Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 212 Harus Menemukan Kembali Putra Kita (3)

Selanjutnya, di bawah pertemanan bupati dan Sekretaris Cun dll, Ericko Ye dan Christy Mu melihat-lihat beberapa kelas yang sederhana. Saat ini sudah siang hari, begitu mereka masuk, hawa panas langsung terasa.

"Anak-anak sangat lelah." kata Christy Mu. Dibandingkan mereka, saat dia kecil dulu jauh lebih bahagia.

Ericko Ye diam-diam menggengam tangan Christy Mu, "Akhir tahun nanti mereka sudah bisa bersekolah di sekolah baru."

"Aku lupa bertanya padamu. Berapa biaya pembangunan sekolah ini?"

Ericko Ye menyebutkan sebuah nominal, "Kira-kira 10 miliar rupiah. Aku tidak tahu nominal pastinya. Aku suruh tim membangun dulu, nanti baru menghitung, kira-kira menghabiskan berapa banyak uang."

Christy Mu menggodanya, "Ternyata memang benar orang yang kaya, loyal dalam menghabiskan uang."

Ericko Ye tertawa, "Yang aku pakai adalah tabungan milik kita berdua. Kalau kamu memujiku, artinya memuji dirimu sendiri juga."

"Cih."

Setelah keluar dari ruang kelas, Ericko Ye dikelilingi oleh beberapa wartawan.

"Direktur Ye, apa kami boleh melakukan wawancaara sebentar?" seorang wartawan cantik bertanya padanya.

"Yang ingin kukatakan sudah aku katakan tadi, tidak ada lagi yang lain." Ericko Ye tetap tidak terbiasa berhadapan dengan kamera.

Wartawan wanita itu juga tidak peduli apakah Ericko Ye bersedia atau tidak dan langsung bertanya, "Direktur Ye, kami sangat ingin tahu, kenapa kamu menamakan sekolah dasar ini dengan nama SD Crystal?"

Ericko Ye sangat bersedia menjawab pertanyaan itu, "Karena istriku bernama Christy Mu."

Wartawan-wartawan itu sangat cerdik, dan dapat menangkap hal menarik dalam perkataan Ericko Ye lalu memuji, "Direktur Ye sangat baik kepada istrimu."

Ericko Ye tersenyum, "Aku masih ada urusan, kalau kalian masih mau mengetahui informasi tentang SD kami, kalian boleh tanya pada perusahaan pembangunan. Mereka lebih mengerti daripada aku."

Ada wartawan yang bertanya dengan berani, "Direktur Ye, apakah ini Nona Edelyn Chu yang sebelumnya sempat dikabarkan dekat denganmu? Kenapa hari ini membawa Nona Chu kemari?"

Baru saja Ericko Ye mau pergi, begitu mendengar pertanyaan itu dia berhenti. Dengan wajah datar dia berkata, "Semua orang sedang memperhatikan pembangunan setelah bencana alam, tapi kamu malah memperhatikan rumor tentangku. Benar-benar setia pada pekerjaanmu ya."

Wartawan yang bertanya menjadi gugup tapi tetap menatap Ericcko Ye dengan keras kepala dan lanjut berkata dengan tenang, "Kamu tidak bisa menjawabnya?"

Ericko Ye mengangkat bahu, "Tentu saja bisa. Edelyn Chu adalah salah satu dari pemegang saham di Perusahaan MK yang ada di Hongkong, juga adalah rekan kerja terpentingku. Hubungan kita sangat baik. Aku membawanya hari ini karena dia sebagai orang Hongkong ingin mengetahui lebih banyak tentang negara Cina kita. Kalau dia terharu, siapa tahu mau membangun sebuah sekolah. Bukankah itu hal baik bagi anak-anak di sini?"

Wartawan dibuat kehabisan kata-kata dan dibuat bersembunyi di balik kerumunan, tidak berani berkata apa-apa lagi.

Setelah para wartawan mencari orang yang akan diwawancara sebelumnya, Christy Mu baru menghela napas, "Saat kamu berbohong benar-benar tidak bisa merona dan deg-degan. Tadi aku benar-benar takut mereka akan bertanya padaku, aku tidak tahu harus berkata apa."

"Semua ini salahku. Aku seharusnya memberimu kesempatan dan melihat tampangmu yang tidak bisa berbuat apa-apa." Ericko Ye mengerjainya.

Christy Mu menatapnya kesal, "Kalau begitu kamu panggil mereka lagi sini."

"Tidak berani, tidak berani." Ericko Ye menunduk dan berbisik di telinganya, "Aku takut malam nanti kamu tidak mengizinkanku tidur di ranjang."

Wajah Christy Mu seketika merona. Merasa kesal, dia menginjak kaki Ericko Ye. Setelah melihat wajah Ericko Ye yang kesakitan, dia baru tersenyum dan berbalik pergi.

Saat siang hari, Ericko Ye awalnya berencana untuk pulang ke rumah, tapi malah diundang oleh Sekretaris Cun untuk makan dirumahnya. Christy Mu belum pernah makan makanan daerah perbatasan dan merasa sangat senang.

Ericko Ye melihat mata wanita itu menyala lalu menerima undangan Sekretaris Cun.

Tempat ini adalah tempat yang paling jauh dari Kabupaten Ling. Transportasi terbatas, dan sumber ekonomi kebanyakan berasal dari bercocok tanam, jadi kualitas udara di sana sangat bagus. Dibandingkan dengan kepadatan Kota A, di sini jauh lebih tenang.

Bupati Zhao melihat orang kaya Ericko Ye, tentu harus selalu menemani di sisi. Kalau Ericko Ye bersedia membantu kabupaten, maka itu adalah hasil yang sangat bagus, jadi sejak tadi Bupati Zhao terus sibuk mengurusi ini dan itu.

Rumah Sekretaris Ma tidak jauh. Batu di halaman dibersihkan dengan bersih. Karena mau menyambut tamu kehormatan, jadi bersihkan dengan sangat bersih.

Sekelompok orang berjalan masuk ke ruang tamu. Di atas meja sudah tertata beberapa sayuran, semuanya adalah makanan daerah yang khas, kelihatannya sangatlah enak.

Sekretaris Ma dengan ramah mempersilakan semuanya duduk, sambil menggosok tangan, dia berkata, "Tidak ada yang bisa ditraktir seorang orang desa. Semua ini adalah sayuran yang ditanam di rumah kami, tidak ada pestisida, sangat segar juga sehat. Harap semuanya suka."

Christy Mu menyadari Sekretaris Ma sedikit gugup jadi berkata sambil tersenyum, "Menurutku sangat enak, terima kasih atas makanannya."

Sekretaris Ma terkejut lalu tersenyum lebar, "Bagus kalau tamu kehormatan suka. Kalian makan dulu, aku mau pergi ke dapur untuk mendesak dulu, suruh mereka cepat menyajikan sayur lain."

Christy Mu minum air yang selalu dia bawa lalu bertanya dengan mata pada Ericko Ye, "Apa sudah boleh mulai makan?"

Ericko Ye adalah tokoh utama di atas meja makan, dia berkata sambil tersenyum datar, "Semuanya sudah lapar 'kan, ayo makan."

Bupati Zhao dan beberapa pegawai lain menjawab, "Ayo makan, makan."

Christy Mu mengambil sehelai sayuran ke dalam mulutnya. Terasa asam juga manis. Benar-benar sangat lezat.

Bupati Zhao tidak tahu mengambil bir darimana, saat mau menuang kepada Ericko Ye, tidak disangka malah ditolak oleh Ericko Ye, "Maaf, aku tidak bisa minum bir."

"Ini ..." Bupati Zhao sedikit canggung.

Ericko Ye menjelaskan, "Bupati Zhao kalau ada yang mau kamu katakan, katakan saja. Aku tidak bisa minum bir di pagi hari kalau tidak maka akan mengganggu pekerjaanku. Itu adalah prinsipku."

"Oh, begitu ya." Bupati Zhao hanya bisa meletakkan bir ke lantai lalu berkata dengan senyum lebar, "Direktur Ye, mungkin kamu juga tahu, ekonomi Kabupaten Ling tidak begitu maju, tapi lingkungan di sini sangat indah. Sekarang kami sedang menggalang dana untuk investasi di bagian ini, kalau kamu ada waktu, bisa datang ke Kabutan Ling untuk lihat-lihat."

Begitu mengungkit tentang pekerjaan, Ericko Ye menjadi serius, "Karena Bupati Zhao sudah buka mulut, maka beberapa hari lagi akan aku suruh tim penilaian untuk pergi melihat-lihat ke Kabupaten Ling. Kalau cocok untuk investasi, aku akan pertimbangkan untuk melakukannya."

"Ah, bagus sekali. Aku bersulang untuk Direktur Ye dengan air." Bupati Zhao berkata dengan senang.

Ericko Ye mengangkat gelas lalu menyentuhkannya pada gelas Bupati Zhao.

Tidak ada hubungannya dengan Christy Mu, dia hanya sibuk makan, merasakan semua sayur, kurang minyak dan garam, enak.

Saat sedang makan dengan asyik, dari pintu masuk seorang bocah, kelihatannya seperti anak yang berumur 1 tahunan, mengenakan rok, rambut diikat dua, dengan mata kerlap-kerlip, dan pipi bulat berwarna merah, sangatlah lucu.

Anak kecil itu melihat makanan yang ada di atas meja lalu berjalan ke samping Christy Mu. Dengan mengulurkan tangan gadis itu mengatakan sesuatu, seperti menandakan ingin dipeluk oleh Christy Mu.

Hati Christy Mu sudah mau dibuat meleleh oleh mata besar anak itu. Christy Mu menggendong anak itu duduk dalam pangkuan lalu bertanya dengan nada lembut, "Putri kecil, apa yang sedang kamu katakan?"

"Sayur, sayur, sayur, sayur ..." gadis kecil menunjuk sayuran di atas meja.

"Mau makan sayur?" Christy Mu bertanya dengan sabar.

Gadis kecil mengangguk.

Christy Mu mengambil sedikit sayuran lalu memasukkannya ke dalam mulut anak kecil itu. Pipi anak kecil seketika menggembung dan makan dengan sangat senang.

Orang-orang di atas meja sangat terkejut. Karena nona dari Hongkong itu sama sekali belum bicara dari tadi, kelihatannya juga sangat tenang, agak sombong, tapi tidak disangka begitu memiliki kasih sayang.

Hanya Ericko Ye yang merasa sedih, Christy Mu pasti teringat pada anaknya 'kan.

"Nini, kenapa kamu datang ke sini, cepat turun." Sekretaris Ma berjalan masuk lalu berteriak pada anak kecil itu.

Anak kecil itu tersenyum lalu memeluk leher Christy Mu, tidak mau melepaskan.

Christy Mu mencium wangi bayi pada tubuh anak kecil dan seketika kasih ibu muncul dalam hatinya, dia menepuk-nepuk punggung anak itu.

Sekretaris Ma berkata dengan nada maaf, "Benar-benar maaf. Ini adalah cucuku. Ayah dan ibunya pergi bekerja di kota. Tadi aku tidak melihatnya, maaf sudah mengganggu semuanya."

Christy Mu berkata sambil tersenyum, "Tidak apa-apa, aku lihat anak ini lucu juga. Aku sangat suka, biarkan aku menggendongnya saja."

"Ini ... mana enak hati."

Ericko Ye berkata, "Sekretaris Ma, kamu sibuk saja. Dia memang suka anak kecil, biarkan dia gendong saja."

Sekretaris Ma baru bisa tenang, "Nini biasanya tidak seperti itu. Dia pasti melihat nona ini cantik dan menempel padanya."

Anak kecil itu melepas leher Christy Mu, lalu berkata pada kakeknya dengan imut, "Kakak cantik, kakak cantik."

Tenyata benar, satu meja semuanya tertawa.

"Nini harus patuh, ya?" Sekretaris Ma berpesan pada cucunya.

"Patuh." Nini kecil berkata dengan imut.

Makan kali itu sangat senang. Christy Mu fokus menyuapi Nini kecil makan. Ericko Ye takut Christy Mu tidak kenyang, sambil mengambil sayur pada piring Christy Mu, sambil membicarakan proyek pembangunan dengan Bupati Zhao dan yang lainnya.

Baik tuan rumah maupun tamu, semuanya sangat senang.

Saat hendak pergi, Nini kecil menggenggam erat tangan Christy Mu, mengantarnya ke mobil. Christy Mu juga sedikit tidak rela dan mencium dahi Nini, "Kakak, dadah."

Nini kecil melambaikan tangan ke arah Christy Mu dengan mata berkaca-kaca.

Ericko Ye menyadari ada yang tidak beres dan segera merangkul Christy Mu lalu mengantarnya masuk ke mobil. Ternyata benar, setelah mobil mulai berjalan, Christy Mu menangis.

Ericko Ye memeluk Christy Mu erat lalu menghibur dengan suara kecil, "Sudah, sudah, jangan sedih lagi. Aku akan mencari anak kita secepat lagi."

Begitu Ericko Ye mengatakan itu, Christy Mu menangis semakin hebat. Air matanya membasahi kemeja Ericko Ye dan langsung masuk ke hati pria itu, sedih dan sakit.

Novel Terkait

Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu