Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 208 Christy, Aku Selama Ini Tahu Itu Kamu (1)

Christy Mu saat ini terkunci di antara lemari, dan di seluruh lantai ada pecahan kaca dan air, juga berbagai macam botol botol.

“Christy--” Ericko Ye berteriak kencang, ini masuk menyelamatkannya, tapi di tengahnya saat ini seperti ada gunung dan lautan yang harus dilampaui.

Cadice He di depan pintu setelah menyuruh orang terakhir pergi, mendengar teriakan Ericko Ye termenung, Christy? Christy Mu kah? Tapi yang ada di dalam kan jelas jelas Edelyn Chu, direktur Ye kenapa malah memanggil nama Christy Mu?!

Tanpa ragu, Cadice He berlari ke arah ruang istirahat, saat ini, dirinya adalah seorang manajer dari departemen desain, dan dia tidak bisa meninggalkan anggotanya satupun disana.

Ericko Ye menyingkirkan meja dan kursi yang menghadang di depannya, tapi yang paling sulit adalah menyingkirkan lemari besar itu.

“Direktur Ye, aku akan membantumu.”

Ericko Ye melihat ke belakang, ternyata Cadice He dengan rambutnya yang berantakan, kalau biasanya dia pasti akan tanpa ragu menyuruhnya pergi menyelamatkan diri sendiri, tapi kali ini, dia sungguh membutuhkan pertolongan.

“Terima kasih banyak.” Ericko Ye merasa sangat berterima kasih padanya, “Kamu hati hati ya, kamu tarik bagian sini, aku pergi dorong bagian sana.”

“Ya bos hati hati juga.”

Ericko Ye menginjak pecahan kaca di bawahnya menundukan badan berjalan ke arah lemari, ruangnya begitu kecil, hanya cukup untuk dia berdiri sendiri, setelah mendapatkan posisi yang pas dia mulai mencobanya, dan memberi aba aba pada Cadice He, “Aku teriak 1,2,3, kamu dengan sekuat tenaga tarik ya.”

“Baik aku mengerti.” Cadice He di ujung sana sedang memegang lemari dengan begitu erat.

“1,2,3--”

Ericko Ye dan Cadice He sepertinya telah mengerahkan seluruh tenaga mereka, satu mendorong satu menarik, lemari karena tersangkut di antara kedua dinding, jadi walaupun keduanya mengerahkan seluruh tenaga, hasilnya hanya bisa mendorongnya sedikit.

“Lagi. 1,2,3--”

Mereka mengulanginya beberapa kali, dan tubuh Christy Mu mulai kelihatan sedikit demi sedikit.

“Sudah, bisalah ini, terima kasih banyak ya.” Ericko Ye sangat merasa berterima kasih pada Cadice He yang saat ini berkeringatan, “Kamu cepat turun lah.”

Cadice He menyeka air keringat di dahinya, tahu kalau tugasnya sudah selesai, menjawab, “Direktur Ye, kamu cepat keluarkan nona Chu dari sana, aku pergi dulu.”

“Iya, kamu turun hati hati ya.” Setelah mengatakan itu, Ericko Ye menundukan badan berjalan ke depan Christy Mu, kedua mata Christy Mu menutup, dahinya lebam merah, kelihatan jelas kalau ada suatu barang yang jatuh dan menimpa kepalanya.

Ericko Ye dengan panik memanggilnya, “Christy, bangun.”

Tidak ada tanda tanda pergerakan, Ericko Ye tidak berani menghabiskan waktu lebih banyak, dengan satu tangan menggendong punggungnya, satunya menggendong kedua kakinya, lalu membawanya keluar.

Baru keluar dari bawah lemari, gempa susulan lagi lagi datang, Ericko Ye berdiri tidak stabil, kedua kakinya berlutut di tanah, dan kedua tangannya memeluk Christy Mu dengan erat.

“Peng--” Lemari yang dipindahkan dengan setengah mati tadi retak terbelah dua, dan jatuh menimpa lantai, menerbangkan air dan serpihan kaca yang ada di lantai.

“Tidak apa apa, tidak apa apa, Christy jangan takut, ada aku, jangan takut.” Ericko Ye berbicara sendiri sambil memeluknya, dan tubuhnya menghadang serpihan kaca hingga tak mengenai Christy Mu dan hanya mengenai tubuhnya sendiri.

Semua ini dia ucapkan untuk Christy Mu dan juga untuk dirinya sendiri.

Tanah kembali seperti semula menjadi tenang tanpa goyangan, Ericko Ye berdiri sekuat tenaga, memeluknya dan terus berjalan keluar dari tempat ini.

Akhirnya setelah mengerahkan seluruh tenaga, Ericko Ye berhasil membawa Christy Mu keluar dari ruang istirahat itu.

“Christy, Christy, sadar.” Suara Ericko Ye terdengar begitu cemas dan khawatir.

Kali ini, Christy Mu seperti mendengar panggilannya, dengan kesakitan mendengus, suara itu seperti sebuah keajaiban bagi Ericko Ye, membuatnya senang dan bersyukur kalau dia masih hidup.

“Jangan takut, aku akan membawamu pergi dari sini, jangan takut.” Ericko Ye menciumi dahinya, lalu mengeratkan gendongannya membawa tubuhnya dengan aman keluar dari sana.

Ruang departemen desain berada di lantai 19, lift tidak bisa digunakan, Ericko Ye hanya bisa menggendongnya turun melewati tangga, di sampingnya ada orang yang berlari cepat, dan beberapa kali diiringi gempa bumi susulan, suasana begitu mencekam dan menakutkan, tapi Ericko Ye tidak pernah terpikir untuk meninggalkannya disana, walaupun dia akan mati di bencana ini, dia tetap rela dan ingin mati bersamanya.

Satu lantai demi satu lantai.

Tenaganya dengan cepat terkuras, Ericko Ye ada beberapa kali tertabrak dinding, tersungkur di lantai, tapi dia masih dengan sekuat tenaga melindungi wanitanya, dan meyakinkannya kalau wanitanya aman tanpa luka.

Christy Mu yang pingsan bisa merasakan perjalanan yang menegangkan, dia perlahan membuka mata, dan langsung melihat seorang laki laki dengan wajah merah, kulit cokelat, dan leher yang penuh keringat.

Dia bisa mencium aroma yang familiar dari tubuhnya, dan entah mengapa dia merasa lebih aman, suara dalam hatinya berkata, kalau Ericko Ye tidak akan membuang dirinya sendiri.

“Ericko...” Panggilnya dengan suara lemah.

Langkah laki laki yang menggendongnya langsung terhenti, dia langsung meletakan tubuhnya di bawah, dan matanya penuh sinar seperti bintang menatapnya.

“Christy, kamu sadar.” Ucapnya bahagia dan tanpa sadar.

Dan Christy Mu juga tidak merasa ada sesuatu yang tidak benar, dan juga mungkin karena otaknya belum benar benar sadar, dia dengan mengernyitkan alis berkata, “Kepalaku sakit.”

Ericko Ye kasihan lalu dengan tangannya memijit pelan luka di kepalanya, lalu menenangkannya, “Tidak apa apa, ini sepertinya akibat tertimpa barang.”

Christy Mu ingin menyentuh dahinya, tapi tangannya saat ini tidak bertenaga.

Saat ini, gempa susulan yang lebih kuat datang, Ericko Ye tersadar langsung memasukan tubuhnya kepelukannya, dan menatap tajam tanah yang bergetar.

Kedua mata Christy Mu basah karena air mata, saat Ericko Ye melepaskan tubuhnya, dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya padanya, “Ericko, mungkinkah kita mati disini?”

“Tidak, aku tidak akan membiarkanmu mati, kita tidak akan mati disini. Bertahanlah, ingat anak kita, dia masih menunggu kita.”

Otak Christy Mu saat ini sudah sangat sadar, mendengar kata katanya langsung terdiam, dia...dia bagaimana bisa tahu.

Ericko Ye memegang wajahnya, menatapnya dalam, “Aku tahu itu kamu, aku selama ini tahu, masalah ini nanti saja baru kita bicarakan, aku bawa kamu keluar dari sini dulu, siapapun tidak tahu detik berikutnya akankah ada gempa yang lebih besar.”

Setelah itu, Ericko Ye mendukung tubuhnya dan langkah kakinya begitu kukuh menuruni anak tangga.

Christy Mu yang dipunggungnya hilang akal, dia selama ini telah menyembunyikannya dengan baik, jadi bagian mana sebenarnya yang bisa membuat semua ini terkuak? Dan dia sejak kapan tahu semua ini?

Sampai seluruh tubuh Ericko Ye basah dengan keringat, dia akhirnya berhasil membawa Christy Mu keluar dari gedung.

Di jalanan begitu kacau, kendaraan berantakan, semuanya ada banyak papan iklan yang roboh, juga ada orang pingsan segerombolan yang terluka dan anak kecil yang menangis.

Hanya dalam waktu singkat, kota A yang awalnya begitu megah dan indah, sekarang berubah menjadi seperti neraka bagi para manusia di bumi.

“Tuan--” Brian Zhang berteriak dan berlari menghampirinya, di lengannya tidak tahu sudah ada berapa goresan luka, darah segar menembus bajunya, menggemparkan mata semua orang yang melihatnya.

“Tuan, kamu akhirnya keluar juga, aku baru bersiap masuk ke dalam mencarimu.” Ujar Brian Zhang, dia melihat luka bosnya dan Christy Mu yang jatuh pingsan.

“Aku tidak apa apa.”

Tatapan Brian Zhang beralih ke kaki Ericko Ye, dengan khawatir berkata, “Tuan, kakimu kenapa? Kok bisa berdarah?”

Ericko Ye menundukan kepala melihatnya, celana berwarna biru terang sudah dinodai darah, sepertinya saat menyelamatkan Christy Mu,berlutut di serpihan kaca, dan selama perjalanan dia sibuk menyelamatinya, dan tidak merasakan apapun, sekarang baru bisa merasakan rasa sakit yang nyut nyutan.

“Sepertinya gara gara goresan serpihan kaca pecah, tidak apa apa.” Ekspresi Ericko Ye begitu datar dan bertanya, “Mobil sekarang tidak bisa keluar ya.”

“Tidak bisa keluar, semuanya macet total.”

“Orang orang perusahaan?!” Tanyanya.

Brian Zhang menunjuk lapangan yang tidak jauh dari mereka, “Semuanya ada disana.”

“Ayo, kita pergi kesana.” Ericko Ye mendukung Christy Mu pergi kesana, Brian Zhang yang melihatnya tidak tega, dan ingin mengusulkan diri untuk mendukung Edelyn Chu, tapi sepengetahuannya terhadap bosnya, dia pasti tidak akan setuju dengan usulnya.

Di lapangan sudah penuh dengan orang, ada yang tidak berhenti menelepon, ada yang menangis, dan ada yang masih cemas.

Karyawan perusahaan yang melihat bosnya datang, mulai berjalan menghampirinya, dan penampilan mereka semuanya begitu kusut.

Ericko Ye menurunkan Christy Mu, memapah bahunya, lalu menyenderkannya pada tubuhnya, tidak merasa ini terlihat seperti sesuatu yang ganjal, dan sesuatu yang canggung.

“Setiap manajer departemen sekarang coba lihat anggota karyawannya, hitung ada yang kurang tidak.” Perintah Ericko Ye.

Sekretaris Liu berkata, “Saat bos belum datang tadi, kami sudah menghitungnya, masih kurang 4 orang, bagian piket kebersihan satu orang bibi berusia 40tahunan, departemen keuangan satu orang wanita muda, dan bagian departemen pasar 2 orang.”

“Teleponnya tersambung tidak?” Tanya Ericko Ye.

“Tidak bisa, sinyal hp saat ini sangat buruk, tidak bisa menelepon.”

Ericko Ye terlihat berpikir, lalu dengan suara rendah berkata, “Manajer departemen kebersihan, keuangan dan pasar mana orangnya?”

“Disini...disini...” ketiga laki laki berdiri keluar.

Novel Terkait

Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu