Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 321 Rutinitas dari Kisah Cinta (2)

Dokter hanya berpura-pura tidak melihat interaksi antara keduanya, berkata dengan ringan, "Tunggulah sebentar, aku akan membiarkan perawat untuk datang mengobati lukanya."

Hanya ada dua orang yang tersisa di dalam bangsal, membuat suasananya terasa canggung. Bianca Ye yang melihatnya melangkah maju pun mundur dengan refleks, lalu berkata dengan serius, "Kamu mau apa? Aku tidak akan sungkan lagi padamu jika kamu masih berani macam-macam."

Justin Nan menunjuk ke bahunya sambil tersenyum dan berkata, "Pakaianmu kusut."

Bianca Ye melihat ke bawah. Tidak tahu kapan, kerah bajunya telah terlipat ke dalam. Ketika merapikan pakaiannya, dia berkata, "Kusut atau tidak bukanlah urusanmu, kepo sekali."

"Kenapa aku merasa mulutmu begitu pandai berbicara," Justin Nan tiba-tiba melangkah maju, tangannya direntangkan di atas kedua kaki Bianca Ye sehingga memaksanya mundur, kemudian dia berkata, "Namun, rasanya cukup manis."

Wajah Bianca Ye langsung memerah, dia pun menatapnya dengan marah, "Justin, percaya atau tidak, aku akan memukulmu sampai kamu masuk ke ruang operasi lagi?"

"Percaya, tentu saja aku percaya. Namun, aku juga akan menahannya bahkan jika kamu memukulku."

"Kamu..." Bianca Ye sangat ingin memukulnya, "Aku benar-benar belum pernah bertemu dengan orang yang lebih bermuka tebal darimu, Justin, apakah kamu tahu apa yang disebut dengan tidak tahu malu?"

Justin Nan mengaku, "Aku tahu. Tetapi aku ini menyukaimu, aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri."

“Bisakah kamu menyimpan kata-kata itu untuk diucapkan kepada tujuh atau delapan kekasihmu itu? Aku tidak membutuhkannya sama sekali.” Bianca Ye dengan enggan menanggapinya.

"Setelah berhubungan denganmu, aku sudah tidak berhubungan lagi dengan mereka..."

Bianca Ye mengerutkan kening, "Tunggu, siapa yang berhubungan denganmu?"

"Aku mengumumkannya secara sepihak."

“Gila.” Bianca Ye memutar matanya.

"Dan kamu adalah obatku."

Bianca Ye marah dan juga tertawa, tetapi pada saat seperti ini, tentu saja dia tidak bisa tertawa. Jadi, dia mengangkat tangannya dan menyerah, "Oke, kamu hebat. Aku mengaku kalah padamu. Sekarang, aku juga sudah tiba di rumah sakit, bisakah kamu pergi?"

"Tidak bisa, kamu mengalami cedera kaki dan aku mengkhawatirkanmu."

Bianca Ye agak kesulitan berdebat, "Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku, oke? Kamulah yang adalah bahaya terbesar bagiku. Jika orang tuaku tahu bahwa kita bertemu lagi, terakhir kali aku dihukum untuk berlutut, maka kali ini aku pasti akan dicambuk dengan sabuk kulit. Jadi, bisakah kamu membiarkanku pergi?"

Mata Justin Nan menjadi agak gelap. Meskipun dia tahu bahwa Bianca Ye telah melebih-lebihkan, namun itu memang benar bahwa orang tuanya menghukumnya.

"Aku tidak akan mengganggumu. Setelah lukamu diobati, aku akan mengantarmu pulang dan kemudian pergi."

Bianca Ye baru saja ingin mengatakan untuk tidak perlu mengantarnya, tetapi pintu bangsal telah terbuka. Perawat memandangi postur kedua orang itu dengan sikap terpana. Kebersamaan pria tampan dan wanita cantik itu memang sangat indah dipandang, tetapi tetap saja, di sini itu bangsal.

Justin Nan berdiri dengan raut wajah kusam, lalu perawat itu masuk dengan pipi panas dan bertanya, "Lututnya lecet?"

"Yah, sedikit."

Perawat itu melirik pada luka di lututnya dan mulai mempersiapkan desinfeksi alkohol medis. "Tahanlah sedikit, akan sedikit sakit."

Ketika kapas itu mengenai lukanya, Bianca Ye menyusut kembali secara refleks, semua fitur wajahnya berkerut.

“Pelan-pelan sedikit.” Justin Nan berdiri di samping. Melihat Bianca Ye kesakitan, sepertinya dia merasa lebih sakit.

“Sudah sangat pelan,” kata perawat itu dengan sangat tertekan.

"Biarkan aku yang melakukannya." Justin Nan tidak bisa menahan diri untuk tidak mengambil pinset dari tangan perawat. "Aku yang akan menangani lukanya, kamu boleh pergi."

Perawat melihatnya begitu kuat, dia juga tidak ingin melayani wanita muda yang begitu menawan ini, lalu dia pun berbalik dan pergi.

"Pe... Perawat jangan pergi," Bianca Ye memanggil perawat tetapi tidak berhasil, lalu dia menoleh untuk menatap Justin Nan. "Apakah kamu sedang mencoba untuk menggangguku?"

Justin Nan berlutut dengan satu kaki dan tidak peduli dengan celana panjang hitam mahal yang sedang dia kenakan. Dia dengan lembut meniup luka-luka Bianca Ye, dengan ekspresi yang luar biasa terfokus. "Bagaimana mungkin aku tega... Kamu tahanlah sebentar, semuanya akan baik-baik saja."

Cairan dingin itu menyentuh kulitnya sedikit demi sedikit. Dibandingkan dengan tadi, rasanya sudah tidak begitu sakit lagi. Alis Bianca Ye yang meregang berangsur-angsur kembali seperti semula, lalu tatapan matanya bergerak dari tangan Justin Nan ke wajah Justin Nan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pria di depannya ini benar-benar sangat tampan. Bianca Ye sudah pernah bertemu dengan begitu banyak pria tampan, tetapi hati nuraninya mengatakan bahwa Justin Nan lah pemimpin diantara mereka. Wajahnya seperti sebuah karya seni, dengan bulu mata yang panjang, mata rusa yang langka, jembatan hidung yang sangat kuat, dan ketika bibirnya sedikit mengerucut, sepertinya ada tersembunyi kata-kata cinta yang tak terhitung jumlahnya.

Pria sepertinya pasti akan sangat menyilaukan dimanapun dia ditempatkan. Tentu saja, dibandingkan dengan kakaknya sendiri dan Little Beast, dia masih sedikit kurang.

Sambil melihatnya, seseorang tiba-tiba menatapnya dan menunjukkan senyum lebar, "Gimana? Apakah kamu puas?"

Bianca Ye tertangkap dan terlihat canggung, lalu dia berdeham dan bertanya, "Puas dengan apa?"

"Apakah penampilanku enak dipandang?"

Bianca Ye menekan lompatan keras di dalam hatinya, kemudian berpura-pura tidak peduli dan berkata, "Ayahku selalu mengajari kakakku bahwa pria itu tidak perlu peduli dengan penampilannya karena meskipun mereka terlihat tampan, tetapi jika mereka tidak memiliki kemampuan yang kuat, maka mereka tidak berguna. Akan kuberikan kalimat ini untukmu."

"Oke, aku tahu, aku akan bekerja dengan keras."

Bianca Ye bergumam diam-diam, Kamu bekerja dengan keras atau tidak, apakah ada hubungannya denganku?

Ketika sedang mengomel, ponselnya berdering. Panggilan dari kakaknya.

“Jangan bicara.” Bianca Ye memperingatkan Justin Nan sebelum berdeham dan menjawab telepon, “Kak, ada apa?”

Suara Evardo Ye terdengar agak serak, "Ayah bilang bahwa kamu membawakanku sarapan, kenapa masih belum datang?"

Mata Bianca Ye berbalik dan mencari sebuah alasan yang sangat timpang, "Aku bertemu seorang kenalan di jalan sehingga menunda sedikit waktu. Dimana kamu?"

"Aku sedang bersiap untuk pergi ke perusahaan... Acha, apakah kamu benar-benar bertemu dengan seorang kenalan?"

Bianca Ye melirik seseorang, ekspresinya sangat enggan, "Iya."

"Oh, baguslah kalau begitu. Kukira kamu mengalami kecelakaan."

"Ah?" Bianca Ye berseru dan segera menjadi gugup. "Kak, mengapa kamu bisa berpikiran seperti itu?"

"Aku sudah di jalan, lalu aku melihat sebuah mobil sport merah yang diparkir di tengah jalan. Mobilnya sangat mirip dengan mobil yang kamu kendarai. Kupikir kamu kejar-kejaran dengan mobil lain."

Bianca Ye menyembunyikannya dengan tersenyum, "Kakak, keahlian mengemudiku sangat baik, bagaimana mungkin aku bisa kejar-kejaran dengan orang lain?"

Mendengar ini, Justin Nan yang sedang menempelkan kain kasa pun tersenyum penuh arti.

"Baguslah kalau begitu. Kamu tidak perlu mengantarkan sarapan untukku lagi, aku tidak punya nafsu makan. Nantinya aku masih akan ada sebuah pertemuan penting."

Bianca Ye mengangguk dengan cepat, "Oke, aku sudah tahu."

"Oke, aku tutup telepon dulu."

Bianca Ye menutup telepon dan menghela nafas panjang, tepat setelah luka di lututnya juga selesai diobati.

Justin Nan berdiri, "Jangan menyentuh air selama dua hari ini. Biarkan dokter untuk meresepkan obat. Jika kamu tidak ingin memberitahu keluargamu, ganti saja kain kasanya sendiri. Ini tidak sulit."

Melihatnya menjelaskan dengan sangat rinci, Bianca Ye hampir mengatakan 'terima kasih'.

Melompat turun dari tempat tidur dan berjalan dua langkah, tidak apa-apa, tidak begitu sakit.

"Kamu istirahatlah di sini, aku akan pergi mencari dokter."

Bianca Ye menundukkan kepalanya dan tidak berbicara. Meskipun tabrakan mobil itu adalah kesalahannya, tetapi kata-kata 'maaf' dan 'terima kasih' itu tetap saja tersangkut di tenggorokannya.

Jika dia bukanlah putra dari Gilbert Nan, Bianca Ye mungkin tidak akan begitu memusuhinya. Dan mungkin saja, mereka masih berteman.

Sayang sekali, siapa suruh dia bermarga Nan?

Novel Terkait

Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu