Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 195 Mabuk, Topengnya Akan Terbongkar (2)

Gilbert Nan mengeluh dan menghempaskan nafasnya, "Sepertinya Ericko bergosip tentangku kepadamu, barulah membuat Nona Edelyn begitu salah paham terhadapku.." Sekali berkata seperti begini, Gilbert mengeluarkan sebuah kartu nama, "Aku Gilbert masih termasuk kuat di kota A, jika Nona Edelyn bertemu masalah, kamu boleh datang mencariku, aku pasti akan membantumu."

"Tidak perlu." Christy tidak bergerak, dia tidak menerima kartu nama Gilbert.

Gilbert mengerakkan kartu namanya dengan canggung, dia lalu mengembalikannya kedalam dompetnya, ketika akan berkata, Evan datang dan melihat Gilbert, dia awalnya hanya mengira itu adalah keturunan orang kaya mana yang datang untuk menggoda, dia tidak mempedulikannya, dan berkata kepada Christy, "Sepanjang jalan ini terlalu macet, ayo, aku sudah lapar sekali."

Christy tersenyum, dan berjalan kearah restoran hotpot bersama Evan.

"Nona Edelyn memang hebat, lelaki ini kelihatannya lebih kuat daripada Ericko." Kata Gilbert dari belakang.

Christy akhirnya marah, langkahnya terhenti sejenak.

"Edelyn, kalian kenal?" Evan berhenti, dia berjalan dibelakang Christy, jadi ketika Gilbert berkata seperti begini, dia kebetulan baru saja lewat disamping Gilbert.

Christy berbalik badan, dia tersenyum, "Aku tidak mengenalnya, kakak, ayo kita cepat naik, aku juga sangatlah lapar."

Perkataan kakak membuat senyuman Gilbert terhenti, ekspresinya juga berubah menjadi canggung.

Evan sangat sopan dan menganggukkan kepalanya kepada Gilbert, perusahaan mereka masih mau berkembang di kota A, tidak baik untuk mengundang banyak musuh.

Gilbert juga tersenyum malu dan menganggukkan kepalanya, dia awalnya mengira mereka berdua.......ternyata.

Benar, ketika dia meneliti Edelyn, dan mengetahui bahwa dia mempunyai seorang kakak, waktu itu dia juga masih melihat fotonya, semua ini salah dirinya sendiri, dia melupakannya.

Christy naik kelantai atas bersama dengan Evan, mereka mencari sebuah pojok yang sepi dan memesan makanan.

"Kalian mau sedikit pedas atau pedas?" tanya pelayan.

"Super pedas." kata Evan.

Pelayan tersenyum dan menyarankan, "Tuan ini, super pedas kami sangatlah pedas."

"Benar, aku memang maunya sangat pedas."

"Baik." pelayan memberikan menu kepada mereka, sebelum pergi, pelayan masih melirik kearah Evan, mungkin saja ini pertama kalinya dia bertemu orang yang setampan dia dan begitu bisa makan pedas.

Kedua orang ini juga memesan banyak sayuran dan makanan, setelah menjadi sepi, barulah Evan bertanya kepadanya, "Siapakah lelaki tadi?"

"Gilbert Nan."

Evan mencari nama didalam otaknya, "Gilbert dari keluarga Nan?"

Christy menjawab, "Apakah ada keluarga Nan kedua di kota A?"

"Sepertinya kamu.......sangatlah menolak akan dia." Evan mencari kata yang terbilang halus.

"Haha, ceritanya panjang, aku bisa seperti begini hari ini juga ada jasa dari Gilbert."

Memang begitu, jika Gilbert tidak menemukan pacar bejadnya yang membeli malam pertamanya, tidak bersekongkol dengan Carina untuk menyembunyikan fakta, maka Ericko yang dulu juga tidak akan begitu membenci dirinya.

Dengan begitu, Gilbertlah orang pertama yang mendorongnya hingga kedalam neraka menyiksa seperti saat ini."

Evan melihat rasa dendam yang berada dalam tatapan Christy, dia hatinya kaget, dia tidak pernah melihat ada wanita yang mempunyai tatapan seperti begitu.

"Kenapa? Kamu terkejut?" Christy tersenyum, tatapan dendamnya hilang, menjadi sedikit tidak peduli.

"Tidak, aku hanya berpikir bahwa keluarga Nan begitu berkuasa di kota A, Ericko tidak mengundang mereka tadi malam, sepertinya hubungan mereka sangatlah tidak bagus."

"Tentu saja, Gilbert merebut istri Ericko, yaitu aku dari keluarga Ye dan menghilangkannya lagi, dan aku juga masih mengandung, hal seperti ini tidak akan pernah dilupakan oleh siapapun yang mengalaminya." Christy menggunakan nada bicara meledek untuk menceritakan hal ini, seolah hal ini sama sekali tidak berhubungan dengannya.

"wah, begitu dramatis." Evan kaget, "Pantas saja kamu begitu membenci Gilbert, bahkan melihatnya saja kamu juga tidak mau."

"Sudahlah jangan mengungkit bajingan itu lagi, kamu lihat dulu tas aku, aku mau pergi ke toilet dulu."

"Ok."

Christy baru saja pergi, teleponnya langsung berbunyi, Evan melihatnya dan tidak mempedulikannya, siapa sangka orang itu meneleponnya lagi.

Evan lalu melirik kearah toilet dan melihat Christy masih belum keluar, dia mengulurkan tangannya dan melihat orang yang menelepon itu, ternyata adalah Ericko.

Dijawab atau tidak?

Sudahlah, ini adalah privasi orang lain.

Ketika akan meletakkannya kembali, entah karena efek psikologi atau kenapa, Evan kembali mengambilnya dan mendengarnya.

"Mengapa baru mengangkatnya sekarang? Apa yang kamu sibukkan?" suara Ericko terdengar.

Evan tersenyum, dan berkata, "Direktur Ericko, aku adalah Evan."

Orang disisi sana jelas tercengang, setelah beberapa detik kemudian, dia lalu bertanya, "Mengapa kamu yang mengangkat teleponnya? Dimanakah Edelyn?"

"Dia pergi ke toilet, aku adalah kakaknya, mengapa aku tidak boleh mengangkat teleponnya?" Evan terlihat sengaja.

Ericko terselek, dan bertanya, "Kalian ada dimana?"

"Direktur Ericko, Edelyn tadi memberitahuku tentang dia pindah kerumahmu." Evan terhenti sejenak, "Sejujurnya aku tidaklah setuju."

"Pendapatmu tidaklah penting." kata Ericko.

"Oh? Benarkah?" Evan mengetuk meja, "Apakah kamu yakin pendapatku tidaklah penting?"

Ericko seolah menarik nafas dalam-dalam, "Baiklah, Evan, apa yang kamu inginkan?"

"Aku adalah kakak dari Edelyn, aku tentu saja ingin dia bahagia, senang." Sambil berkata, Evan melihat Christy mendekat, dia lalu menunjuk keaarh telepon, barulah Christy menyadari bahwa itu adalah teleponnya.

Mengapa Evan mengangkat telepon miliknya? Christy sedikit tidak senang, namun sekali dipikir ulang, sepertinya dia juga tidak punya rahasia dengan Evan, selain masa lalunya.

Dan sekarang yang bisa meneleponnya hanya ada Ericko.

Benar saja, Evan menunjukkan layarnya, dan terlihat tulisan nama Ericko, Christy tidak ingin menjawab panggilannya, dia mengisyaratkan Evan untuk melanjutkannya.

Ericko berkata, "Evan, aku tahu apa yang kamu khawatirkan, namun kekhawatiranmu tidak akan pernah terjadi."

"Semoga seperti perkataanmu, Edelyn sudah besar, dan mempunyai pemikirannya sendiri, aku juga tidak bisa mengurusnya algi, namun aku tidak ingin melihat orang lain melukainya. Tuan Ericko, aku tidak berharap kamu menjadi orang seperti itu, bagaimanapun juga kita juag masih harus bekerja sama."

Ericko disisi sana sudah marah besar, dia jelas tahu bahwa Edelyn adalah Christy, namun masih berlagak seolah adalah kakaknya, namun Ericko juga tidak boleh membongkarnya.

"Tentu saja, aku tentu saja tidak akan melukainya." kata Ericko sambil mengertakkan giginya.

"Baiklah kalau begitu." Evan melihat Christy menuangkan air seolah tidak ada apa-apa, sepertinya dia sama sekali tidak peduli dengan perbincangan telepon ini, Evan lalu berkata, "Tuan Ericko, sampai jumpa."

“Tunggu, kalian ada dimana?" setelah berlama-lamaan, Evan masih saja tidak memberitahunya dimana mereka berada.

"Oh, kami sedang makan, Edelyn mengatakan restoran hotpot ini enak sekali, ayo kita coba."

Ericko sering teringat, bahwa Evan suka makan pedas, dan Christy tidak makan pedas, pergi makan hotpot jelas bahwa Christy sengaja untuk menjaga Evan, Ericko sangat ingin bertanya dimana mereka makan, namun dia ingin bertanya dimana mereka makan, namun juga takut dirinya tahu dan akan mengejar kesana, lalu dia bertanya, "Dimanakah Edelyn? Masih belum keluar?"

Evan melihat orang yang sedang minum didepannya dan berkata, "Tidak."

"Setelah dia datang, tolong suruh dia balas teleponku."

"Ok, sampai jumpa."

Evan mengakhiri panggilan, dia memberikan hp kepada Christy, "Kamu tidak ingin mengangkat teleponnya?"

Christy mencibir, "Tidak ingin menjawab, setelah menjawab harus ngomong apa?"

Evan bertampang seolah mengerti, "Maaf, aku bukanlah sengaja untuk mengambil hpmu, aku lihat itu adalah Ericko barulah aku jawab, bagaimanapun juga aku juga harus mengekspresikan kemarahan dan ketidakpuasan seorang kakak."

"Dimengerti, jadi aku tidak ingin menghentikan aktingmu." kata Cristy becanda.

Sambil berkata, kuah hotpot dan sayuran sudah di serve, Cristy membantu Evan mengambil mangkok, setelah kuah hotpot mendidih mereka langsung mulai makan.

"Bagaimana rasanya?" tanya Cristy.

Evan sambil makan sambil memuji, "sangat enak, pedas dan tidak bosan, sungguh enak."

"Astaga, kamu adalah orang yang paling tidak takut pedas yang aku temui." Cristy melototkan matanya, dia sama sekali tidak berani menyentuh kuah pedas, jka tidak dandanan hari ini akan hancur.

Evan bekata, "Ini baru seberapa, aku ada beberapa teman yang suka makan, mereka lebih hebat daripada aku."

Cristy mengancungkan jempolnya, "Hebat!"

"Mau minum beer atau tidak?" saran Evan.

Cristy melototkan kedua matanya, "Kamu masih minum beer?"

Evan bingung, "Mengapa aku tidak boleh minum?"

"Kalian ini para keturunan orang kaya, apakah kalian semua minum wine?"

Novel Terkait

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu