Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 554 Tumbuh Perlahan (3)

Bibir Vanny bergerak, dan butuh waktu lama untuk mengucapkan kalimat lengkap.

"Yunardi, apa kamu gila!"

Yunardi Mu memandang Vanny dengan tulus dan berkata, "Aku tidak gila, aku serius. Aku sudah lama gelisah karena kata-katamu, dan aku merasa sakit hati dan tak tertahankan ketika aku berpikir akan kehilanganmu. Hari-hari ketika aku tidak bisa bertemu, aku mabuk setiap hari, aku ingin melupakanmu, tetapi aku tidak bisa. "

"Karena aku tidak bisa melupakan, maka pikirkan cara untuk membiarkan kita bersama. Tapi kamu terlalu menentang identitasku, jadi aku berpikir keras dan akhirnya memikirkan cara yang baik ini."

"Cara bagus darimana, jelas-jelas itu cara yang bodoh! Ketenaran dan statusmu, hal ini mana bisa dikatakan tidak mau, maka tidak mau! Kamu juga bukan anak kecil, melakukan begini, sangat beresiko! Apakah Yonardo tahu keputusan kamu, apakah orangtua kamu tahu? Yunardi, aku dengan susah payah bisa hidup tenang, kamu jangan mencelakaiku lagi!"

"Aku sedang berjuang untuk kebahagiaan kita, tapi sebelum aku keluar, aku tidak memberitahu orang lain, tetapi aku meninggalkan sebuah pesan, mereka sekarang seharusnya tahu."

"Mereka tidak meneleponmu?"

"Aku lupa ponsel aku ada dirumah."

Vanny menggertakan giginya, membalikkan badan dan mengambil ponselnya.

Ketika Vanny menekan tombol di ponselnya, Yunardi Mu tiba-tiba memiringkan badannya, dan menabrak tubuh Vanny.

Ketika ditabrak dengan kuat, Vanny kehilangan keseimbangan, teleponnya pun jatuh.

"Hati-hati!"

Yunardi Mu mengulurkan tangan untuk membantu, berusaha menangkap telepon.

Lebih baik Yunardi Mu tidak membantu, sekali dia mengulurkan tangan, teleponnya langsung terlempar ke luar jendela mobil.

"Teleponku!"

Vanny melihat keluar, langsung melihat teleponnya sendiri ditabrak oleh truk yang datang dari arah yang berlawanan, berubah menjadi hancur.

Sekarang, perasaan Vanny hancur, berbalik dan menatap Yunardi Mu dengan marah, berteriak, "Bajingan, kamu sengaja!"

Yunardi Mu terlihat sangat polos, berkata, "Aku tidak sengaja, aku ingin membantu. Telepon ruask, aku juga tidak ingin, benar hanya sebuah kebetulan."

Vanny sudah tidak ingin berbicara dengan orang ini lagi, dia langsung memalingkan matanya, matanya tampak marah.

"Jangan marah lagi, tunggu turun dari mobil, aku akan membelikan yang baru untukmu, mengganti rugi, mau tidak?"

Vanny masih tidak berbicara, menunjukkan ekspresi yang tidak terima.

"Kalau begitu sudah beres ya," Yunardi Mu seperti tidak melihat kemarahan Vanny, dengan senang. Berkata, "Demi mengejar balik wanitaku, aku merasa ini sangat setimpal. Aku akan membuat perjalanan kali ini, membuat kamu melihat kita adalah pasangan sempurna dan sepadan."

Vanny awalnya tidak ingin merespon balik Yunardi Mu, tapi perkataan dia membuat Vanny benar-benar tidak tahan untuk mendengarnya lagi, menegur langsung dengan singkat, "Sial!"

Mengutuk dengan dua kata, juga membuat Yunardi Mu seperti mendapatkan harta, bergumam, "Apakah kamu suka bicara kasar? Kalau begitu aku akan menjadi sedikit kasar, sehingga aku bisa lebih cocok untukmu."

"Yunardi, cukup!"

"Ini baru saja mulai, masih belum cukup."

"Aku mengaku kalah terhadapmu, kamu jangan main-main seperti ini lagi."

"Aku serius, sangat serius. Sebelum kamu menyadari perasaanku, aku masih mau terus berusaha keras. Vanny, perkataan aku barusan masih belum selesai, dengar-dengar tempat yang akan kita kunjungi kali ini indah, kita bisa ... "

Yunardi Mu berbicara di sana tanpa henti, sementara Vanny menoleh dan melihat ke luar jendela, benar-benar ingin menangis.

Ah, kenapa berbicara dengan dia jadi tidak nyambung....

Vanny bersandar di bagian belakang kursi, wajahnya tampak tidak tahu harus berbuat apa, tapi dia sekali lagi dibuat marah oleh orang yang dibelakangnya.

"Lihat, aku sudah berkata hubungan mereka sangat baik!"

Vanny tiba-tiba berdiri, menatap dan berkata, "Katakan sekali lagi, kami tidak ada hubungan!"

Pihak lain baru mau berbicara, dengan cepat ditahan oleh orang disebelahnya.

"Ah, hubungan mereka relatif lebih rendah, kamu jangan lagi memperhatikan mereka."

"Sudah tahu."

Sembari berbicara, pihak lain memalingkan muka untuk melihat ke arah lain, tapi matanya masih diam-diam memperhatikan Vanny.

Ya Tuhan, benar-benar tidak ada alasan!

Karena isi didalam mobil adalah orang-orang muda, suasananya begitu hidup, berbicara dengan ramai, dengan cepat sampai ke tempat tujuan.

Ketika sampai ditempat, Vanny dengan cepat turun dari mobil, dan sengaja menjaga jarak dari Yunardi Mu.

Yunardi Mu juga tidak mengganggu Vanny. Mengobrol dengan orang-orang muda di sekitarnya, menunjukkan ekspresi yang sangat senang.

Sementara Vanny bersembunyi di sekitar, melihat Yunardi Mu dengan suram, masih menggertakan gigi, ingin segera mengigit leher Yunardi Mu untuk melampiaskan kebenciannya.

"Sudah sudah, penginapan ada di depan, mari kita membagi kamar dulu."

Tempat tinggal kali ini, adalah sebuah penginapan yang kuno, dikelilingi oleh pegunungan hijau dan perairan hijau, dan lingkungannya sangat bagus.

Jauh dari keramaian dan hiruk pikuk kota, membuat perasaan orang menjadi tenang, menghirup udara yang segar, seperti bisa membuat orang melupakan segala kekhawatiran.

Berjalan ke penginapan, semua orang sangat senang, sangat menantikan perjalanan selanjutnya.

Hanya Vanny, yang menunjukkan muka cemberut, mukanya seperti mau membunuh orang.

Saat orang sedang mengobrol dengan santai. kapten berjalan keluar dengan seikat kunci, meninggikan suaranya, berkata, "Mari mari mari, saatnya membagi kamar. Yang mendapat nomor, datang dan ambil kuncinya.

Para siswa datang kesana, mengambil kunci.

Kunci di tangan ketua semakin lama semakin sedikit, terakhir, hanya tersisa sebuah kunci di tangannya.

"Vanny, Tuan Mu, kalian tidur di kamar 504 saja."

Ketika Vanny mendengar perkataan ini, mengangkat alisnya seperti ada masalah, berkata, "Aku tidak mau tidur sekamar dengan Yunardi !"

Kapten terlihat tidak berdaya, berkata, "Tapi sekarang, hanya tersisa satu kamar."

"Kalau begitu....aku sempit-sempitan dengan orang lain."

"Takutnya tidak bisa, kamar orang lain semua sudah penuh, ingin menambah ranjang sudah tidak bisa masuk."

Kapten tidak setuju, sangat jelas dia mendukung Yunardi Mu.

Ini membuat Vanny sangat marah, dia dan kapten adalah teman sekelas selama hampir empat tahun, tidak menyangka Yunardi Mu yang baru ditemui sekali saja, sudah mendukungnya.

Mengernyit dan menatap kapten, Vanny merendahkan suaranya, dan bertanya dengan tidak puas, "Aku berkata, sebenarnya kamu menerima berapa banyak keuntungan dari Yunardi?"

Kapten berbicara dengan sungguh-sungguh, "Ah, jangan terlalu realistis, sebenarnya aku juga ingin menjodohkan kalian. perempuan pendiam itu hal normal, tetapi jika kamu terlalu pendiam, berhati-hatilah dicelakakan oleh orang lain. Kamu lihat para siswi lain sedang menatap Yunardi, mata yang tampak senang."

Vanny tampak menghina dan berkata, "Kalau begitu biarkan mereka mengambilnya."

"Kamu berpikir mereka tidak mau? semua orang, menahan perasaannya."

"Terserah, bisa membuat masalah besar ini hilang, aku berterima kasih tanpa henti!"

Tidak tahu harus berkata apa, kapten hanya bisa bertanya kepada semua orang, "Siapa yang mau ganti kamar dengan Vanny?"

Ada yang bersedia, tapi demi harga diri, tidak menyahut kapten.

Melihat tidak ada yang menjawab, Vanny berkata dengan wajah dingin, "Aku tidak peduli. Lagi pula, aku tidak akan berada di kamar yang sama dengan Yunardi!"

"Vanny, apakah kamu sedang malu, Ah, semua orang disini adalah orang muda, tidak apa-apa."

"Benar, bersama-sama pergi main keluar, yang paling penting adalah bergembira, jangan terlalu khawatir dengan detailnya."

"Ah, ada bebek mandarin di kolam sebelah sana, ayo pergi dan lihat."

"Ya."

Perhatian siswa dengan cepat tertarik oleh hal-hal lain, masing-masing berkeliaran di halaman, atau kembali ke kamar untuk beristirahat.

"Aku tidak ... Hei, aku belum selesai berbicara!"

Tangan Vanny tergantung di udara, tetapi di depannya, tidak ada yang mendengarkannya.

Yunardi Mu berjalan ke arah Vanny dan menghibur, "Vanny, mereka tidak akan mendengarkan. Lupakan saja."

Vanny segera menjaga jarak dari Yunardi Mu, dan berkata dengan marah, "Kamu diam, itu semua karena kamu yang membuat masalah! Yunardi, jangan berpikir untuk tidur di kamar yang sama denganku. pergi tidur dikoridor! "

Yunardi Mu berkata dengan ekspresi menangis, "Kamu tidak akan begitu kejam, kan? Sangat dingin di malam hari di pegunungan."

"Memang sangat kejam, aku tidak akan pernah membiarkanmu masuk kamar!"

Setelah berbicara, Vanny berbalik memegang kunci dan pergi.

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu