Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 330 Kalau Masih Marah Lagi Nanti Aku Cium (1)

“Jolly, kamu...”

“Bibi, sudah tidak usah dikatakan lagi,” Jolly Zhao memotong perkataannya, memalingkan wajah, “Aku ingin sendiri menenangkan diriku.”

Christy Mu tidak punya cara lain hanya bisa pasrah, “Baiklah, kalau obatnya habis kamu panggil saja, di luar ada pelayan yang menjaga.”

“Terima kasih bibi.”

Di kamar hanya tersisa Jolly Zhao seorang, sifat ganasnya terlihat begitu jelas. Dia berpikir sesaat lalu mengambil hp yang ada di sampingnya, mengirim sms pada nomor asing yang ada di hpnya.

Evardo Ye, karena kamu telah begitu tidak berperasaan, jadi jangan salahkan semua yang akan aku lakukan, dan Yolanda Duan, aku juga tidak akan melepaskanmu.

Rumah sakit Militer.

Yolanda Duan berdiri di depan jendela melihat air hujan yang turun begitu deras, dalam hati penuh kekhawatiran.

Yang dia khawatirkan bukan Evardo Ye, tapi ayahnya yang sudah pergi keluar negeri beberapa hari ini, sampai detik ini, masih belum ada berita darinya, juga tidak tahu mereka sedang melakukan rencana apa, dan tidak tahu apakah mereka bisa sepenuhnya menghilangkan kekuatan teroris itu.

Dia sedang memikirkan semua ini, hpnya tiba-tiba berdering, dia meraih hpnya dan melihatnya, tulang belakangnya langsung tegap, menerima telepon dengan suara sapaan yang begitu penuh hormat, “Halo, Ibu negara.”

“Yolanda, keadaanmu sudah membaik belum?” Dari balik telepon terdengar suara ibu negara yang begitu lembut.

“Sudah jauh lebih baik, terima kasih atas perhatian ibu negera.”

“Baguslah kalau baik, aku masih sangat mengkhawatirkanmu, anak itu mana? Dengar-dengar lukanya sangat berat.”

Yolanda Duan dalam hati berdegup kencang, “Dia juga sudah tidak apa-apa.”

“Baguslah kalau begitu.” Ibu negara tertawa renyah, “Awalnya aku masih berpikir ingin memperkenalkanmu dengan laki-laki lain, tidak ku sangka hatimu dari awal sudah dimiliki orang lain, dengar dari perkataan kepala senior anak itu sangat baik, kalau kalian menikah nanti jangan lupa kabari aku ya, aku walaupun tidak bisa pergi kesana, tapi hadiahku pasti bisa akan sampai disana.”

Yolanda Duan mengigit bibir bawahnya, dengan suara pelan berkata, “Terima kasih ibu negara, ini suatu kehormatan untukku.” Hanya dia tidak tahu apakah dirinya bisa mempunyai hari itu.

“Ya sudah kamu istirahatlah, aku sudahi dulu teleponnya.”

“Sampai jumpa Ibu negara.”

Selesai menutup telepon, Yolanda Duan menatap kosong hujan di luar jendela, di dalam hatinya seperti ada sebuah spons yang begitu berat menimpa hatinya.

Hujan yang turun deras seharian membuat kota A menjadi danau, toko makanan tutup, Bianca Ye juga mengkwatirkan keadaan rumah, mengambil kunci mobil pulang ke rumah.

Baru sampai setengah jalan, Yonardo Xiao meneleponnya mengajaknya ngobrol, kebetulan Bianca Ye sudah menahan perasaan dan kata-kata tidak enaknya dalam dasar perut, lalu dia langsung melampiaskan semuanya menceritakannya pada Yonardo Xiao.

“Coba kamu pikir otak kakak kita ini pasti bermasalahkan, melamar wanita itu, aku sungguh tidak menyukainya, lihatlah seluruh tubuhnya memancarkan aura wanita murahan seperti itu.” Bianca Ye memakai headset berwarna biru, nada suaranya terdengar begitu anti dan sangat tidak suka.

Yonardo Xiao mendengar itu tertawa, “Kakak kita tidak mungkin sebodoh itu lah kan, dia bukannya menyukai wanita militer itu?”

“Suka memang apa gunanya? Kamu tidak lihat Jolly masih ada disini mengganggu mereka? Dan sekarang masih muncul masalah ini, kalau aku lihat dia dan kak Yolanda cukup berada dalam satu masalah serius, aduh duh...” Saat mengatakan ini, tubuh Bianca Ye seperti tertarik maju, lalu kembali di tarik mundur dengan sabuk pengamannya.

Yonardo Xiao seketika gugup dan cepat bertanya, “Acha, kamu kenapa? Nabrak ya?”

Bianca Ye melihat yang ada di depannya, dengan kesal berkata: “Tidak nabrak, cuma jalan sekarang dipenuhi dengan air hujan, ban depan kanan sepertinya masuk ke selokan air.”

“Asalkan orangnya tidak apa-apa ya sudah, kamu sudah dimana? Aku pergi jemput kamu.”

“Tidak usahlah, hujan sederas ini, kamu dari rumahmu kesini mau 1 jam lebih, aku cari taksi saja pulang. Sudah ya, aku mau turun cari taksi.”

“Ya, hati-hati ya.”

“Iya, iya, aku tutup ya.” Bianca Ye membuang headsetnya ke kursi depan penumpang, menyalakan lampu mobilnya, turun dari mobil mau ke bagasi mobil mengambil payung, sebuah mobil di sampingnya melaju melewatinya, percikan air yang besar menyiramnya hingga membuatnya basah kuyup, di tambah hujan yang deras, hanya dalam waktu yang singkat, seluruh tubuh Bianca Ye sepenuhnya langsung basah tak ada bagian tubuh yang kering lagi.

Dia mengelap percikan air hujan di wajahnya, lalu berteriak pada mobil yang baru saja melewatinya tadi, “Sialan, bawa mobil dengan kecepatan penuh saat ini memangnya mau kemana hah.” Sekarang sudahlah, dia sudah tidak perlu payung lagi untuk melindungi dirinya dari air hujan.

Dia melewati hujan yang besar berjalan ke depan mobilnya, kakinya berjalan ke arah ban depan kanan, benar saja satu bannya itu masuk ke selokan air.

Pekerjaan departemen kota terlalu buruk, penutup lubang selokan hilang bukannya cari dan di ganti, malah dibiarkan begini, kalau ada orang yang jalan dan jatuh terpeleset masuk ke dalam bagaimana?

Dia melihat keseliling, selain air hujan yang deras, cuma ada beberapa mobil pribadi yang lewat, dan tidak ada satu taksipun yang lewat, dia sekarang agak menyesal, dia seharusnya tadi membiarkan Yonardo Xiao datang menjemputnya, sekarang lihatlah dia harus bagaimana mencari mobil.

Dia berbalik badan baru ingin kembali masuk ke dalam mobil mencari pertolongan, di sebelah mobilnya ada satu mobil lagi yang hendak melewatinya, Bianca Ye tidak ingin mengulangi kejadian yang sama terciprat air hujan yang kotor, tersadar, melangkah mundur 2 langkah.

Dan satu langkah mundurnya ini langsung membuat kakinya jatuh terpeselet masuk ke dalam lubang celah antara rodanya.

Kalimat itu bagaimana katanya, perbuatan buruk yang dilakukan orang itu bisa cepat kembali berbalas pada diri orang itu sendiri, Bianca Ye sekarang merasakan perasaan ini.

Tapi dia akhir-akhir ini tidak ada melakukan perbuatan yang buruk dan tidak bermoral, tapi hari ini dia kenapa harus menanggung semua takdir buruk ini? Kalau dari awal tahu dia pasti dari pagi tadi tidak pergi kerja.

Hujan turun begitu deras, airnya membasahi selokan air itu, Bianca Ye tidak bisa melihat dengan jelas kakinya tersangkut dimana, hanya saat menaikinya dia merasa begitu sakit.

Dia harus bagaimana?

Bianca Ye dengan tidak tahu harus bagaimana berdiri di tengah hujan, dia merasa seperti terbuang di dunia ini, dan saat ini kalau ada laki-laki yang muncul dan menolongnya keluar dari selokan ini, asalkan laki-laki itu tidak terlalu jelek, dia pasti akan memikirkan dengan serius dan bersedia menikah dengannya.

Dia berdiri di tengah hujan selama belasan menit, kedua kaki Bianca Ye sudah begitu lemas, saat dia bersiap mencoba berpindah posisi, air hujan yang membasahi kepalanya tiba-tiba berhenti, dia menengadahkan kepala melihatnya, ternyata ada sebuah payung berwarna hitam di atasnya.

“Kamu kenapa berdiri di tengah hujan?” Di telinganya terdengar suara laki-laki, Bianca Ye sedang berpikir pangeran mana yang datang menyelamatkannya, dan sekali mendengarnya dia langsung terdiam.

Suara itu suara yang begitu familiar baginya.

“Kakinya nyangkut di dalam ya?” Justin Nan bertanya dengan cemas.

Bianca Ye agak canggung memiringkan kepala, kenapa dia yang datang?

“Pasti sudah lama berdiri disini ya? Wajahmu pucat sekali.” Setelah mengatakan itu Justin Nan melepaskan jasnya, lalu melampirkannya ke tubuh Bianca Ye, tanpa sengaja menyentuh tangannya, Justin Nan mengerutkan keningnya, “Tanganmu kok dingin sekali?”

Otak Bianca Ye karena dibasahi hujan menjadi agak lambat respon, dan dia tidak tahu harus mengatakan apa.

Laki-laki itu meraih dua tangan kecilnya lalu menggenggamnya di satu tangannya, meniupinya dengan hawa panas nafasnya berkata, “Pegang payungnya, aku bantu keluarkan kakimu dari sana.”

Bianca Ye dengan kaku menerima payungnya, melihatnya jongkok, punggung belakang dan kakinya lansung basah karena tertimpa air hujan, dia tanpa sadar memiringkan payung ke tubuhnya, tapi mendengarnya berkata, “Tidak usah perdulikan aku, kamu cukup perhatikan dirimu saja jangan sampai basah kena air hujan lagi.”

Bianca Ye dalam diam berpikir, lalu menarik kembali payungnya.

Di tengah hujan yang deras, kaki yang hampir mati rasa akhirnya bisa merasakan kehangatan dari sebuah tangan, Justin Nan dengan tangannya meraba letak tersangkut kakinya, lalu dengan hati-hati dengan tangan yang melindungi kakinya menariknya keluar.

“Ahh--” Bianca Ye meringis kesakitan, Justin Nan langsung berhenti, dengan penuh perhatian berkata, “Sepertinya keseleo, kamu tahan dulu ya.”

Bianca Ye mengiyakan, kemeja mahal Justin Nan saat ini sudah basah kuyup, menempel dengan punggungnya, dan dari sana bisa di lihat punggungnya yang kokoh dan berotot.

Saat ini, Bianca Ye tiba-tiba merasa kalau dia tidak semenyebalkan seperti biasanya.

Butiran besar air hujan membasahi payung, menimbulkan bunyi yang senada, dan di dunia ini seperti hanya tersisa mereka berdua.

Dengan usaha Justin Nan yang tidak tanggung-tanggung, kaki Bianca Ye akhirnya bisa dikeluarkan dari selokan dengan lancar, dan benar saja kakinya saat ini sudah mulai bengkak.

“Aku antar kamu ke rumah sakit,” Justin Nan mengerutkan alisnya berkata, “Sekalian minta obat flu.”

Bianca Ye tidak menolaknya, “Tunggu, aku mau mengambil hp dan kunci mobil dulu.”

“Berdiri jangan bergerak, aku yang pergi ambil.”

Justin Nan lagi-lagi melewati hujan yang deras, mengambil 2 barang itu lalu mengunci mobil, berjalan ke depannya dan tanpa mengatakan apapun langsung menggendongnya, berjalan ke mobil yang ada di seberang mobil Bianca Ye.

“Dingin ya? Aku sudah buka pemanasnya.” Justin Nan bertanya sambil menghidupkan mobilnya.

Bianca Ye baru mau mengatakan tidak dingin, tiba-tiba langsung bersin, dan tanpa sadar menarik rapat jas hitam di tubuhnya.

Kedua mata Justin Nan penuh dengan kekhawatiran, membuka pemanas mobil lalu pergi ke rumah sakit terdekat. Tatapan Bianca Ye jatuh di punggung tangannya, kulit atas tangannya sudah terkelupas, terlihat agak seram, luka itu sepertinya terjadi saat menyelamatkan dan mengeluarkan kakinya dari dalam selokan.

“Tangan kamu...” Bianca Ye akhirnya mengatakan sesuatu, dia merasa dirinya sangat berhutang budi padanya.

Justin Nan dengan santai berkata, “Tidak apa-apa, nanti tinggal plester saja.”

Novel Terkait

My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu