Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 348 Tidak Disangka, Semuanya Hanya Karena Melihatmu Sebentar (2)

Pernyataan yang tiba-tiba itu membuat Yolanda Duan mematung. Yolanda Duan menatap pria di depannya dengan bingung, masih belum bisa mencerna hal ini.

Hari ini, Yolanda Duan baru saja menerima kondisi yang membuatnya marah. Teringat Evardo Ye, membuat Yolanda Duan bergetar. Sekarang pria itu sudah menemukan orang yang bisa menemani hingga akhir, hanya tersisa dirinya sendiri.

"Arnold, aku..."

"Tidak apa, kamu boleh mempertimbangkannya. Aku bisa menunggumu." Karena takut Yolanda Duan menolak, Arnold Bai buru-buru berkata, tapi mata Arnold Bai yang terlihat terluka masih belum berpindah dari mata Yolanda Duan.

Ada penyesalan di hati Yolanda Duan. Dia menyukai seseorang, mencintai tapi tidak mendapatkan orang itu. Yolanda Duan paham perasaan itu lebih dari siapapun, hari ini Yolanda Duan malah menyakiti pria ini...

Mungkin seumur hidupnya Yolanda Duan tidak akan mendapatkan kebahagiaan. Menerima siapa dan bersama siapa apa hubungannya?

Yolanda Duan tersenyum, menyembunyikan perasaan sebenarnya lalu menggenggam tangan Arnold Bai yang sudah akan mundur, "Aku menerimamu."

"Apa?"

Arnold Bai merasa ini tidak mungkin. Pria itu terbelalak menatap orang di depannya, lalu tersenyum lebar, "Yolanda, kamu bilang apa?"

"Aku bilang, aku menerimamu." Yolanda Duan menjawab pelan. Menekankan dengan jelas kata per kata.

"Kamu menerimaku?"

Arnold Bai masih merasa tidak berani percaya, mengeluarkan cincin di dalam kotak lalu memasukkan cincin ke jari manis Yolanda Duan, berdiri dan memeluk Yolanda Duan.

Yolanda Duan tidak menyangka Arnold Bai akan sesemangat ini. Yolanda Duan mengangkat tangannya lalu mengelus punggung Arnold Bai.

Arnold Bai memeluk Yolanda sambil berbicara tak beraturan, "Yolanda, aku tidak menyangka kamu akan menerimanya secepat ini. Sungguh. Aku senang sekali!"

"Kamu sungguh menyukaiku sampai sebegitunya?" Saat itu hati Yolanda Duan kosong melompong, Yolanda Duan tidak begitu merasakan kebahagiaan. Walaupun ada seseorang yang menyukainya adalah hal yang menyenangkan, tapi saat ini seluruh isi kepalanya diisi oleh pria lain.

"Mungkin kamu tidak percaya, dari pertama kali bertemu aku telah memusatkan pikiranku padamu. Perasaan sejenis itu... aku juga tidak tahu. Mungkin orang-orang menyebutnya cinta pada pandangan pertama."

Arnold Bai tidak henti-hentinya bicara di samping telinga Yolanda Duan. Yolanda Duan mendengar cukup lama, memaksa dirinya sendiri tidak lagi memikirkan Evardo Ye dan wanita itu, tanpa sadar tangan Yolanda Duan membalas pelukan Arnold Bai.

Merasakan balasan dari Yolanda Duan, tubuh Arnold Bai berhenti, lalu setelahnya kembali memeluk Yolanda Duan dengan erat.

Di Hotel Spring.

Evardo Ye duduk di atas sofa, wine di tangannya mengalir masuk dengan lancar, tiba-tiba hatinya merasa nyeri. Jari jemari Evardo Ye mengendur, gelas wine di tangan jatuh ke lantai.

"Prang--"

Gelas wine pecah menjadi beberapa bagian, pecahan tersebar di kaki Evardo Ye, menggoreskan luka yang cukup panjang.

Evardo Ye mengerutkan alisnya, tidak ada waktu memikirkan kakinya. Tangan Evardo Ye memegang dada, rasa nyeri itu membuat Evardo Ye sulit bernapas.

"Kak Evardo!"

Yanti Duan keluar dari dapur, melihat Evardo Ye berbaring di atas kasur, wanita itu berteriak.

Tadi Yanti Duan pergi untuk mencuci gelas, kenapa dalam waktu singkat pria ini menjadi begini?

Setelah kembali ke hotel dengan Evardo Ye, di tengah perjalanan Yanti Duan kembali ke rumahnya sendiri, hatinya merasa tidak rela melepaskan Evardo Ye lalu langsung pergi kembali kemari.

Begitu masuk ke dalam, Evardo Ye sudah duduk di sofa sambil meminum alkohol. Yanti Duan duduk di samping Evardo Ye dengan bosan, lalu bangkit pergi ke dapur untuk mencuci gelas. Hasilnya, begitu Yanti Duan sampai di dapur, wanita itu mendengar suara pecahan dari ruang tamu dan buru-buru ke ruang tamu untuk melihat, hasilnya malah seperti ini.

"Kak, ada apa? Kak Evardo." Yanti Duan memutar tubuhnya menelpon pelayan untuk membawakan kotak obat-obatan kemari.

"Aku tidak apa." Evardo Ye berusaha keras berdiri. Melihat mata Yanti Duan berair, Evardo Ye semakin kesal lalu mendorong wanita itu dan kembali ke kamarnya sendiri.

Yanti Duan duduk di atas sofa dengan kedua mata yang berair. Menunggu bel pintu berdering, baru Yanti Duan menghapus air mata dan membuka pintu.

Pelayan berdiri di depan pintu, bertanya dengan hormat, "Apakah nona yang membutuhkan kotak obat?"

"Hm."

Yanti Duan menerima kotak obat tersebut lalu menutup pintu.

Yanti Duan berlari ke arah pintu kamar Evardo Ye, "Kak Evardo, bagaimana keadaanmu? Aku membawakan kotak obat, aku bantu untuk membalut luka, ya?"

Yanti Duan menunggu cukup lama, tidak ada jawaban, lalu Yanti Duan kembali mengetuk pintu dan mengucapkan hal yang sama lagi. Ketika sudah sampai ke enam kali, Evardo Ye tidak tahan, lalu keluar dan membukakan pintu.

Di dalam kamar sangat gelap. Evardo Ye duduk di atas kepala ranjang sambil merokok. Partikel dari rokok yang bercahaya terbang di udara. Evardo Ye melihat Yanti Duan dengan penuh pesona.

Evardo Ye memanggil Yanti Duan dengan jarinya, lalu Yanti Duan dengan patuh menghampiri, "Kak Evardo, aku..."

Belum sempat bicara, Evardo Ye langsung memeluk Yanti Duan, "Jangan bicara, biarkan aku memeluk."

Rasa nyeri di hati Evardo Ye tiba-tiba muncul dan di kepalanya hanya ada wajah Yolanda Duan yang tersenyum. Evardo Ye merokok untuk membuat dirinya tenang, tapi malah semakin merokok semakin dirinya sulit mengontrol kerinduannya akan Yolanda Duan.

"Yolanda, kamu sedang menyalahkanku, kan?" Evardo Ye seperti sedang berpikir.

Evardo Ye mencari orang untuk menggantikan Yolanda Duan. Yolanda Duan pasti menyalahkan Evardo Ye, menyalahkannya karena mengkhianati perasaan mereka berdua.

Di dalam kamar, selain suara napas mereka berdua, yang lainnya hanya ada keheningan. Yanti Duan tidak bisa bernapas di bawah tekanan. Yanti Duan menahannya tapi tak tahan untuk tidak bertanya, "Kak Evardo, luka di tubuhmu...?"

Mendengar suara Yanti Duan, Evardo Ye melepas pelukannya, "Aku tidak apa. Sudah malam. Kamu pulanglah."

"Aku menyuruh orang untuk mengantarmu."

Evardo Ye mengambil ponsel, menelpon seseorang, lalu berkata beberapa kalimat pada orang di sebrang, mendapat persetujuan orang tersebut, Evardo Ye memutuskan panggilan.

"Kak Evardo, aku tidak akan pergi." Yanti Duan tidak dapat menutup mulutnya. Tadi Evardo Ye menyuruhnya untuk tidak bicara, tapi Yanti Duan malah bicara. Sekarang sudah tidak memeluknya dan malah menyuruhnya pergi...

"Kalau tidak pergi, kamu mau tidur di mana?" Evardo Ye memasukkan puntung rokok ke asbak. Berdiri lalu membersihkan debu rokok di tubuhnya, "Kamar di hotel ini sudah dipenuhi oleh orang dari perusahaan ku, tidak ada kamar yang tersisa."

"Tidak. Aku tidak selemah itu. Aku juga bisa tidur di sofa." Tatapan Yanti Duan mengarah ke ruang tamu, di luar lampu menyala, mereka bisa melihatnya dengan jelas.

Evardo Ye mengernyit, "Tidak bisa. Kalau kita berada di kamar yang sama, kita bisa digosipkan orang lain."

"Aku tidak takut!"

"Sembarangan!" Evardo Ye berteriak, "Kamu gadis kecil, bagaimana bisa tidak memikirkan reputasi."

Mendengar ada nada marah di suara Evardo Ye, dengan suara pelan Yanti Duan menjawab, "Tapi aku sudah menjadi milikmu."

Evardo Ye mematung, tidak menyangka Yanti Duan bisa mengucapkan ucapan itu, membuat Evardo Ye tak bisa berkata apa-apa.

Beberapa lama kemudian, Evardo Ye melepaskan tangannya dengan lemas, "Aku paham maksud ucapanmu, tapi Yanti, hatiku masih tidak bisa melupakan Yolanda. Tidak adil rasanya jika aku bersamamu."

"Aku tidak peduli. Anggaplah bahwa di hatimu masih ada kak Yolanda, tapi selama aku bersamamu, suatu hari nanti kamu akan tersentuh olehku."

Yanti Duan membalikkan tubuhnya lalu memeluk pinggang Evardo Ye, bicara dengan sangat lembut, "Aku hanya perlu selalu menemani kakak."

"Hah..."

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu