Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 558 Kesempatan Tak Terduga (3)

Pupil mata Yunardi Mu mengecil, pria itu langsung mengeluarkan aura membunuh: "Aku tak menduga ada masalah seperti ini!"

Walaupun Yunardi Mu sedang marah, pria itu juga tak menghalangi Bianca Ye yang sedang mengoceh kesal.

"Aduh, orangnya ada di sebelahmu, tapi masih bisa terjadi masalah seperti ini. Posisimu di hati Vanny pasti semakin menurun. Mungkin harapanmu untuk bersamanya akan gagal."

Yunardi Mu malas meladeni ocehan Bianca Ye, dengan mata menyipit Yunardi Mu berkata: "Aku akan mengurus masalah ini, aku akan memberi keadilan pada Vanny."

Yunardi Mu bersiap memeriksa masalah ini dari awal sampai akhir, baru berbicara baik-baik pada Vanny.

Tapi belum Yunardi Mu mulai bergerak, Vanny sudah menemukan Yunardi Mu terlebih dahulu.

Lengannya terulur di depan Yunardi Mu, lalu Vanny mengangkat kalung tersebut: "Ini bukan milikku. Maaf merepotkanmu untuk mengembalikkan kalung ini ke pemiliknya."

Kalung itu menyimbolkan penghinaan. Di mata Yunardi Mu, ada sorot mata dingin.

Yunardi Mu tak menerima kalung tersebut malah berkata: "Vanny, aku membuatmu merasa bersalah. Tapi aku jamin, aku akan membalaskannya untukmu."

"Ucapan itu berat sekali. Ini hanya salah paham saja, kenapa aku harus merasa bersalah? Aku lihat nona Wen sepertinya kenal denganmu, kalau kamu yang mengembalikkan, tentunya lebih pantas. Pasti sekarang dia tak ingin menemuiku, jadi aku tidak pergi menemuinya untuk dihina. Hm, begini saja dulu, aku pergi dulu, ya."

Setelah itu Vanny menyelipkan kalung itu pada Yunardi Mu, berbalik dan pergi.

Yunardi Mu menghentikan Vanny.

"Vanny...."

"Ada apa?"

"Apa kamu percaya aku akan memberikanmu kebahagiaan?"

Sorot mata Vanny agak panik sebentar, lalu wanita itu menarik sudut bibirnya, "Hubungan kita hanya teman biasa, kita tak bisa membicarakan tentang kebahagiaan. Mari menjaga satu sama lain."

Setelah bicara, Vanny langsung pergi tanpa keraguan sedikitpun.

Sampai bayangan Vanny menghilang, Yunardi Mu baru menarik sorot matanya yang tergila-gila dengan Vanny. Sorot mata itu perlahan-lahan berubah menjadi membunuh.

Yunardi Mu memegang erat kalung tersebut, membalikkan badannya dan berjalan dengan terburu-buru.

Baru berjalan setengah, Yunardi Mu bertemu dengan Ani Xie.

"Kamu mau pergi kemana?"

"Tentu saja membuat perhitungan!"

"Kamu tahu siapa yang menjebak Vanny?"

"Walaupun tak ada bukti, tapi kira-kira aku tahu."

"Kira-kira kamu tahu siapa orangnya? Jawaban aneh macam apa itu? Yunardi, jika kamu mencari orang itu, bukankah harus ada buktinya? Dan juga jika kamu dapat buktinya, jika kamu tak mengurusnya dengan benar, kamu hanya sedang mengusir Vanny."

Tuduhan Ani Xie membuat Yunardi Mu tak puas, lalu Yunardi Mu menjawab: "Aku menggantikan Vanny mencari keadilan. Bagaimana mungkin aku malah mengusirnya?"

"Aduh, sepertinya kamu sungguh tak mengerti." Ani Xie menghela napas, "Kalau masalah terselesaikan, Vanny akan pergi tanpa takut, tapi sebaliknya, jika masalah itu tidak ada ujungnya, mungkin Vanny akan tetap berada di sini demi membuktikan dirinya tak bersalah."

"Tapi kita juga tak bisa membiarkan Vanny merasa bersalah!"

"Jika ingin membuat perhitungan pada orang itu, ada banyak cara. Apakah harus bertemu dengannya? Ditambah lagi sekarang ada aku dan Bianca, kami tidak akan membiarkan mereka menindas Vanny. Untuk hal ini, kamu jangan khawatir. Kedatangan kami kali ini tidak boleh sia-sia, anggaplah kami membantu kesibukan Vanny."

Yunardi Mu mengangkat alisnya, "Kenapa tiba-tiba kamu baik sekali ingin membantuku?"

"Jangan merasa tersakiti karena cintamu tak terbalas. Dengar baik-baik, kami sedang membantu Vanny."

"Bukankah membantunya sama saja juga membantuku? Nantinya kami juga adalah keluarga."

Ucapan Yunardi Mu membuat Ani Xie tak bisa berkata-kata.

Ani Xie menggeleng-gelengkan kepalanya, membalikkan badannya lalu pergi.

Setelah Ani Xie pergi, wajah Ani Xie perlahan-lahan suram.

Menjelang sore hari——

Bianca Ye menempeli Vanny mengelilingi hotel lagi. Keduanya sangat bersemangat, mengobrol dalam waktu lama.

Sampai perut mereka terasa lapar, keduanya baru duduk, berdiskusi apa yang mereka ingin makan.

Sedangkan Yunardi Mu, dari samping pria itu melihat kedua orang itu dengan kesal sekali.

Sedari awal Bianca Ye menganggap Yunardi Mu tidak ada, tapi Vanny sudah tak tahan dengan tatapan Yunardi Mu, lalu Vanny berjalan ke depan pria itu: "Sebenarnya kamu ada masalah apa?"

Bibir Yunardi Mu berubah datar, dengan kesal menjawab: "Kalian sedang membicarakan apa? Aku juga ingin mengobrol dengan kalian."

Vanny sangat tak sabar dan menjawab: "Mengobrol apa? Cepat kerja!"

"Nah kenapa kalian boleh mengobrol tapi aku tidak?"

"Sekarang aku sedang menemani tamu penting. Bos sendiri yang mengizinkan, aku harus menemani tamu ini, membuat tamu ini makan dengan gembira dan bermain dengan senang."

"Kalau begitu aku juga ingin menjadi tamu penting!"

"Kamu ini sekarang sedang bekerja, jangan lupa statusmu. Tentu saja, jika kamu menggunakan statusmu sebagai tuan muda dari perusahaan Mu, kamu juga bisa menjadi tamu penting."

Ucapan itu membuat Yunardi Mu diam. Yunardi Mu hanya memutar kepalanya, melotot kesal ke arah Bianca Ye.

Awalnya Bianca Ye sedang melihat keramaian. Ketika melihat Yunardi Mu melotot ke dirinya, kedua tangan Bianca Ye dilipat lalu berkata: "Jangan melihatku begitu, aku sedang liburan."

"Liburan atau melihat keramaian, dirimu pasti tahu jelas!"

"Aduh, tak peduli apa alasanmu, kita bisa bersama adalah takdir. Aku membawa wine, di sini ada makanan apa yang enak?"

Suasananya agak canggung, Vanny berinisiatif menjawab: "Koki di sini sangat handal, kemampuan memasaknya sangat hebat. Kamu ingin makan apapun, bisa dibuatkan. Kamu cukup bilang pada kokinya."

"Aku juga tidak tahu kokinya di mana. Kamu saja yang menjelaskan. Hm, aku ingin makan bebek panggang, seafood rebus, paha kambing panggang, babi goreng dan telur...."

Tanpa menunggu Bianca Ye selesai menyebutkan, Yunardi Mu yang berada di samping menjawab dengan dingin.

"Langsung saja pesan jamuan makan lengkap."

"Tidak boleh. Akhir-akhir ini aku diet, aku harus makan sedikit."

"Ya, kamu memang harus makan sedikit. Kalau tidak, gaun pernikahanmu tidak muat."

Kembali mendapatkan respon dingin, Bianca Ye sangat tidak senang.

Bianca Ye melotot pada dua orang di depannya dan berkata: "Kalian berdua! Yang satu bilang kulitku buruk, satunya lagi bilang aku gendut, kalian keterlaluan!"

"Faktanya memang seperti itu."

Vanny menggenggam tangan Bianca Ye dan berkata: "Jangan pedulikan dia, ayo jalan. Aku akan membawamu ke dapur. Kamu pesan sendiri makananmu."

"Vanny masih lebih baik. Malam nanti, Vanny, kamu ke sini saja untuk makan malam. Untuk seseorang, dia hanya bisa melihat kita dengan iri!"

Keduanya berjalan sambil bergandeng tangan. Bagaimana dengan Yunardi Mu? Pria itu hanya bisa diam-diam mengikuti dari belakang.

Setelah memesan beberapa makanan yang lezat, Vanny membawa Bianca Ye dan Ani Xie ke lantai tertinggi di hotel. Di sana, mereka bisa melihat matahari terbenam di gunung.

Cahaya sore sangat merah seperti api, menyinari beberapa wajah orang. Cahayanya sangat merah, penuh dengan aura kebahagiaan.

Bianca Ye mengambil wine, perlahan-lahan mencoba wine tersebut. Matanya menyipit, terasa sangat mengantuk.

"Hm, sungguh hari yang terasa santai."

Setelah ucapan itu terucap, tiba-tiba Bianca Ye menggerakkan hidungnya: "Bau apa ini? Harum sekali!"

"Tentu saja harum. Ini adalah ciri khas hotel kami, tulang iga babi saus manis." Wajah Yunardi Mu tampak serius, berjalan menghampiri mereka sambil menyajikan makanan, "Bianca, apa hidungmu seperti anjing? Dari jauh saja kamu sudah bisa mencium baunya."

Bianca Ye sama sekali tak peduli ejekan Yunardi Mu dan berkata: "Aduh, yang menyajikan makanan ini tampan sekali. Bisakah tinggalkan nomormu untukku?"

"Bianca, sudah cukup."

Bianca Ye mengangguk, "Hm, kamu sudah menyajikan makanan. Kamu boleh turun."

"Aku lapar. Aku juga ingin makan."

Yunardi Mu duduk lalu memakan sepotong iga babi.

"Tapi sekarang kamu adalah seorang karyawan. Tolong ingat identitasmu."

Yunardi Mu menggoyangkan jarinya, "Salah. Sekarang aku sudah selesai bekerja. Aku adalah temanmu, tentu saja aku boleh duduk."

"Huh, kamu menikmati milik orang lain."

"Ini adalah hasil kerjaku, tentu saja aku boleh makan. Ditambah lagi, kalian memesan makanan ini. Kalian tidak akan mampu menghabiskannya, kalau tersisa akan sia-sia"

Yunardi Mu menampakkan wajah seperti sudah terbiasa, lalu mengambil beberapa potong makanan dan memberinya ke Vanny, menyuruh wanita itu makan.

Melihat pria itu di depannya, Vanny tampak pasrah.

Melihat wajah Yunardi Mu yang seperti pesuruh, ekspresi Bianca Ye tampak tak suka, sedangkan Ani Xie tertawa lalu menuangkan wine untuk Yunardi Mu dan berkata: "Kamu sudah bekerja keras. Ayo minum!"

Yunardi Mu menerima gelas tersebut, sambil tertawa berkata: "Adik ipar memang yang paling mengerti."

"Aku serius. Sampai kapan kalian ingin bermain seperti ini?"

"Bermain? Apanya yang bermain? Kami di sini hidup dengan kerja keras. Kami mengandalkan kemampuan kami untuk sesuap nasi, bukankah itu bagus sekali?"

"Ya benar sekali, tapi kamu tidak boleh seperti ini selamanya. Jangan lupa, Vanny akan segera lulus, kamu harus kembali untuk menghadiri acara kelulusannya."

"Ketika kami harus muncul, tentu saja kami akan kembali."

Melihat Yunardi Mu tak henti-hentinya bicara, Bianca Ye tampak tak puas dan berkata: "Halo, ini masalah Vanny. Harusnya Vanny yang memutuskan. Kenapa kamu yang menjawab?"

"Karena Vanny berpikir seperti itu. Ya kan, Vanny?"

Novel Terkait

Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu