Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 334 Kita Cuma Mau Bermain Saja (2)

Semua orang beberapa hari ini sangat kelelahan, setiap hari jam 2-3 pagi baru tidur, kekurangan tidur jadi saat sampai di ranjang langsung tertidur pulas.

Dan di saat Evardo Ye tertidur pulas, Yolanda Duan bersama timnya sedang berperang hebat di perbatasan Myanmar.

“Bos, di depan kita adalah sungai Mekong, kita harus mencari cara melewatinya.” Linardi merayap di sebelau Yolanda Duan.

Yolanda Duan menahan luka di bahunya, “Sudah tidak sempat, Leo dan Jefri mengalami luka berat tidak bisa jalan jauh, di belakang masih ada musuh yang mengejar, kalau memang begitu, ya sudah kita lawan mereka semua disini saja.”

“Baik,” Kedua mata Linardi menunjukan cahaya api yang membara.

“Kamu sudah menghubungi tim kita belum?” Yolanda Duan bertanya padanya.

“Aku sudah melemparkan 2 sinyal, tapi pohon disini begitu dalam dan terpencil tidak tahu apakah mereka bisa melihatnya atau tidak.”

Yolanda Duan memuntahkan darah segar, “Sialan, mau memberikan mereka jalan hidup, tapi mereka masih ngotot cari mati, memangnya mereka kira kita Herbivora? Yang lainnya, ayo bersiap untuk bertarung.”

“Baik, tuan.”

“Leo Jefri, kalian berdua jangan memaksakan diri, sembunyi dengan baik sudah sama dengan menyelesaikan misi.” Yolanda Duan sambil mengisi peluru ke dalam pistol sambil memberi bawahannya arahan.

Tubuh Leo dan Jefri semua penuh dengan luka, walaupun tidak terima dengan arahan ini, tapi mereka tahu saat ini mereka tidak bisa membuat repot ketuanya, jadi dengan menggertakan gigi berkata, “Kami mengerti.”

“Semuanya berpencar. Nanti dengar aba-abaku, tunggu mereka mendekat kita baru bergerak, dan setelah bergerak jangan sampai luluh dan ringan tangan, hajar saja.”

“Baik.”

Yolanda Duan awalnya berencana setelah menyelamatkan timnya langsung pergi dari sana, dan tidak akan bertarung, tapi pihak sana tidak melepaskan mereka, terus mengejar mereka, seolah mereka telah mencuri beberapa emas murni milik mereka, jadi kalau memang begitu, jangan salahkam dia kalau tidak akan sungkan lagi.

Dengan segera, lebih dari selusin orang diam-diam menghilang di dalam hutan lebat, dan bahkan angin terasa ikut berhenti.

Beberapa menit kemudian, suara dedaunan bergetar, Yolanda Duan bersembunyi di pohon besar, mengawasi semua arah dan mendengarkan semua arah, Akhirnya, puluhan orang muncul di tatapannya, semuanya membawa senapan mesin berat. Di garis depan adalah ketuanya, dengan banyak pengalaman di hutan hujan tropis, mereka terus melihat keseliling.

Yolanda Duan mengambil 120 ribu roh kekuatan, menunggu mereka berjalan sedikit ke pengepungan, dan kemudian belajar memanggil dengan panggilan burung.

Setelah itu, ada teriakan yang tak ada habisnya dari dalam hutan. Menengok ke belakang, ada teman yang entah ditembak melalui tenggorokan atau di tusuk hingga ke jantung, tetapi di sisi lain posisi timnya tidak terlihat, dan suasana seketika menjadi kacau.

Seperti pencuri yang sedang mencuri raja, dan Yolanda Duan membidik salah satu pemimpin, dia menarik pelatuk tanpa ragu-ragu. Dengan keras, tubuh pemimpin itu jatuh ke tanah.

Meskipun mereka yang datang berasal dari tentara bayaran, tentu memiliki perbedaan kualitas, dan yang Yolanda Duan bawa semuanya lebih hebat dan elit dari tentara bayaran. Dengan satu perintah, lebih dari 30 orang semuanya jatuh terbaring seperti tahu.

Setelah pertempuran berakhir, Yolanda Duan melompat dari pohon, dan kawan-kawan tersembunyi lainnya juga muncul satu demi satu. Linardi berkata dengan jijik, “Aku pikir mereka sangat kuat, mengejar kita selama dua hari. Kalau tahu level mereka seperti ini kita seharusnya langsung menyelesaikannya kemarin saja.”

“Kita bukan dukun, yang bisa menebak dan yakin dengan tebakan.” Yolanda Duan berkata padanya, “Ya sudah, ayo pergi, cari area luas dan kirim sinyal suara lagi. Leo dan Jefri terluka parah, kita tidak bisa menunda waktu lebih lama lagi.”

“Baik.”

Yolanda Duan baru saja berbalik, melirik sebuah sinar logam hitam yang berkedip, setelah dilihat dengan cermat, jari laki-laki itu terikat dengan cincin...

“Tiarap,” Teriak Yolanda Duan, lalu dengan cepat pergi menekan tubuh Linardi yang lebih dekat dengan granat...

“Peng--” Suara ledakan yang besar meledak di telinganya, dia merasa hutan saat ini ikut bergetar.

2 menit kemudian, semuanya terbangun dari ketidak sadaran sementara mereka, Linardi berbalik melihatnya, Yolanda Duan menutup kedua matanya, dan kedua telinganya mengeluarkan darah segar.

“Bos, bos.” Linardi dengan panik berteriak, beberapa teman yang sudah sadar lainnya ikut mengelilinginya, “Bos!”

Yolanda Duan terbangun karena panggilan Linardi, dengan kepala pusing membuka mata, melihat semua wajah timnya penuh dengan lumpur, dan telinganya hanya ada suara raungan.

Gendang telinganya sepertinya rusak, Yolanda Duan dalam hati berpikir, lalu membuka mulut berkata, “Aku tidak apa-apa,” lalu jatuh pingsan lagi.

“Bos!” Linardi terkejut, lalu mendukungnya, “Ayo pergi, kita harus cepat sampai di tepi sungai.”

Tidak tahu sudah tidu berapa lama, saat Yolanda Duan terbangun lagi, dia sudah terbangun di dalam rumah sakit, dan di telinganya tidak ada suara sedikitpun.

Linardi melihatnya langsung menghampirinya, bibirnya bergerak tidak tahu mengatakan apa, karena Yolanda Duan tidak bisa mendengarnya.

Gawatlah, dia mungkinkah kehilangan pendengarannya.

Setelah Linardi bersuara, orang lain di luar langsung masuk ke dalam,mereka semua adalah anggota timnya, termasuk Leo dan Jefri, mereka semua saling mengeluarkan suara, Yolanda Duan yang melihatnya pusing, dan dia tiba-tiba merasa tidak bisa mendengar adalah sesuatu yang baik.

Linardi mengeluarkan hp lalu mengetik beberapa kata disana, Yolanda Duan melihatnya, disana tertulis, dokter bilang kamu hanya sementara ini tidak bisa mendengar, setelah beberapa hari nanti akan membaik lagi.

Yolanda Duan menganggukan kepala menjawab kalau dia tahu.

Linardi lagi-lagi menuliskan beberapa kata untuknya, bos, bagian mana lagi yang tidak nyaman?

Yolanda Duan menggelengkan kepala.

Linardi melihat wajahnya yang kelelahan, berkata pada yang lainnya, “Sudah sudah yang lainnya keluar dulu saja, bos mau istirahat.”

Ruang rawatnya lagi-lagi kosong, hanya tersisa Linardi seorang.

Yolanda Duan memiringkan kepala melihat keluar jendela, di luar ada pohon sakura, dan saat ini semua bunga sakuranya sudah mekar, cantik sekali.

Novel Terkait

Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu