Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 241 Berselisihan, Melewatkan Kesempatan Baik (3)

Di perjalanan pergi ke kamar mandi, dia melewati kamar, 8119, 8120...Sepertinya susunan angka kamar dimulai dari sana.

Dipemikiran orang cina, angka 4 adalah angka yang tidak bagus, maka dari itu banyak hotel ataupun hostel langsung mengubah 4 menjadi angka 5, begitu juga hotel Hongyun ini.

Kembali ke mobil, Javier Mu memberi tahu semua informasi yang dia dapat.

Ericko Ye melihat setiap jendela di lantai 4, 8508, seharusnya berada di kamar nomor 4, di depannya ada kamar 8510, dan saat ini, benar saja dari jendela kamar itu terlihat kalau lampu disana tengah hidup.

“Sekarang harus bagaimana?” Lisa Xiao masih sangat bersemangat seperti tadi.

“Tunggu.” Ericko Ye hanya menjawab singkat. Tunggu hingga larut malam saat semuanya sudah tidur. Walaupun dirinya saat ini lebih bersemangat dari Lisa Xiao, dan rasanya ingin sekarang juga masuk menerobos ke dalam, tapi dirinya saat ini hanya bisa dengan tenang menunggu.

Brian Zhang melihat tidak jauh dari mereka ada sebuah rumah makan, lalu berkata pada Ericko Ye, “Bos, aku pergi beli makan untuk kalian ya.”

“Aku tidak lapar.” Ericko Ye dalam hati sedang memperhitungkan semuanya.

“Kamu sudah seharian belum makan, tidak peduli bagaimanapun kamu harus tetap makan walaupun sedikit.”

Javier Mu berkata dengan datar, “Kamu pergi belilah, nanti dia pasti akan memakannya.”

Brian Zhang masih agak takut dengannya, menjawab ya, lalu pergi ke mobil lainnya mengetuk jendela kaca, dan Farrel ikut dengannya pergi membeli nasi.

Setelah satu harian berlari kesana kemari, semuanya sedikitpun belum ada makan, walaupun badan mereka terbuat dari besi, tapi seharian tidak makan mereka tentu saja tidak bisa bertahan dan berada dalam keadaan fit menyerang lawan.

Seiring waktu berlalu, malam menjadi lebih dalam dan lebih gelap. Jendela-jendela hotel satu per satu menjadi gelap. Sekitar pukul dua belas, lampu 8508 dan 8510 padam satu demi satu.

Setelah lebih dari satu jam, Ericko Ye berkata dengan pelan, “Aku akan memanjat jendela terlebih dahulu untuk melihat, dan ini akan menghemat energiku.”

Meskipun dia bergerak instan dan hanya melewati dinding, tapi dia hanya bisa menggunakannya hingga tiga kali saja tidak bisa lebih.

Lisa Xiao tiba-tiba memiliki semangat membara dan mengangguk, Iya, kamu pergi dan tenang saja.”

Ericko Ye berbalik dan melototinya, dia kenapa mendengar perkataannya merasa kata-katanya seperti mengatakan kalau dia bisa pergi tapi tak bisa kembali. Turun dari mobil, dia sampai di depan hotel.

Malam di daerah kecil ini sangat sunyi, hanya ada suara gemericik air di kegelapan, suara angin merintih, dan suara serangga nyaring yang terus-menerus berbunyi. Lampu di jalan redup, dan tidak ada mobil yang melewati jalanan.

Ericko Ye berdiri di luar hotel untuk sementara waktu, dan tubuhnya perlahan melayang.

Lisa Xiao di dalam mobil meraih tangan Javier Mu dengan gembira, “Ya Tuhan, dia terbang, dia terbang.”

Javier Mu juga melihat adegan semacam ini untuk pertama kalinya, dan kurang lebih terkejut seperti Lisa Xiao.Ini persis seperti keterampilan seorang laki-laki dalam film seni bela diri.

“Ya Tuhan, ini sungguh luar biasa.” Lisa Xiao menatap sosok hitam yang terbang ke lantai empat dan berkata pada dirinya sendiri, “Jika ada yang melihat adegan ini sekarang, mereka pasti akan berpikir kalau mereka telah melihat hantu dan akan jatuh pingsan.”

Javier Mu menganggukan kepala, “Ya aku juga merasa begitu.”

Coba dipikir, di tengah malam, seseorang bertubuh gelap terbang melayang di sekitar hotel lantai 4, dan dia juga pergi merayap di dinding, ini sungguh terlihat seperti adegan di film horor.

“Eh, dia menghilang.” Lisa Xiao mengerjapkan matanya, bayangan gelap di lantai 4 sungguh menghilang, dia lalu terkejut dan bertanya pada Javier Mu, “Jadi ini yang kamu katakan dengan bergerak instan?”

Javier Mu membuka mulutnya, “Harusnya ya.”

“Wah luar biasa, kalau ada waktu, aku ingin menyuruh Ericko menampilkannya padaku, tapi tidak tahu sih dianya mau atau tidak.”

Javier Mu mengetuk kepalanya, “Kamu terlalu berpikir banyak, Ericko hanya akan menunjukan lubang hidungnya sebagai bentuk jawabannya untukmu.”

“Ya benar juga.”

Di hotel.

Ericko Ye memanfaatkan cahaya bulan melihat orang yang di kamar 8508 dan 8510 ternyata bukanlah orang yang dia cari, lalu tubuhnya berpindah, datang ke kamar 8511.

Ini adalah kamar standar, dan cahayanya sangat redup. Ericko Ye masih melihat ada satu tempat tidur kosong, dan orang lain sedang berbaring di tempat tidur lainnya.

Ericko Ye berjalan diam-diam, di bawah sinar bulan yang redup, sebuah topeng perak diletakkan di atas meja samping tempat tidur, dan jantungnya melonjak. Apakah ini orang yang memakai topeng itu?

Rasa ingin tahu yang besar membuatnya ingin melihat wajah orang yang tidur itu dengan jelas, satu langkah, dua langkah, tiga langkah...

Saat dia hendak melihat wajahnya, orang di tempat tidur itu membuka matanya, dan Ericko Ye menghilang dari sana.

Laki-laki itu dengan mata elangnya menatap ke suatu tempat dalam kegelapan, tidurnya sangat tidak nyenyak dan intuisinya sangat tajam. Begitu ada orang yang menatapnya, dia bisa langsung merasakannya.

Siapa yang ada di sini tadi? Gavin berkata dalam hatinya.

Di udara berbekas bau orang asing, walaupun sangat tipis, tapi dia masih bisa menciumnya.

Dia tiba tiba teringat dengan laki-laki yang pernah muncul di vilanya, dalam hatinya penuh was-was, mengambil topengnya dan memakainya keluar dari kamar.

Ericko Ye di saat Gavin membuka matanya langsung berpindah di kamar sebelahnya 8509.

Di telinganya terdengar deru nafas 3 orang, 2 orang dewasa, 1 anak kecil.

Christy Mu dan anaknya ada di kamar ini, tidak mungkin salah.

Ericko Ye mendekati kasur yang dekat dengan jendela, bukan Christy Mu. Dia menghampiri kasur yang berada paling dalam, orang yang selama ini selalu ada dipikirannya itu sedang tertidur sambil memeluk anaknya.

Perasaan hatinya melonjak.

Ericko Ye menutup mulutnya dengan pelan, lalu berbisik di telinganya, “Christy bangun, Christy bangun.”

Mungkin karena demi menjaga anaknya, tidur Christy Mu juga tidak nyenyak, mendengar suara, dia langsung membuka kedua mata dengan perlahan, dan sebuah wajah yang familiar mendekati wajahnya.

Dia hampir saja berteriak, untungnya Ericko Ye telah menutup mulutnya.

“Jangan bersuara, aku akan membawamu pergi.” Ucap Ericko Ye dengan suara kecil.

Christy Mu penuh semangat menganggukan kepala, dan di saat ini, dari luar terdengar suara ketukan pintu yang besar dan teriakan keras, “Semuanya bangun jangan tidur lagi.”

Alisa mendengar suara panggilan bosnya, melihat dan di sebelahnya tak terduga ada sebuah bayangan hitam berdiri disana.

“Siapa kamu!” Alisa berteriak, dan tidak peduli dengan tubuhnya yang tidak memakai baju, langsung bergerak dan bergelut dengan Ericko Ye.

Suara gelutan mereka mengundang kekhawatiran orang luar, ketokan pintu dari luar semakin besar.

Alisa sebelumnya pernah menjalani pelatihan, gerakan tangannya sangat lincah dan tangkas, setelah bergelut beberapa saat, Ericko Ye merasa dia tidak bisa terus menerus menahannya.

Christy Mu mendengarkan Gavin yang hendak menerobos pintu, dan dia mulai cemas, tidak peduli mau terluka atau tidak, dia bergegas menimpa tubuh Alisa dan mendorongnya ke ranjang, Alisa memberinya pukulan di punggung, menekannya di bawah tubuhnya, dan melangkah maju untuk melawan Ericko Ye, tetapi Christy Mu memeluk pinggangnya dengan erat dan membuatnya tidak bisa bergerak sama sekali.

“Pergi dan bawa anak kita, cepat,” teriak Christy Mu.

“Aku ingin kamu ikut bersamaku juga,” Ericko Ye berkata dengan marah.

“Kamu tenang dulu, bawa anak kita pergi dulu, aku akan baik-baik saja.”

Suara Ericko Ye terdengar memohon, “Christy--”

“Cepat pergi, kalau tidak kita semua tidak akan bisa pergi.”

Alisa masih melawan, tinjuannya terus melayang di tubuh Christy Mu, tetapi Christy Mu masih tidak melepaskannya.

Ericko Ye mengambil pistol di pinggangnya, ingin mengakhiri hidup Alisa, tapi di saat ini, pintu “Bruk” di tendang hingga terbuka...

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu