Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 355 Tidak Akan Melepaskannya Lagi (3)

kami...

“Memangnya cuma berpelukan sebentar saja itu salah kah?” Tanya Evardo Ye tak berdaya.

Kalau sebelumnya melihat sikap Yolanda Duan, Delia Hua sempat menduga kalau terjadi suatu kecelakaan kecil di antara mereka, tapi saat mendengar kata Evardo Ye dia langsung membuang rasa curiganya.

Yolanda Duan memegang dahinya, “Sudahlah, Delia, kamu jaga dulu ya toko bunganya, aku mau pergi mengurus sesuatu.”

Menarik Evardo Ye keluar dari toko, saat jalan melintasi Delia Hua, dia mendengar Delia Hua tertawa penuh arti, “Tenang saja bos! Kamu cukup pergi pacaran dengan happy saja!”

Yolanda Duan menoleh, tepat berpapasan dengan wajah senyum penuh arti Delia Hua, tubuhnya sontak gemetar, “Apalah yang kamu pikirkan ini, kami benae-benar ada sesuatu yang harus di urus!”

“Ya aku paham, aku paham...”

Yolanda Duan sudah malas memberinya penjelasan, dengan langkah cepat bersama Evardo Ye pergi keluar dari toko, dia tahu kalau dia tidak pergi juga, tatapan penuh arti Delia Hua itu pasti akan mengupas habis kulit tubuhnya.

Di dalam kafe sederhana, Yolanda Duan menggigit pipet minuman yang baru datang.

“Yolanda...”

Yolanda menegakan wajahnya, menatap Evardo Ye, menunggu kata-kata selanjutnya.

“Kamu baik-baik saja kan?”

Dia sempat terdiam agak lama hingga akhirnya hanya bisa menanyakan pertanyaan yang sangat klasik ini, beberapa hari ini dia terus berpikir tentang masalah pertemuannya dengannya, meninjau dialog antara mereka berdua nanti, tapi setelah bertemu dengannya langsung, dia merasa semua ini tidak nyata.

Yolanda Duan tidak menjawab pertanyaannya, malah balik bertanya, “Keadaan ayahnya bagaimana?”

Yang menjadi pikirannya adalah hal ini, sekarang hubungan antara 3 orang ini begitu mengganggunya, dia tidak memahaminya, juga tidak ingin berusaha memahaminya, hingga mengajukan pertanyaan ini padanya.

Evardo Ye mendengar itu juga terdiam, tapi dia dengan cepat meresponnya, “Aku dengan Yanti...ini cuma kesalahpahaman.”

Dia menggenggam tangan Yolanda Duan, dengan panik berusaha menjelaskan, “Sebelumnya aku kira kamu kecelakaan, jadi...”

“Jadi kamu mencari seseorang yang mirip denganku lalu menggantikanku?”

Evardo Ye terdiam, dia tidak bisa menjelaskan tikungan dan belokan selama beberapa saat ini, dan dia tidak ingin menyia-nyiakan pertemuan mereka hanya untuk pertengkaran yang membosankan.

Dia menyeruput kopinya, rasa manis di dalam kopi membuatnya mengernyitkan dahi, “Intinya, Yolanda, aku tidak akan melepaskanmu lagi!”

Segala hal yang terjadi di masa lalu, dan saat ini bisa bertemu kembali dengannya, dia hanya ingin menggenggam erat tangannya, apapun siapapun tidak ada yang bisa menghentikannya.

Yolanda Duan menundukan kepala tersenyum pahit, sikap diktakturnya ini, penolakan tidak bisa dikatakan olehnya, jadi dia masih bisa mengatakan apalagi?

Duduk diam selama beberapa menit, Yolanda Duan merasa agak lelah, lingkaran mata hitam yang pekat membuatnya ingin memejamkan mata dan tidur.

“Aku antar kamu pulang ya.” Evardo Ye bisa melihat kelelahannya, mengambil jaket di kursi dan pergi keluar.

Mobil berhenti di lantai bawah tempat tinggal Yolanda Duan, saat Evardo Ye menoleh, melihat kalau Yolanda Duan sudah baring di kursi penumpang tertidur pulas.

Dia tersenyum ringan, melepaskan jaketnya dan menutupi tubuh Yolanda Duan dengan jaketnya, di dalam matanya hanya ada kelembutan, jarinya menyelusuri daerah sekitar hidungnya, dan deru nafasnya saat ini seolah bisa membuat Evardo Ye mati rasa.

Hati Evardo Ye bergejolak, rasa ini begitu nyata, dia jadi tidak perlu mencurigai kalau ini hanya sebuah mimpi, karena pemilik hatinya saat ini tepat berbaring di sebelahnya.

Kehangatan tangannnya, dan alisnya yang lembut, membuatnya tidak bisa menahan diri untuk menundukan kepala, bibirnya mengecup keningnya, Yolanda Duan yang tertidur pulas tiba-tiba bergerak, terbangun karenanya.

Dia dengan belum sepenuhnya sadar melihat Evardo Ye yang belum sempat bangun, “Apa yang kamu lakukan?”

Evardo Ye yang saat ini tertangkap basah, tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya, dia semakin menundukan kepalanya, mencium mengunci bibirnya.

“Hfft...” Yolanda Duan mendesah, mengulurkan tangan ingin mendorong orang yang ada di depannya ini, tapi saat menyentuh dadanya yang panas dorongannya langsung berhenti.

Tanpa menunggu perlawanannya, Evardo Ye semakin liar, awalnya begitu lembut dan menggoda, tapi sampai di akhir dia seperti melepaskan dirinya dan memulai serangan badai.

Dorongan Yolanda Duan tadi berganti menjadi pelukan, menempatkan tangannya di bahu Evardo Ye, awalnya dia masih dengan polos meresponnya, dengan ragu mengulurkan ujung lidahnya untuk melihat responnya, dan setelah itu saat lidah mereka saling terjerat, dan kata-kata yang belum selesai akhirnya kembali tenggelam dalam keterikatan yang tak berujung.

Mereka sudah begitu lama tidak bertemu, keduanya tenggelam dalam pusaran nafsu birahi, semakin tenggelam, semakin tergila-gila.

Ciuman Evardo Ye jatuh dengan deras, dari bibir dan wajah hingga ke dagu sampai ke leher, terus ke bawah, dan selama itu hasrat mereka begitu menggebu dan panas.

Panas...

Yolanda Duan dari hidungnya mengeluarkan suara rintihan, tangannya mulai melakukan penolakan, tapi hatinya malah mengharapkan sesuatu yang lebih.

Sesuatu yang panas dalam diri membuatnya tidak nyaman, dia ingin segera menyelesaikan rasa tidak nyaman itu, tapi dengan gerakan Evardo Ye yang semakin gila, jugs semakin membuatnya tidak nyaman.

“Kamu mau apa?” Ciuman Evardo Ye berhenti di dadanya, membuatnya seketika tersadar, menundukan kepala bertanya padanya.

Evardo Ye mengangkat wajahnya, emosi dalam dirinya begitu rumit, rasa terluka dan hasrat menggebu yang dipaksa mundur, Yolanda Duan tak berdaya melepaskan tangannya yang mendorongnya tadi.

Dia langsung membawa Yolanda Duan masuk ke dalam pelukannya, “Yolanda, mendengar detak jantungmu, aku masih merasa sedikit tidak nyata, kamu benar-benar sudah kembali! Kembali ke sisiku...”

“Saat mendapat kabar kamu kecelakaan, aku selalu berkhayal, tapi sampai di waktu yang tepat, kamu langsung menghilang dari pandanganku, aku takut kali ini juga...”

Evardo Ye berkali-kali mengulang perkataannya dan terus berhenti hingga sesenggukan, tetapi karena ini juga membuat Yolanda Duan tersentuh, perasaan sejatinya adalah ekspresi terbaik dari rasa cintanya.

Dia tidak tahu kalau kejadian ini telah memukulnya begitu keras hingga bisa membuatnya masih tidak bisa benar-benar mempercayai kenyataan kalau dia sekarang ada di sampingnya, dan semua ini tidak tahu mengapa membuat Yolanda Duan merasa begitu manis.

“Evardo, maaf.” Yolanda Duan memeluknya lalu tangannya menepuk ringan punggungnya.

Evardo Ye seperti seorang anak yang terluka, berbaring di bahunya, “Kita tidak boleh berpisah lagi!”

“Iya...”

Mereka berpelukan agak lama, sampai ada satpam datang mengetuk pintu mobil baru akhirnya dengan tidak rela melepas pelukan.

“Ini tempat yang kamu tinggali selama beberapa bulan ini?”

Evardo Ye mengelilingi apartemen Yolanda Duan, sebuah apartemen kecil, dekorasi sederhana dan elegan, tetapi furniturnya masih lengkap.

Yolanda Duan melepas baju menanggalkannya di lemari baju, “Iya, apartemen di daerah sini lebih murah.”

Dibandingkan tanah di tengah kota, untuk rumah dua keluarga dan tiga keluarga, apartemen tunggal ini memang jauh lebih murah.

Dia menatap jam di dinding sudah waktunya untuk makan siang. Setelah beberapa hari mengkonsumsi sayuran di kulkas, kini di kulkas hanya tersisa beberapa sayuran hijau dan wortel.

Kalau dia tidak salah ingat, Evardo Ye, dia tidak menyukai wortel.

“Siang mau makan apa?”

Evardo Ye tidak terpikir mau makan apa, membelakanginya melambaikan tangan, “Apa saja boleh.”

Yolanda Duan berpikir sesaat, akhirnya memilih membuat mie dan dumpling, dengan begini asalkan wortelnya di potong kecil, rasanya pasti tidak akan terasa lagi, Evardo Ye pasti juga tidak akan tahu kalau ada wortel di dalamnya.

Melirik Evardo Ye yang ada di ruang tamu bermain dengan benda-benda kecil disana, Yolanda Duan dengan pelan menutup pintu kaca dapur, mulai membuat mie.

Takut akan kehadirannya yang tiba-tiba, dia langsung memotong wortel dan meletakannya di dalam kulkas, lalu melanjutkan pekerjaan lainnya.

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu