Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 235 Aku Diculik (1)

Harryo Zhang menatap wanita itu dengan geram dan tanpa sabar, "Aku lihat kamu tidak akan menyerah sampai melihat yang hal mengerikan ya. Kemari, potong tangan anaknya."

"Aaaah!" Kakak wanita itu melompat dan langsung memeluk anaknya lalu berteriak marah ke Harryo Zhang, "Tidak boleh menyentuh anakku, kalau tidak aku akan mengerahkan seluruh tenagaku."

"Selama kamu mengatakan keberadaan wanita itu, aku tidak akan menyentuh anakmu."

"Baik baik baik, aku akan katakan." Tiba-tiba wanita itu setuju. Semua orang yang ada di sana terkejut, kemudian mendengarkan ucapan wanita itu, "Ketika jam sepuluh lebih, sebenarnya ada seorang wanita yang mengetuk pintu, tapi aku tidak bukakan dan dia pergi. Aku sungguh tidak tahu kemana dia pergi."

Tentunya Harryo Zhang tidak percaya ucapan bohong wanita itu, kualitas bahan dan potongan modelnya adalah celana dari brand Versace yang asli dan walaupun tubuh wanita ini juga kurus, tapi dilihat-lihat, pasti bukan wanita ini yang memakainya.

Harryo Zhang menggerakan matanya, secara diam menggerakan dua orang yang berada di kanan dan kiri untuk langsung menarik anak tersebut dari pelukan ibunya.

"Ibu, aku takut--" Anak kecil laki-laki ini mulai menangis.

"Jangan sentuh anakku." Kakak wanita ingin menerobos menyelamatkan anaknya, tapi ditangkap oleh dua orang pria.

Harryo Zhang mengeluarkan belati dari pinggangnya, memainkan pisau tersebut sambil tertawa, "Aku sarankan kamu bicara, kalau jari sudah dipotong, tidak bisa disambung lagi."

Air mata kakak wanita mengalir deras, tiba-tiba teringat wajah Christy Mu yang pucat dan wajah polos tidur anaknya, kakak wanita itu tidak tega, akhirnya kakak wanita menangis dan memohon, "Aku mohon padamu, aku sungguh tidak melihat mereka. Aku berkata jujur."

"Huh! Sepertinya kamu menganggap ucapanku candaan." Setelah berucap, terlihat kilatan pisau itu mulai beraksi, belati tajam hampir mau memotong tangan anak itu, tiba-tiba dari belakang terdengar suara teriakan yang melengking.

"Berhenti!"

Pisau belati di tangan Harryo Zhang melintas cepat di sisi tangan anak itu, tanpa menyakiti sedikitpun.

Harryo Zhang tersenyum bangga, memutar tubuh lalu menatap wanita yang datang dari ruang penyimpanan makanan dalam kondisi yang agak memalukan, "Christy Mu, hatimu belum cukup kejam. Sekali pisauku beraksi, jika kamu tidak keluar, mungkin aku sungguhan akan menggoresnya."

Wajah Christy Mu tidak berekspresi, matanya dipenuhi rasa jijik, "Aku bukan kalian. Aku tidak akan melakukan hal menjijikkan seperti itu."

Harryo Zhang kembali memasukkan belati ke pinggangnya, berjalan ke depan Christy Mu dan menjawab dengan marah, "Aku sungguh ingin membunuhmu di sini. Saat pulang aku akan memberitahu bos kalau kamu melarikan diri dan bilang pada bos kalau aku sudah membalaskan dendam. Hanya namamu saja yang pergi. Menurutmu tawaran ini bagaimana?"

"Harryo, pria macam apa kamu ini? Apa yang Ericko telah lakukan padamu sampai kamu ingin mencarinya dan balas dendam? Kamu juga membuat perhitungan dengan perempuan. Sungguh hebat." Tidak ada ketakutan sama sekali di hati Christy Mu. Dia sudah sampai di titik ini, hasil paling buruknya, mungkin dia akan kembali bersama Harryo Zhang. Christy Mu sudah tidak takut lagi.

Harryo Zhang dibuat marah besar oleh ucapan Christy Mu lalu menampar Christy Mu. Pipi yang putih itu langsung membengkak.

'Plak!'

Kembali terdengar suara tamparan. Hanya saja kali ini Christy Mu yang menampar Harryo Zhang.

"Bagaimana? Apakah enak rasanya ditampar?" Christy Mu memancing amarah Harryo Zhang. Dirinya bukanlah Christy Mu yang dulu, dia tidak akan menerima kekalahan.

Harryo Zhang mencengkram leher Christy Mu, mengancam wanita itu dengan kejam, "Christy, kamu cari mati?"

"Baiklah, bunuh aku. Lihat saja, apakah Gavin akan mencari tahu." Christy Mu menatap acuh ke Harryo Zhang.

Entah kapan anak Christy Mu bangun, anak itu memutar kepalanya melihat pemandangan saat ini. Anak Christy Mu gusar, jari jemarinya yang gembul memukul-mukul tangan Harryo Zhang, mulutnya juga mengoceh dengan keras.

Harryo Zhang tidak melepaskan tangannya, malah pria itu seperti dipengaruhi setan, kekuatan di tangannya semakin membesar. Melihat wajah ibunya memerah, anak Christy Mu membuka mulutnya lalu menggigit lengan kekar Harryo Zhang.

Gigi anaknya baru tumbuh tiga sampai empat gigi, dia juga masih balita, dari mana ada tenaga. Tapi semangat anaknya membuat Christy Mu yang dalam kondisi kacau merasa terharu.

Tentu saja Christy Mu tidak mau mati, terlebih lagi dirinya tidak mau mati di tangan pria yang tidak ada harganya ini. Akhirnya pandangan Christy Mu melewati beberapa orang yang berada di belakang Harryo Zhang lalu berkata pada mereka, "Kalian mau begitu saja melihatnya membunuhku? Apakah tidak takut kalau bos kalian mencari tahu lalu menghukum kalian?"

Sesuai dugaan, ucapan ini menggerakkan beberapa orang. Di antaranya orang yang maju memegang lengan Harryo Zhang berkata pada pria itu, "Kak, tenang sedikit. Bos membiarkannya, berarti wanita ini masih berguna. Jangan membuat kakak-kakak yang lain sulit."

Melalui ucapan pria itu, bisa dibayangkan betapa bengisnya hukuman Gavin pada bawahannya.

Harryo Zhang melotot ke Christy Mu lalu melepaskan leher wanita itu, anak Christy Mu juga melepaskan bibir kecilnya dari lengan Harryo Zhang.

"Christy, aku pasti akan membayarmu akan masalah yang lalu."

Christy Mu juga tidak menunjukkan kelemahannya, "Harryo, jika kamu ingin membalas, balas langsung pada si pelaku. Kamu ingin membalas, aku sama sekali tidak akan menghalangimu. Tapi kamu harus tahu siapa yang harus kamu cari. Hanya menindas orang bukanlah suatu hal yang hebat."

Situasinya terlihat seperti keributan akan segera mulai lagi, lalu pria yang berada di samping memberi saran, "Nona Mu, kamu tidak akan mati jika kurang bicara. Jika ada yang ingin dibicarakan lagi, langsung di depan bos saja."

Christy Mu mendengus dingin lalu memutar tubuhnya menatap kakak wanita yang sedang memeluk anak, "Kakak, terima kasih telah membantuku."

"Dik, tadi harusnya kamu tidak perlu keluar. Aku tidak percaya mereka akan sungguhan memotong tangan anakku." Kakak wanita itu masih berkata dengan polos.

Christy Mu tersenyum. Ruangan ini seperti menjadi sangat terang, "Kak, dia adalah iblis. Dia pasti akan melakukannya. Aku pergi. Awalnya besok aku ingin menelpon keluargaku, tapi sepertinya tidak ada kesempatan."

Begitu mendengarnya, hidung kakak wanita itu terasa perih, "Dik, aku lah yang mengecewakanmu. Harusnya tadi aku tidak perlu menyimpan celana itu, kamu juga bilang lebih baik dibuang."

"Tidak. Aku tidak menyalahkanmu. Takdirku memang buruk, selalu bertemu gangguan."

Ucapan selamat tinggal kedua orang itu menyakiti telinga Harryo Zhang. Harryo Zhang mendorong bahu Christy Mu, dengan tegas berkata, "Jalan."

Christy Mu melangkah ke depan beberapa langkah, begitu sudah tenang, Christy Mu memutar kepalanya dan marah pada Harryo Zhang, "Jangan sentuh aku. Aku akan jalan sendiri."

……

Mereka sampai di penginapan sudah tengah malam, Gavin belum tidur. Gavin melihat mata Christy Mu berekspresi tajam dibawa pulang dan juga wajah wanita itu yang membengkak. Gavin tahu bahwa Harryo Zhang yang memukul.

"Christy, bukankah beberapa hari ini aku terlalu baik padamu? Tidak ku sangka kamu berani kabur." Gavin berkata santai.

Tidak ada ekspresi di wajah Christy Mu, "Mencari hidup adalah keahlian semua orang. Kamu bisa menangkapku, kenapa aku tidak bisa kabur?"

Gavin menatap Christy Mu sebentar lalu bicara, "Kamu sudah menyia-nyiakan waktu sampai begitu malam. Semuanya juga lelah. Tidur lah."

Begitu ucapan ini keluar, beberapa orang di lokasi terkejut bingung.

"Bos, kamu membiarkan dia begitu saja?" Harryo Zhang bertanya dengan terkejut dan juga marah.

Gavin menaikkan alisnya, tidak dapat menahan kesabarannya, "Kamu ingin bagaimana? Membunuhnya? Atau memotong kakinya?"

"Tapi setidaknya tidak bisa semudah itu membiarkannya."

Gavin menjawab dengan serius, "Harryo, ingat tujuan perjalanan kita sekarang. Secepat mungkin kita ingin menemukan harta karun, sisanya terserah. Jika kamu menyakitinya, tidak hanya menunda perjalanan kita, itu juga bisa mengungkapkan jejak kita. Apakah kamu pikir itu  bermanfaat?"

Harryo Zhang dibuat diam oleh ucapan tersebut, walaupun perasaannya sangat tidak senang.

"Kenapa masih berdiri? Apakah kamu mau aku antar tidur?" Ucapan ini Gavin tujukan untuk Christy Mu.

Kesadaran Christy Mu kembali. Wanita itu memeluk anaknya lalu buru-buru pergi ke kamar.

Di ranjang yang lain, Alisa masih tertidur nyenyak. Christy Mu duduk merosot di ranjang, merasa agak kecewa dan sedih, tapi tidak menyesal, setidaknya dia sudah berusaha. Hanya saja ketika kabur dia tidak memiliki cara yang runtut dan akhirnya disadari oleh Harryo Zhang. Lain kali, dirinya pasti akan lebih hati-hati.

Christy Mu yang berbaring di ranjang sama sekali tidak mengantuk, isi kepalanya seluruhnya hanya pikiran bagaimana untuk kabur. Tiba-tiba pikiran cemerlang melintas di otaknya, Christy Mu terpikir cara yang mungkin bisa dilakukan.

Langit akan segera terang, mungkin karena obat tidur yang terlalu banyak, Alisa masih belum bangun. Gavin langsung menyuruh dua orang membawa Alisa masuk ke mobil.

Terkait Christy Mu, wanita itu berada satu mobil dengan Gavin. Kali ini tidak ada kesempatan untuk dirinya kabur.

"Karena kamu bisa kabur, nantinya tidak perlu tinggal di penginapan, kamu ikut kami masuk ke gunung." Gavin bicara sambil melirik Christy Mu.

"Bagaimana dengan anakku?"

"Itu masalahmu. Jika tidak ingin menelantarkannya, kamu gendong sendiri."

Christy Mu menggertakan giginya. Udara lembab di gunung sangat parah, dia harus memakaikan banyak baju pada anaknya.

Pelayan di penginapan pergi merapikan kamar, di bawah seprai pelayan itu menemukan beberapa lembar tisu yang ada tulisan di atasnya. Pelayan tersebut membacanya lalu langsung buru-buru memberikan ke bosnya.

"Di mana kamu menemukannya?" Si bos bertanya dengan wajah kaku dan serius.

"Di kamar yang ditinggali dua wanita itu."

Bos melihat tulisan di kertas itu, di tulis menggunakan lipstik: Aku bernama Christy Mu, berasal dari kota A, aku diculik oleh orang-orang ini. Aku memohon dengan tulus, ada orang baik yang melapor ke polisi. Terima kasih banyak."

Mungkin demi jaminan, kertas lainnya ditulis sebuah nomor telepon: Ini adalah nomor telepon keluargaku, Ericko Ye.

Ini adalah tulisan yang kemarin Christy Mu tulis menggunakan lipstik Alisa. Dia tahu, setelah penginap pulang, pelayan akan datang ke kamar dan membersihkan. Christy Mu menyembunyikan kertas di bawah seprai, pasti pelayan akan menyadarinya.

"Bos, bagaimana? Apakah mau melapor?"

"Pantas saja kemarin aku melihat orang-orang ini aneh. Tengah malam mencariku dan bertanya apakah aku melihat seorang wanita pergi, ternyata diculik mereka." Si bos berkata dengan berbisik.

"Bos, sebenarnya mau melapor atau tidak?" Pelayan itu orang yang tidak sabaran. Melihat si bos tidak mengatakan apapun, pelayan bertanya lagi.

Si bos mengernyitkan aslinya lalu berkata, "Ada apa denganmu? Dua hari lagi adalah hari kemerdekaan, orang yang datang ke gunung akan banyak. Kamu harus bersihkan kamar dengan bersih. Masalah ini biar aku yang mengurusnya."

"Oh." Pelayan menundukkan kepalanya lalu berjalan pergi.

Si bos menatap nomor telepon yang ada di kertas sejenak. Hati si bos melemah. Di gunung dengan hutan lebat ini, jika gadis itu dijual ke keluarga lain, mungkin gadis itu akan hancur seumur hidup. Si bos merasa dia tidak bisa membiarkan hal tidak bermoral ini.

Novel Terkait

Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu