Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 288 Saat Besar Nanti Nikahi Aku ya? (2)

Ucapan Ericko Ye membuat keempat anak itu terdiam. Walaupun mereka masih muda, tapi pengaruh dari kehidupan membuat mereka dewasa lebih awal, mereka tahu di masa depan mereka akan bertanggung jawab sebagai pewaris.

Nada suara Ericko Ye perlahan menjadi hangat, sambil menghela berkata, "Tuhan itu adil. Mereka memberikan kalian otak yang pintar, kehidupan bergelimang harta, tapi bisa saja mengambil sesuatu dari hidup kalian, khususnya Edo dan Acha. Kalian dilahirkan berbeda, apakah ini hal baik atau buruk, entah kapan ada suatu bahaya yang datang ke keluarga ini. Maka dari itu saat hidup terasa lancar, kerja keraslah untuk membuat diri kalian menjadi besar, jika seperti itu, jika suatu hari terjadi hal yang tidak diinginkan, kalian memiliki kemampuan untuk menghadapinya. Bagaimanapun juga, kehidupan ini kalian yang menjalani, ayah dan ibu hanya menemani kalian menjalaninya."

Semua anak-anak menunduk tidak bersuara. Christy Mu merasa atmosfirnya sangat berat, terbatuk sekali lalu bicara, "Semuanya ayo makan. Selesai makan baru bicara lagi. Edo, kembali ke tempat dan makan."

Tapi setelahnya, siapa yang masih memiliki nafsu makan? Semuanya sudah dibuat kenyang oleh pelajaran dari Ericko Ye.

Sendok Bianca Ye mengaduk-ngaduk nasi di dalam mangkuk.

'Prang'

Air mata Bianca Ye jatuh ke dalam mangkuk.

Christy Mu terkejut, memutar tubuh dan menenangkan Bianca Ye, "Sayang, kenapa menangis?"

Dengan bibir melengkung ke bawah karena kecewa dan air mata yang mengalir Bianca Ye bicara, "Aku tidak mau ayah dan ibu pergi. Aku mau kalian selalu menemaniku."

Mata Christy Mu terasa perih, membalikkan kepalanya dan menatap suaminya tajam, "Mereka masih kecil, kenapa kamu bicara begitu banyak? Kalau anak-anak sudah besar, pasti mereka juga akan tahu."

Ericko Ye paling takut dengan istrinya, tersenyum sambil meminta maaf, "Yah, karena tidak berhati-hati jadi kebanyakan bicara."

"Sayang, jangan menangis. Ayah dan ibu akan di sampingmu. Kami masih akan melihat kalian tumbuh besar, bekerja, memiliki kekasih, menikah dan lain-lain. Jangan khawatir, ayah dan ibu akan lama sekali menemani kalian."

"Benarkah?" Bianca Ye memutar kepalanya bertanya pada Ericko Ye.

Ericko Ye mengangguk, "Tentu saja. Tetapi jangan menikah muda. Ayah masih sanggup membesarkanmu."

Wajah Bianca Ye langsung berubah cerah, tertawa lalu bicara pada anak bersaudara keluarga Mu di depannya, "Cepat makan. Setelah makan kita main."

"Eum, baiklah."

Ericko Ye dan Christy Mu terlonjak kaget. Jalan otak anak perempuannya bukan seperti orang pada umumnya.

Selesai makan, dalam diam Evardo Ye kembali ke kamar. Ketika menatap robot di atas mejanya, Ericko Ye mengetuk pintu kamar dan masuk ke dalam.

"Kamu masih memikirkan masalah hari ini?" Ericko Ye duduk di sebelah meja belajar, sikapnya lebih baik daripada saat di meja makan.

Ekspresi Evardo Ye rumit, "Ayah, bukankah aku membuat kacau?"

"Tentu saja tidak. Kamu baru saja kelas 4 SD, masih sangat muda, kamu bisa berbuat salah. Ayah tidak akan menyalahkanmu. Ditambah lagi, ayah selalu merasa, kamu adalah kebanggaan ayah. Karena kamu melakukan hal lebih baik daripada ayah."

Evardo Ye merasa ragu, "Ayah sedang bercanda?"

"Sungguhan." Ericko Ye terdiam sebentar, dengan suara berat berkata, "Ketika ayah sebesar kamu, suatu hari tiba-tiba ayah sadar ayah memiliki kekuatan magis..."

Cerita itu sudah terjadi sangat lama, seperti hal yang terjadi di kehidupan sebelumnya. Ericko Ye bicara tanpa lelah, tidak ada gejolak di hati pria itu, seperti dia sedang menceritakan cerita orang lain.

Awalnya berpikir Ericko Ye akan bercerita sangat lama, tapi dalam beberapa menit, Ericko Ye sudah selesai menceritakan masalah yang terjadi saat itu, "Hari ini ayah menceritakan masalah ini karena tidak mau kamu menyia-nyiakan anugrah yang diberikan Tuhan padamu. Ayah tidak mau suatu saat nanti kamu akan mengingat saat ini dan menyesal karena dirimu tidak bekerja keras. Sampai saat itu datang, semuanya sudah terlambat. Contohnya ayah, ayah pernah melakukan hal yang keterlaluan pada ibumu, setelahnya ayah ingin bunuh diri saat mengingat hal itu. Bagusnya ibumu memaafkan ayah, jika tidak, kamu dan adikmu tidak mungkin lahir."

Evardo Ye terkejut, "Ada masalah seperti itu?"

"Ya." Ericko Ye sangat sedih. Sebenarnya saat pria itu teringat hal ini, dia masih merasa menyesal.

Ericko Ye melihat foto lama yang diletakkan di atas meja, dengan suara lembut berkata, "Gadis kecil itu pasti sudah tumbuh besar sekarang."

Pandangan Evardo Ye juga jatuh ke foto tersebut, bibirnya mengembangkan senyum, "Mungkin lebih tinggi dariku."

"Kamu begitu menyukainya, ya." Ericko Ye sulit untuk tidak menggoda anak laki-lakinya.

Wajah Evardo Ye memerah, "Ayah, dia berbeda untukku."

Ericko Ye menepuk pundak anaknya, "Edo, kamu harus ingat, selama kamu merasa dirimu cukup hebat, kamu berdiri di posisi yang menjadi pusat perhatian, baru kamu bisa menarik pandangannya, baru dia bisa menemukanmu dan kamu baru memiliki kemampuan untuk mencarinya. Jangan pernah menunggu dia bertemu denganmu, tapi dirimu tidak memiliki pesona sedikitpun. Ya itu termasuk pertemuan, tetapi tatapannya tidak akan berhenti di dirimu."

Evardo Ye merenung sebentar lalu mengangkat kepalanya, ada kemantapan dari tatapan anak kecil itu, "Ayah, aku mengerti."

"Anak baik." Ketika Ericko Ye bersiap untuk pergi, pria itu berkata lagi, "Dan juga, karena ayah memberikan harga 60 juta, ayah juga tidak bisa menghancurkan reputasimu. Kepercayaan pebisnis sangat penting. Terkait kekurangannya ayah akan mengurangi dari tabunganmu, kamu ingin protes?"

"Tidak." Evardo Ye tidak bisa mengikuti pemikiran ayahnya. Bukankah tadi baru saja dengan lembut menyemangatinya? Kenapa sekarang malah membicarakan uang?

"Baguslah kalau tidak ada. Selamat malam." Ericko Ye keluar dengan perasaan lega dan senang, pergi dengan hasil laporan.

Malam ini, Evardo Ye sulit untuk tidur. Dia teringat ucapannya dengan Yolanda Duan saat berpisah. Yang diucapkan ayahnya benar, dirinya tidak bisa kurang ajar begini, dirinya harus semakin giat, dengan begitu dia memiliki kemampuan untuk mencari Yolanda Duan.

Matahari terbit dari timur dan terbenam di barat, orang-orang yang pergi mulai kembali.

Di waktu yang tidak ada ujungnya, semua manusia hanyalah orang yang menetap sementara.

Tahun ini, Ericko Ye membawa istri serta kedua anaknya pergi ke luar negeri untuk menghadiri acara pemakaman kakek.

Tahun ini, Yonathan Ye membawa wanita yang disukainya ke rumah. Kedua orang itu membawa buku nikah, tanpa menyelenggarakan pesta pernikahan dan memilih menikah di perjalanan liburan mereka.

Tahun ini, karena tidak hati-hati paman Wang jatuh dan mematahkan kakinya, dirawat beberapa bulan lalu meninggal. Malam sebelum pemakaman, Evardo Ye dan Bianca Ye memakai baju khusus menghadiri pemakaman dan di depan aula pemakaman menjaga semalaman. Setelahnya Brian Zhang menggantikan posisi mereka.

Beberapa bulan kemudian, bibi Qin pergi dengan tenang. Masih Evardo Ye dan Bianca Ye yang menjaga peti mati, kedua anak tersebut berterima kasih karena demi keluarga Ye, bibi Qin mengerahkan kerja keras selama hidupnya. Christy Mu bersedih dalam waktu yang cukup lama, keluarga Ye tidak dapat menemukan chef yang memasak lebih enak dari bibi Qin.

Tahun ini, Evardo Ye yang berusia 21 tahun memiliki nilai yang sangat luar biasa dan diterima oleh perguruan tinggi terbagus di dunia. Mulai sekarang Evardo Ye melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih dalam.

Ketika pergi, selain membawa beberapa setel pakaian, yang ada di dalam koper itu ada kotak kecil yang sangat indah, di dalam kotak kecil itu ada gantungan kecil emas. Tentu saja masih ada beberapa foto lama. Walaupun gadis di foto itu sudah lama tidak ada kabarnya, tapi Evardo Ye masih tetap memegang janjinya.

"Kamu harus menjaga diri sendiri di Amerika. Biaya hidup dan lainnya, kamu selesaikan sendiri." Ericko Ye memakai mantel panjang berwarna hitam, di dalamnya masih mengenakan jas berwarna hitam, tubuh pria itu tinggi dan kurus, sepertinya waktu pergi tak karuan dari tubuh pria ini, tapi masih meninggalkan jejak dewasa dan pesona. Gerakan pria itu semuanya seperti lukisan yang indah.

Evardo Ye juga sudah tumbuh menjadi pria setinggi 183 cm. Garis tubuhnya dan ayahnya sangat mirip, tapi Evardo Ye lebih indah dari ayahnya. Kelima inderanya seperti karya sempurna dari seorang pelukis, tidak ada cacat.

Evardo Ye memakai outdoor jacket berwarna abu-abu muda, celana jeans dan kakinya dibalut sepatu olahraga berwarna putih. Tubuh Evardo Ye menyebarkan semangat anak muda.

Evardo Ye tersenyum bangga, "Ayah juga tidak melihat aku anaknya siapa? Anggaplah ayah tidak memberiku uang, aku tetap akan menjalani hidupku dengan nyaman, mungkin dengan tangan kosong menghasilkan uang milyaran dengan main-main."

Ericko Ye sama sekali tidak khawatir dengan masalah ini, "Beberapa perusahaan game yang kamu bangun, untuk sementara waktu ayah bisa menggantikanmu mengurusnya. Jika ada proyek besar, kamu sendiri yang mengurusnya. Tentu saja, uangnya ada di tanganku."

"Ya aku tahu. Selama ayah tidak memberikan perusahaan yang bangkrut tidak masalah." Evardo Ye berkata dengan berlebihan. Beberapa perusahaan game ini didirikan ketika Evardo Ye kuliah di universitas dalam negeri. Waktu belajar empat tahun hanya Evardo Ye tempuh dengan dua tahun belajar. Karena Evardo Ye merasa bosan, baru anak itu pergi ke universitas Harvard untuk melihat-lihat seperti apa universitas nomor satu di dunia.

Jika bukan karena di sini sibuk, Ericko Ye pasti akan menendangnya.

"Belum ada perusahaan yang tutup di tangan ayahmu."

"Ya ya ya, ayah hebat." Evardo Ye mengakui kekalahannya. Ini juga hal yang dia kagumi dari ayahnya. Diam sebentar, lalu Evardo Ye kembali berkata, "Jika... ada surat yang datang dari dia, ayah harus segera memberitahuku."

Ericko Ye mengulas senyum, "Tentu saja. Yang pertama kali ku beritahu adalah dirimu."

Saat ini terdengar pemberitahuan penerbangan, tiba-tiba rasa tidak rela menjalari hatinya, hidung Evardo Ye terasa perih, "Ayah, jaga ibu dan adik dengan baik."

"Hm, jangan khawatir." Ericko Ye juga sedikit sedih. Sejak Edo kembali ke sisinya, Ericko Ye jarang sekali meninggalkan anak itu.

"Begitu sampai aku akan menelpon kalian."

"Hm. Ingat untuk menelpon ke ponsel ibu. Dia pasti akan sangat senang." Ericko Ye memerintahkan. Hari ini Christy Mu dan Acha tidak datang, takut mereka akan menangis.

"Ya, aku ingat."

Suara pengumuman kembali mengingatkan. Evardo Ye menengok dan melihat tempat pemeriksaan, lalu memutar tubuhnya, merentangkan kedua tangan dan memeluk ayahnya, dengan pelan berkata, "Ayah, aku pergi."

Akhirnya mata Ericko Ye memerah, sudah lama anak laki-lakinya tidak memeluknya.

Novel Terkait

Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu