Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 236 Kebenaran Yang Terungkap (1)

Javier Mu yang bersandar diatas pagar bertanya, “Ada apa?”

Lisa Xiao meletakkan teleskopnya sejenak. Dengan raut wajah yang sulit terbaca ia pun berkata, “Orang yang duduk disebelah Ericko... Ia muntah.”

Javier Mu tiba-tiba membelalakkan matanya besar-besar. Ia merasa ada sesuatu yang bergulung-gulung di dalam perutnya.

Kedua orang itu saling menatap satu sama lain dalam hening, dan tiba-tiba tawa mereka meledak, “HAHAHA”.

“Ericko pasti langsung membenciku setengah mati. Hahaha... Astaga, ia pasti jadi gila.” Lisa Xiao jatuh dalam pelukan Javier Mu dan tawanya semakin merekah lebar.

Javier Mu juga sudah lama tidak tertawa bahagia seperti ini. Ia merasa kabut tebal yang selama ini tertekan dalam hatinya lenyap. Ternyata bahagia diatas penderitaan orang lain itu berkali-kali lipat kebahagiaannya.

Prediksi Lisa Xiao sangat jitu.

Saat anak muda disebelahnya mulai muntah, atraksi ‘Roda Naca’ itu sedang tepat berada di udara. Setengah dari benda menjijikkan yang disertai angin itu semuanya tertumpah diatas pakaian Ericko Ye.

Pria itu tentu saja menjadi gila. Walaupun ia tidak memiliki OCD, tapi semua kejadian ini tentu saja tidak bisa ia terima. Apalagi masih ada aroma masam semacam itu...

Ya Tuhan, mungkin ia tidak bisa makan selama tiga hari.

Sebenarnya ini juga salahnya sendiri. Awalnya ada seorang wanita yang ingin duduk disebelahnya tapi langsung ditolak mentah-mentah oleh Ericko Ye. Ia malah secara spesifik menunjuk pria yang terlihat sangat lembut itu.

Saat atraksi ‘Roda Naca’ itu masih terus bergulir, pemuda disebelahnya juga masih muntah tanpa henti. Sontak saja keinginan Ericko Ye untuk mati pun muncul. Kenapa wahana ini memakan waktu yang lama? Kenapa masih tidak berhenti?

Waktu tampak berhenti, sampai akhirnya atraksi itu benar-benar berhenti. Kedua tangan Ericko Ye tanpa daya melepaskan sabuk pengaman. Ia kemudian melepaskan kancingnya satu persatu dan menghempaskan pakaian penuh kotoran menjijikkan itu ke tanah. Ya. Dihempaskan.

Ia telah menjaga citranya sebagai seseorang yang bermartabat dan terhormat, namun semua hal itu lenyap hari ini.

Brian Zhang menyaksikan semua proses kejadian itu dari bawah. Sebelum Ericko Ye turun, ia langsung melepaskan jaketnya sendiri dan mempersiapkannya untuk pria itu. Saat ia melihat Ericko Ye menanggalkan pakaiannya dan memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sempurna layaknya model, Brian Zhang langsung menghampiri tuan mudanya untuk memberikan jaketnya sendiri.

Hanya dalam waktu sesingkat itulah ia sudah bisa mendengar jeritan kagum dari wanita-wanita di sekelilingnya.

Ericko Ye secepat kilat mengenakan jas itu dan dengan suara rendah penuh kekesalan yang menyerbu berujar, “Pergi mandi.”

Pada dasarnya itu hanyalah sebuah jas biasa berwarna biru muda. Tapi nyatanya pakaian itu membuat Ericko Ye terlihat seperti berjalan keluar dari karpet merah. Apalagi ia baru saja telanjang sehingga semakin menarik banyak sekali pasang mata yang menatapnya. Ada wanita, ada pria, dan ada banyak sekali lensa kamera.

Tamatlah sudah. Ericko Ye pasti akan muncul di berita utama esok hari.

Taman hiburan miliknya sendiri hari ini mulai beroperasi dan saat merasakan salah satu permainan didalamnya, tiba-tiba saja sekujur badannya dimuntahi orang lain. Terakhir, ia terpaksa menanggalkan bajunya dan pergi dengan telanjang. Tidak peduli dari sudut pandang manapun, berita seperti ini pasti akan meledak.

Ericko Ye berjalan maju sepanjang jalan dengan muka yang tertekuk. Brian Zhang yang berjalan mengikutinya dari belakang pun berbisik, “Tuan muda, di depan ada tempat mandi dalam wahana air taman hiburan. Bagaimana kalau tuan muda kesana saja? Sekalian mencoba permainan yang terakhir...”

Ericko Ye menolehkan kepalanya ke samping dan memelototi Brian Zhang. Paru-parunya sudah hampir meledak karena amarah tapi ternyata pria itu masih menyuruhnya main wahana yang terakhir?! Sepertinya semakin lama semakin lancang tingkah Brian Zhang.

Brian Zhang tidak dapat menerima tegangan listrik sebesar itu. Ia langsung buru-buru tersenyum dan berkata, “Tuan muda, aku sudah menyuruh orang untuk mengambilkanmu pakaian.”

Kalau saja bukan karena orang-orang disekitarnya yang terus-menerus menatapnya, Ericko Ye ingin sekali menghadap ke langit dan mengaum panjang.

Setelah menarik napas dalam beberapa kali, Ericko Ye barulah bisa sekuat tenaga melontarkan beberapa patah dari sela-sela giginya, “Tutup saja mulutmu!”

Brian Zhang langsung tunduk. Sebenarnya, dari awal ia sudah merasa sangat senang. Semenjak ia bekerja dibawah Ericko Ye, ia belum pernah melihat tuan mudanya itu dipermalukan sedemikan rupa. Kejadian hari ini benar-benar membumihanguskan citra Ericko Ye.

Sesampainya di wahana air taman hiburan, Ericko Ye pun masuk ke dalam kamar mandi dengan kekacauan dari ujung kepalanya. Baju serta celananya semua dilemparkannya keluar sambil membawa amarah dan dendam yang mendalam.

Brian Zhang memeluk pakaian itu dan menunggu di luar sambil menyuruh bawahannya untuk segera datang membawakan pakaian yang bersih.

Di dalam taman hiburan memang ada ruangan khusus untuk Ericko Ye. Demi kenyamanannya saat datang menginap disini, Brian Zhang sudah dari awal berinisiatif memasukkan beberapa lembar pakaian, pakaian dalam, celana serta kaus kaki. Tidak disangka persiapannya ini akan berguna begitu cepat.

Di dalam kamar mandi.

Ericko Ye dengan geram meninju dinding keramik. Amarahnya tidak lenyap, malah punggung tangannya terasa lebih sakit.

“Lisa Xiao, tunggu saja pembalasanku.” desis Ericko Ye sambil menggertakkan giginya.

Ia membersihkan diri dengan sabun sebanyak tiga kali dan mencuci rambutnya sebanyak dua kali. Terakhir, Ericko Ye baru merasa aroma itu memudar setelah ia menggunakan setengah botol gel mandi.

Ericko Ye berjalan keluar dan mengenakan pakaian bersih yang diantarkan. Ia memanggil Brian Zhang untuk datang mendekat, menautkan alisnya, dan berujar, “Coba cium. Masih bau?”

Brian Zhang adalah orang yang jujur. Ia mengendus beberapa kali di samping bahu Ericko Ye dan berkata, “Tuan muda, yang tercium hanyalah aroma dari sabun mandi dan shampo.”

Mendengar itu, barulah Ericko Ye bisa dengan lemas menghela napas. Ia berbaring sejenak diatas kasur dalam kamar peristirahatannya dan bersiap untuk pergi meneruskan permainan yang terakhir. Tepat pada saat itu, Lisa Xiao menelepon.

Gelora api yang baru saja dipadamkan oleh air sontak langsung kembali terbakar. Ericko Ye menekan kebenciannya dan mengangkat telepon. Tapi sebelum ia sempat berbicara, ia mendengar tawa nyaring dari ujung telepon, “Ericko, bagaimana baunya? Hahaha...”

Kondisinya saat ia tidak memiliki alasan untuk hidup lagi diatas udara tadi langsung terlintas dalam benak Ericko Ye, hidungnya seakan kembali mencium aroma masam itu. Ia lalu mengucapkan kata demi kata tanpa jeda, “Lisa, aku tidak akan melepaskanmu.”

“HAHAHAHAHA...” Lisa Xiao kembali tertawa lantang. Setelah puas tertawa, barulah ia berujar, “Ericko, kamu tidak perlu berbicara seberat ini. Apakah istirahatnya sudah cukup? Masih ada satu wahana yang belum kamu mainkan. Ayo cepat pergi. Demi melihat pertunjukanmu perutku sampai mati kelaparan. Setelah kamu selesai, ayo makan bersama.”

Ericko Ye sudah hampir meremukkan ponselnya dan dengan dingin bertanya, “Bukankah barusan kamu tidak mau makan bersamaku?”

“Kakak dan aku sekarang sudah tertarik.” Lisa Xiao dengan segenap hati ingin membuat Ericko Ye marah sehingga perkataannya benar-benar terus terang. Tidak ada yang disembunyikan.

“Ternyata mukamu benar-benar tebal, Lisa.” sindir Ericko Ye.

“Biasa saja. Kenapa basa-basimu begitu banyak? Apakah kamu tumbang karena tadi memainkan beberapa wahana dan sekarang tidak sanggup bangun lagi?”

Ericko Ye menundukkan kepalanya dan menatap sepasang kakinya yang sudah hampir tidak sanggup lagi terangkat. Ia lalu menggeram dingin, “Cuma bermain saja. Walaupun masih ada 10 lagi, keadannya akan tetap sama.”

“Kamu yakin?”

Ericko Ye dapat mendengar nada yang tidak menyenangkan. Takut wanita ini kembali melakukan kelicikannya, ia pun langsung memutar topik, “Lisa, aku bukan musuhmu dan tidak pernah menyusahkanmu. Kenapa kamu memperlakukanku seperti ini?”

“Karena ini membuatku senang.” ujar Lisa Xiao terus-terang. Ia tidak memberikan ruang sedikitpun untuk bermanis-manis.

Sekulum darah hampir saja menyembur dari mulut Ericko Ye, “Bagus, sangat bagus. Aku suka jawaban yang seperti ini. Lisa Xiao, tunggu saja dan lihatlah. Jangan sampai kamu tertangkap dalam genggamanku. Kalau tidak... Grrr.”

“Ericko, kamu disana kurangilah berdebat. Apa yang ingin kamu lakukan, semuanya akan aku dan kakak terima.” Lisa Xiao berbicara dengan nada yang melebih-lebihkan. Ia jauh lebih kuat dari pria itu, jadi ia sama sekali tidak mengindahkan perkataan pria itu dimatanya. Oleh karena itu saat ia mendengar Ericko Ye yang menghembuskan napas dengan berat diujung telepon sana, Lisa Xiao pun dengan tidak sabar berkata, “Ericko, sekarang cepat pergi selesaikan satu permainan terakhir! Kalau tidak, aku akan langsung pergi dan perjanjian diantara kita kuanggap batal.”

“LISA XIAO!” Ericko Ye menggeram marah. Ia benar-benar tidak pernah bertemu wanita dengan muka sedemikian tebal seperti ini.

“Apa yang kamu panggil, brengsek? Cepat pergi! Aku beri kamu waktu dua menit. Kalau kamu tidak muncul di area permainan, kakak dan aku tidak akan menemanimu.”

Ericko Ye langsung memutuskan telepon dan dengan geram melempar ponselnya keatas kasur. Sambil berjalan keluar, ia sambil memaki, “Sial, wanita brengsek ini. Jangan sampai aku turun tangan. Kalau tidak, kamu akan menyesal seumur hidup.”

Jangan membahas terlebih dulu apakah Lisa Xiao akan bisa menyesal seumur hidup karena telah mengganggu Ericko Ye. Bahkan hanya untuk mengatasi Christy Mu saja Ericko Ye tidak mampu melewatinya. Lebih tidak usah bicara lagi tentang keberadaan Javier Mu, si iblis gila pelindung sang istri. Kalau Ericko Ye berani menyentuh sehelai rambut Lisa Xiao saja, Javier Mu pasti akan langsung meringkusnya.

Atraksi ‘Turbulensi Dalam Air’ adalah roller-coaster yang berada diatas air, namun tingkat kesulitannya lebih kecil daripada roller-coaster.

Medan perang yang besar sudah tiba. Saat ini, Ericko Ye tidak mengindahkan punukan kecil itu. Ia mengenakan perlengkapannya dengan baik dan duduk di kursi puncak benda berbentuk pipa itu. Begitu ia memejamkan mata, “WOOSH!”, benda itupun meluncur.

Walaupun sudah mengenakan jas hujan, namun setelah melalui satu putaran, celana Ericko Ye masih saja basah kuyup.

“Masih ada pakaian ganti tidak?” Ericko Ye keluar dari kolam yang sangat besar sekali, sambil menjinjing celana trousernya dengan kesal dan bertanya pada Brian Zhang.

“Tidak, aku tidak membawanya. Masih diletakkan di kamar.” jawab Brian Zhang jujur.

“Brian, kamu benar-benar semakin pandai mengurus masalah.” Ericko Ye dengan dingin mengucapkan perkataan yang menusuk, lalu menjulurkn tangannya, “Ponsel?”

Brian Zhang langsung dengan patuh menyerahkan ponselnya.

Ericko Ye langsung menekan nomor telepon yang terletak di paling atas. Begitu tersambung, ia langsung bertanya, “Lisa, dimana?”

“Ah, sudah selesai bermainnya?”

Novel Terkait

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu