Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 314 Tertangkap Basah (3)

Sedangkan pergi seperti ini, dia tidak tahu kapan bisa bertemu lagi dengan Yolanda Duan. Mendapat pengampunan dari wanita itu.

Krystal Yang dibuat terkejut dan langsung pergi.

Evardo Ye yang sedang kesal tidak ingin pulang ke rumah. Saat mengendarai mobil, di tengah jalan, dia melihat sebuah klub. Dia pun masuk ke dalam untuk minum bir dan wanita yang dari tadi terus mengikutinya juga ikut masuk.

Karena baru mau masuk ke malam hari, orang di dalam klub sangat sedikit. Evardo Ye mencari sebuah tempat di ujung ruangan dan meminta beberapa botol bir yang tingkat alkoholnya tinggi. Manajer klub mengenali dia dan dengan ramah mengantar sendiri bir kepada dia.

"Direktur Ye, apa yang kamu pesan silakan disampaikan."

Evardo Ye melihat bir yang dia pesan sudah datang dan melambaikan tangan pertanda mengerti. Manajer lalu pergi dengan tidak rela.

Satu gelas dilanjutkan dengan gelas-gelas lain, semakin minum, dia semakin merasa sedih. Dia hanya ingin bersama dengan Yolanda Duan, membuatkan makanan kepada wanita itu, menunggu wanita itu pulang. Kenapa bahkan permintaan mudah seperti itu tidak dapat dia dapatkan?

Klub semakin ramai dan setelah meminum beberapa botol bir, kepalanya mulai pusing. Ada banyak wanita cantik yang terus datang menggodanya. Tapi semuanya pergi karena mata dingin Evardo Ye.

Di tengah-tengah kesadaran dan kemabukan, Evardo Ye semakin merindukan Yolanda Duan. Benaknya semuanya terisi wajah wanita itu. Ekspresi marah, senyum, dingin. Rasa rindu memakan jantungnya. Dia mengeluarkan ponsel, ingin menelepon wanita itu, karena saat ini, dia ingin mendengar suara wanita itu.

Awalnya hanya ingin coba-coba, tapi tidak disangka, di nada dering ketiga, ponsel tersambung.

"Yolanda, apa kamu Yolanda? Kamu jangan pergi dariku ya? Aku benar-benar sangat menyukaimu. Sejak kecil aku sudah menyukaimu. Kamu jangan tinggalkan aku ya?" Evardo Ye menyatakan isi hatinya di telepon, suaranya sangat sedih dan berat.

Yolanda Duan mendengar ada yang aneh dengan suara pria itu, "Kamu mabuk?"

"Tidak." Evardo Ye mengelak, "Aku hanya minum beberapa botol saja. Tidak mabuk."

Yolanda Duan menghela napas kecil. Orang yang mabuk selalu mengatakan kalau mereka tidak mabuk.

Evardo Ye mulai mengaku lagi, "Yolanda, saat kamu pergi, aku memimpikanmu setiap hari. Aku juga belajar beberapa masakan baru. Setelah kamu pulang aku akan memasakannya untukmu. Kamu berikan aku kesempatan ya? Jangan tinggalkan aku, aku belum membuat makanan untukmu."

Mendengar kalimat terakhir Evardo Ye, hati Yolanda Duan langsung lembut. Pria ini begitu keren di hadapan orang lain, tapi di depan dirinya malah seperti seorang remaja, begitu emosional, lembut dan hangat.

"Kamu jangan minum lagi. Cepatlah pulang." Yolanda Duan membujuk.

Evardo Ye tersenyum lembut, "Kamu jemput aku ya? Aku ingin bertemu denganmu. Yolanda, aku ingin melihatmu."

Hati Yolanda Duan bergetar oleh suara Evardo Ye yang berat. Tapi otaknya memberitahu mereka. Dia harus tenang.

"Evardo, kamu biarkan aku pikir dulu." selesai berkata, Yolanda Duan memutuskan sambungan. Dia berbaring menatap atap kamar. Dalam suasana yang hening, dia mendengar jantungnya yang berdebar kencang.

Mau ... memberikan pria itu kesempatan atau tidak?

Pertanyaan itu berputar tiada henti di benaknya. Tapi dia tetap tidak mendapatkan satu jawaban. Dengan kesal dia membalikkan badan dan membenamkan diri ke dalam selimut.

"Tok, tok, tok ..." pintu terketuk.

"Siapa?" Yolanda Duan berteriak.

"Ini aku." suara Linardi terdengar.

Yolanda Duan bangun berdiri, mengenakan sandal dan berjalan ke pintu untuk membuka pintu. Yolanda Duan bertanya, "Ada apa?"

Linardi mengenakan pakaian sehari-hari dan berkata dengan tidak enak hati, "Ketua, kita tidak mudah keluar sekali, keluar jalan-jalan yuk."

Yolanda Duan sedang kesal, "Kamu pergi sendiri saja. Aku tidak ingin pergi."

"Ayo jalan-jalan. Sendirian bosan sekali." Linardi mengajak dengan ramah. Dia juga tahu suasana hati Yolanda Duan tidak baik, jadi ingin mengajak wanita itu bersenang-senang.

Yolanda Duan memelototi Linardi lalu berkata, "Tunggu sebentar, aku ganti baju dulu."

"Ok."

Mereka berdua berjalan di pusat kota. Begitu keluar dari hotel adalah jalan yang ramai. Linardi dengan penasaran melihat sana sini, lalu membeli dua es krim, satu untuknya dan satu untuk Yolanda Duan.

"Cuaca begitu dingin, makan ini apa kamu tidak takut sakit perut?" suasana hati Yolanda Duan buruk jadi bicaranya terkesan emosi.

Linardi menggigit satu suap, lalu berkata dengan tidak jelas, "Tidak dingin, tidak dingin sedikitpun. Coba kamu coba, lumayan manis kok."

"Aku tidak suka makanan manis. Aku bantu kamu pegang, nanti kamu makan ini juga."

Linardi menatap Yolanda Duan, lalu bertanya, "Ketua, kamu masih marah bukan."

"Tidak." Yolanda Duan mengelak. Bagaimana mungkin dia menunjukkan sikap sangat peduli pada seseorang di depan bawahannya?

Linardi sudah menjadi bawahan Yolanda Duan selama beberapa tahun, tentu saja tahu kalau wanita ini sedang berbohong. Dia tertawa dan berkata, "Ketua, aku ingin mengatakan sesuatu, kamu jangan marahi aku ya."

Yolanda Duan berjalan santai, lalu melihat aksesoris cantik dari kaca depan toko, "Katakan saja, aku tidak akan marah."

Ekspresi Linardi sedikit serius, "Sebenarnya setelah aku memikirkan baik-baik, Evardo tidak membuat kesalahan yang besar. Saat di depan perusahaan, sikapnya terhadap dua orang wanita itu lumayan kejam. Kalau benar-benar memiliki hubungan, dia tidak akan mungkin berbuat seperti itu 'kan."

Yolanda Duan diam. Dia juga terpikir akan itu, tapi hatinya tetap tidak senang. Wanita itu memanggil Evardo Ye dengan panggilan Kakak Evardo. Kedengarannya menyebalkan sekali.

"Tapi identitas dan statusnya sangat hebat, seharusnya ada sangat banyak wanita yang mengejarnya. Kalau ketua mau bersamanya, akan sangat berbahaya."

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu