Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 235 Aku Diculik (2)

Akhirnya si bos mengeluarkan ponsel dan menelpon nomor telepon yang tertera.

Ponsel berdering cukup lama baru diangkat. Suara berat seorang pria terdengar dan juga ada suara berisik.

"Halo, apakah ini Ericko Ye?" Tanya si bos.

"Ya ini aku. Ini siapa?"

"Aku adalah pemilik penginapan kecil. Jadi begini, tut... tut... tut...." Baru berucap setengah, dari ponsel terdengar suara sinyal sibuk, sinyal pun juga tidak ada.

"Ponsel rusak ini. Kenapa di waktu penting malah tidak ada sinyal?" Menunggu beberapa lama kemudian, sinyal masih belum kembali. Si bos melakukan hal yang lain dan beberapa waktu kemudian terlewati, si bos malah melupakan hal ini.

Di kota A. Taman Hiburan Star Ye.

Javier Mu dan Lisa Xiao turun dari bianglala. Belum melangkah jauh, dari kejauhan mereka melihat Brian Zhang melihat ke seluruh arah, seperti sedang mencari seseorang.

Javier Mu langsung menarik Lisa Xiao untuk bersembunyi di belakang pohon besar.

"Mereka sedang mencarimu?" Lisa Xiao mendongak bertanya.

"Sangat mungkin." Javier Mu mengangguk, "Dia memiliki insting yang sensitif, pasti merasakan hal yang berbeda."

"Huh, pantas saja tadi Ericko begitu ramah untuk mengajak kita makan. Sejak kapan pria itu ramah padaku." Lisa Xiao berdiri menempel di depan dada Javier Mu yang bidang, sambil cekikikan berkata, "Aku rasa kemunculanmu juga termasuk hal bagus, aku juga bisa bertanya secara terbuka di mana Christy. Kamu menginvestigasi diam-diam secara lama juga tidak ada hasil apapun."

Javier Mu diam.

"Karena sekarang Ericko sudah curiga, pasti pria itu memperkuat pemeriksaan di pintu keluar. Untuk keluar secara rombongan juga pasti sulit, terlebih lagi ketahuan langsung di depannya, lebih baik kita memakai inisiatif lain."

Javier Mu ragu cukup lama, akhirnya pria itu baru mengungkapkan isi hatinya secara jujur, "Sebenarnya dendam di antara kami sudah hilang sejak lama. Saat itu aku menyakiti adik laki-lakinya, setelahnya dia menyakitiku, untungnya kami masih hidup, kita seimbang. Kekhawatiranku hanya jika Christy tahu aku belum mati, aku yakin sekali dia akan memaafkan Ericko. Hati Christy terlalu lembut. Kalau Christy kembali bersama si brengsek itu..."

"Kamu ini," Lisa Xiao mencubit wajah Javier Mu  "Christy sudah besar. Kenapa untuk menentukan masalahnya sendiri, kamu sebagai kakak tertuanya malah ingin mengontrolnya selamanya?"

Javier Mu mengalihkan wajah, seperti seorang anak kecil yang tidak terima, "Tapi hal ini terlalu memudahkan Ericko."

"Kamu tidak bisa menelan kemarahan ini, kan?" Lisa Xiao mengucapkan dengan tepat. Bola mata yang cerah wanita itu berputar, memikirkan satu cara. Lisa Xiao menundukkan leher Javier Mu, lalu bicara di samping telinga pria itu, "Aku beritahu satu cara untuk mengeluarkan amarah."

……

Di dalam ruang kamera cctv, Ericko Ye melihat sepuluh lebih layar kamera cctv, pria itu ingin menemukan seseorang melalui kamera cctv. Tiba-tiba ponselnya berdering, Lisa Xiao menelponnya.

Ericko Ye mengangkat telepon dengan rasa curiga, "Halo?"

"Ericko, bukankah kamu sedang mencari seseorang?" Lisa Xiao bertanya sambil tertawa pelan.

Kelopak mata Ericko Ye naik turun, tanpa sadar menyembunyikan hal tersebut, "Tidak. Aku mau mencari siapa?"

"Baiklah. Lupakan saja kalau begitu." Lisa Xiao ingin mematikan telepon, tapi dihentikan oleh Ericko Ye, "Tunggu... bagaimana kamu tahu kalau aku sedang mencari seseorang?"

Ada tawa di nada suara Lisa Xiao, "Aku menebaknya. Begini saja, aku bisa memberi tahu di mana kamu harus mencari orang itu, tapi kamu harus menyetujui satu persyaratan dariku."

"Apa syaratnya?" Ericko Ye memiliki firasat buruk.

Ericko Ye pun mendengarkan Lisa Xiao, "Selesaikan seluruh wahana permainan besar yang ada di taman hiburan ini, tidak termasuk bianglala. Setelahnya aku akan memberitahumu."

Ericko Ye menjawab tanpa sadar, "Kamu gila?!"

"Tidak setuju? Yah lupakan. Kamu cari sendiri saja pelan-pelan."

"Lisa!" Ericko Ye berteriak. Napas dalam pria itu menekan amarah besar yang ada di dadanya, "Bagaimana aku tahu kalau orang itu adalah orang yang aku cari? Mungkin bukan hanya satu orang?"

"Jika tidak?" Lisa Xiao bertanya retoris, "Ericko, aku hanya memberimu saran, aku tidak memaksamu. Kamu sangat bisa memilih untuk tidak menerima saranku. Hak memilih seluruhnya ada di tanganmu."

Ericko Ye marah sampai rasanya ingin memaki orang. Apakah hal ini bisa disebut sebagai hak memilih sendiri ada di tangan? Jelas-jelas wanita itu memaksa Ericko Ye.

"Jadi ya atau tidak? Jika tidak, jangan membuang waktuku. Dan juga, apa karena wahana permainan di taman hiburanmu tidak memiliki jaminan keamanan, kamu jadi tidak berani untuk mencobanya?" Lisa Xiao sengaja memanasi Ericko Ye.

Pria paling benci dibilang 'tidak bisa' oleh orang!

Saat ini, Ericko Ye tahu bahwa seluruh wahana permainan besar sedang beroperasi. Mungkin setengah dari dirinya sudah tidak ada hidup lagi, tapi Ericko Ye harus bisa mengatakan 'bisa!'. Ericko Ye sangat ingin tahu, apakah teman Lisa Xiao itu adalah Javier Mu.

"Baik, aku setuju. Tapi nantinya aku harus pergi kemana untuk mencarimu?"

"Aku akan menelponmu. Ericko, lebih baik jangan melawan. Aku akan memperhatikanmu."

Ericko Ye dengan geram menjawab, "Huh! Aku memegang kata-kataku!"

"Baiklah. Nah, silahkan pergi. Pertama di mulai dari wahana kapal bajak laut."

Selesai bicara, Lisa Xiao langsung mematikan telepon dan meninggalkan Ericko Ye dalam keadaan marah.

Bagus, Lisa Xiao. Ternyata wanita ini tahu apa yang harus dilakukan.

Marah tetap marah, tapi Ericko Ye tetap masih harus menyelesaikan tugas. Ericko Ye melepas setelan jas buatan itali yang murni dibuat tangan, melepaskan kancing manset ujung lengan kemejanya, lalu menggulung lengan kemejanya. Ericko Ye keluar dari wilayah perkantoran dan pergi menuju ke area wahana permainan.

Brian Zhang mengikuti Ericko Ye, dengan khawatir bertanya, "Bos, anda sungguhan akan memainkan semuanya sendiri?"

Ericko Ye melotot tajam ke arah Brian Zhang, "Kamu lihat ekspresiku, apakah aku pergi untuk main?"

Brian Zhang tersedak. Uhuk, salah bicara.

"Tuan..."

"Kurangi ucapan yang tidak penting. Tunggu sampai aku memainkan wahana, perhatikan sekitar. Lihat apakah kamu bisa menemukan mereka." Ericko Ye memerintah.

"Ya, tuan."

Antrian orang di wahana kapal bajak laut sangat banyak, tapi Ericko Ye adalah bos dari taman hiburan ini, pria itu memiliki hak khusus. Ketika Ericko Ye muncul di barisan depan, sekumpulan orang-orang mengganggu.

"Wah, Ericko datang sendiri untuk bermain."

Seorang wanita cantik di barisan depan dengan berani bertanya, "Direktur Ye, anda juga datang untuk main?"

Ericko Ye melemparkan senyum, "Eum, aku datang untuk mencoba. Aku merasa ini cukup menarik." Bercanda. Bagaimanapun juga dia adalah publik figur, hal ini juga termasuk pria itu mengiklankan taman hiburan menggunakan dirinya sendiri.

Ericko naik ke wahana kapal dan memakai sabuk pengamanan. 30 detik kemudian kapal mulai bergerak, setelahnya terdengar suara teriakan yang turun naik di telinga.

Ketika Ericko Ye melihat dari bawah, pria itu tidak merasa wahana kapal bajak laut ini memiliki banyak bahaya, tetapi saat dirinya duduk di dalam, Ericko Ye sadar ini mendebarkan.

Dari kecil sampai besar, Ericko Ye sangat jarang datang ke taman hiburan. Dulu fasilitas di taman tidak sebanyak dan sebagus ini. Bermain wahana bom-bom car bisa membuatnya sombong berhari-hari, maka dari itu ini adalah pertama kalinya Ericko Ye menaiki wahana kapal bajak laut.

Beberapa menit setelahnya kepala Ericko Ye pusing, jantungnya juga berdebar-debar. Ericko Ye memaksakan segera turun, ketika Brian Zhang ingin datang membopong,  gerakan pria itu dihentikan oleh sorot mata dari Ericko Ye.

Bagusnya Ericko Ye adalah pria yang gagah berani. Ericko Ye masih lebih bersemangat dibandingkan dengan para wanita yang duduk di kapal yang sama dengannya. Pria hebat dan tangguh sepertinya mana bisa mengaku kalah.

Ericko Ye duduk di kursi terdekat untuk beristirahat sebentar, lalu mengulurkan tangan meminta air pada Brian Zhang.

Dengan ragu Brian Zhang berkata, "Tuan, lebih baik anda tidak minum air dulu. Wahana selanjutnya adalah roller coaster." Brian Zhang bicara dengan maksud tidak jelas tapi Ericko Ye mengerti. Pria ini takut setelah main wahana itu dirinya akan muntah.

Lupakan. Demi tidak mempermalukan diri, lebih baik tidak minum.

Ericko Ye merasa sudah cukup beristirahat lalu berjalan ke arah wahana roller coaster. Dari jauh bisa mendengar teriakan yang pecah di atas langit.

"Tadi apakah saat di bawah ada yang menemukan Lisa?" Ericko Ye bertanya sambil berjalan.

"Tidak."

"Sampah." Ericko Ye memaki.

Brian Zhang menunduk diam. Pria itu tahu bahwa Ericko Ye sedang marah.

Roller coaster cepat adalah lambang wahana dari taman hiburan Star Ye. Panjang keseluruhannya 1500 meter dengan rel melingkar. Di roller coaster itu ada lima buah titik tinggi. Walaupun relnya panjang, tapi untuk menyelesaikan wahana tersebut hanya butuh 2 menit.

Wahana ini sedang dalam masa percobaan. Ericko Ye berdiri dari bawah melihat. Tidak sedikit orang yang turun akan muntah, rambut berantakan atau langsung terduduk di tanah. Saat itu Ericko Ye langsung berpikir, dipastikan dirinya tidak akan bermain permainan ini. Ini sangat merusak imejnya. Dia bisa menerima rasa wahana yang mendebarkan, tapi bukan berarti dirinya suka hal-hal yang mendebarkan.

Tidak diduga..

"Bos, anda baik-baik saja, kan?" Melihat wajah bosnya agak pucat, Brian Zhang bertanya dengan khawatir.

Dengan memaksakan berani Ericko Ye menjawab, "Aku bisa. Ada masalah?"

Setelah menarik napas dalam-dalam berkali-kali, Ericko Ye duduk di kursi wahana. Seorang wanita cantik yang melihat ada Ericko Ye langsung buru-buru duduk di kursi sebelah Ericko Ye.

Dengan ramah petugas mengajarkan pengunjung cara memakai sabuk pengaman, lalu dicek satu persatu dengan teliti. Setelah selesai, petugas memberitahu ruang kontrol untuk mulai.

Ketika roller coaster naik, tidak ada rasa apapun. Wanita cantik disebelah Ericko Ye tidak henti-hentinya berteriak. Roller coaster naik ke titik tertinggi, berhenti selama dua detik, kemudian langsung meluncur ke bawah dengan sangat cepat.

Ericko Ye seperti jatuh kehilangan gravitasi, sekuat mungkin menggertakan gigi dan tidak berteriak, tetapi di titik tertinggi yang ketiga Ericko Ye tidak dapat menahannya. Mana ada waktu untuk memikirkan imejnya. Ericko Ye mengikuti orang-orang berteriak keras.

Begitu berteriak, saat itu juga Ericko Ye merasa ketakutan dan rasa pengecutnya hilang begitu banyak.

Dua menit singkat itu seperti pengalaman mati berkali-kali. Setelah roller coaster berhenti, Ericko Ye dibopong oleh Brian Zhang. Kali ini Ericko Ye sudah tidak memiliki tenaga untuk menolak.

"Tuan, kenapa leher anda memerah? Apakah alergi?" Brian Zhang bertanya dengan panik.

Setelah napasnya kembali, Ericko Ye menjawab, "Tadi di sampingku ada seorang wanita berambut panjang. Sial, bermain wahana ini tapi tidak mengikat rambut."

Mendengar alasan ini, Brian Zhang hampir tertawa. Bisa dibayangkan, ketika Ericko Ye naik wahana tersebut, tuan dari keluarga Ye inu menghindar beberapa kali dari penyiksaan wanita berambut panjang itu.

"Masih ada berapa?" Tanya Ericko Ye sambil tangannya menutup dadanya yang berdebar cepat.

Brian Zhang berhitung menggunakan jarinya lalu berkata, "Ada wahana hysteria, kicir-kicir putar, wahana meluncur dari ketinggian, wahana kursi terbang dan juga arung jeram. Totalnya ada lima."

Setiap Brian Zhang mengatakan satu wahana, wajah Ericko Ye memucat. Begitu Brian Zhang selesai mengucapkan, tidak ada ekspresi apapun di wajah Ericko Ye. Kenapa dirinya langsung begitu saja menyetujui persyaratan aneh dari Lisa Xiao?

Tapi dirinya sudah memilih. Anggaplah dirinya pingsan, dirinya juga harus menyelesaikannya, jika tidak maka wanita itu akan mengejeknya seumur hidup.

"Brian, bagaimana kalau kamu memukulku sampai pingsan lalu ikat aku di wahana?" Ericko Ye agak putus asa. Mendengar teriakan nyaring dari kejauhan, kaki Ericko Ye sudah melemah.

Brian Zhang tertawa hambar, "Tuan, anda jangan bercanda."

Ericko Ye meliriknya sekilas lalu berdiri untuk menerima takdirnya, mulai melangkah pergi.

Wahana nantinya, Ericko Ye hanya butuh memejamkan mata dan sekeras mungkin untuk memberanikan diri dalam menyelesaikannya. Imej atau apapun itu, Ericko Ye tidak memikirkan lagi. Di dalam hatinya berkata bahwa seumur hidupnya dia tidak akan memainkan permainan ini lagi.

Di lantai teratas sebuah hotel yang jauh, Lisa Xiao mengambil teropong sibuk melihat-lihat. Sambil melihat sambil tertawa, "Tidak ku sangka, teropong yang dijual di taman hiburan sangat berguna. Ai, kamu cepat lihat Ericko. Aku rasa dia hampir pingsan. Aah-"

Novel Terkait

Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu