terasa sakit, dan tak lama kembali normal, dia menggelengkan kepalanya, memfokuskan diri menatap botol bir dengan seksama.

Pembuka botol kecil tergantung di depan helikopter, perlahan-lahan mendekati botol, detak jantungnya menjadi tenang, dan dia memusatkan semua perhatiannya pada pembuka botol.

Di samping telinganya, ada bunyi bilah kipas pesawat yang melayang, dan kepalanya menjadi agak sakit, tapi dia masih berhasil menahan gangguan itu.

“Bos, semangat!”

Suara Jefri melaui celah kebisingan masuk ke telinganya, dan pikirannya tiba-tiba menjadi lebih sadar, dengan hati-hati menyesuaikan sudutnya, dan mendarat langsung ke mulut botol.

Mendengar ledakan itu, tutup botol terbuka dan Yolanda Duan menarik nafas ringan dan berjalan keluar dari kokpit.

Semua orang memandangnya dengan takjub, dan merasa wanita sepertinya memang mampu membimbing mereka.

Tutup botol Yolanda Duan baru saja terbuka, menoleh, dan melihat tutup botol Dian juga terbuka, dan ada seruan sorakan dari para penonton.

Keduanya turun dari pesawat. Wajah Dian jauh lebih gelap. Dia terdiam lama sebelum akhirnya berkata, “Aku kalah.”

Dian tahu, kedua kata ini sangat susah keluar dari mulutnya, kemenangan pertamanya sudah membuatnya tidak nyaman, dan yang kedua ini dia tidak menyangka bisa langsung kalah darinya.

Wajah Yolanda Duan juga tidak terlihat kelegaan, keringat dingin di keningnya tidak turut berhenti, dia menerima sodoran tisu dari Jefri dan mengelapnya.

“Yang terakhir mau menandingkan apa?”

“Pengoperasian. Di udara berbalik terus 360 derajat sampai kamu tidak memiliki kekuatan, siapa yang paling banyak berbalik dia yang menang!”

Yolanda Duan mengerutkan kening, telinganya saat ini sudah sedikit tidak nyaman, menyuruhnya membalikan pesawat sepertinya itu akan gagal.

Tapi dia sudah kepalang tanggung, dengan berani mengangguk, “Baik!”

Suara helikopter telah melayang di atas telinga semua orang, dan mereka perlahan-lahan mengangkat kepala, dan akhirnya keduanya berhenti pada ketinggian yang sama.

Yolanda Duan orang pertama yang melakukan pengoperasian, keadaan ini tidak menguntungkan untuknya, kalau dia tidak cepat bergerak, dia kemungkinan bisa jatuh pingsan di dalam pesawat.

Saat berputar 180 derajat, kepalanya sudah mulai pusing, dia berusaha mati-matian menggertakan gigi, bibirnya mulai berdarah, dan rasa sakit itu memaksanya untuk tetap sadar.

Akhirnya, dia dengan mati-matian berhasil beputar satu putaran, pengoperasian di tangannya tidak bisa lagi memungkinkannya untuk melanjutkan pertandingan, tetapi kekeraskepalaannya tidak mengijinkannya untuk berhenti.

Di depannya terlihat kabur, dia tidak tahu berapa putaran yang telah dia buat, tetapi dia merasa kalau dia masih tidak berhenti dia mungkin akan terbunuh di dalam pesawat.

Di luar jendela, langit terus berbalik, dan Yolanda Duan sudah tidak peduli untuk melihat di mana orang-orang itu, dan langsung mendarat ke tanah. Orang-orang yang menonton di bawahnya segera berlarian seperti burung yang menghindari binatang buas.

Yolanda Duan berjalan turun dari helikopter, matanya gelap, dan dia jatuh di atas tubuh Juna Duan, dan ada suara kicauan manusia di telinganya.

Dia mengerutkan kening, menguatkan diri, melihat ke atas, dan ada kerumunan orang yang mengelilinginya.

“Siapa yang menang?” Yolanda Duan sudah setengah sadar, tetapi dia masih ingat kalau ini adalah sebuah pertandingan.

Novel Terkait

Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu