Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 326 Mengikuti Hati Sendiri Untuk Mencintai Seseorang (1)

Hatinya sangat khawatir. Hanya bertanya satu pertanyaan saja sudah membuat Yolanda Duan marah, bagaimana dia bisa memberitahu berita menghebohkan itu pada Yolanda Duan? Dia pasti akan langsung dijauhi oleh wanita itu.

Saat makan malam, Evardo Ye melihat Yolanda Duan tidak senang, demi menghibur wanita itu, dia berkata, "Aku ceritakan cerita lucu saat aku masih di sekolah ya."

Yolanda Duan minum sup dengan tidak bersemangat, hanya menjawab 'ok' saja.

"Saat aku kuliah tingkat dua, aku membangun sebuah perusahaan game. Karena sering berada di luar, jadi ada beberapa mata pelajaran yang tidak bisa aku ikuti dengan baik. Ada sekali ulangan, aku sudah datang dari awal. Melihat anak muda yang duduk di samping, aku pun mendekatkan diri dengannya, aku bilang, teman, nanti saat ulangan pinjamkan aku jawabanmu. Dia menoleh menatapku, tidak bicara, aku pun menganggap dia setuju. Beberapa menit kemudian, bel berbunyi, tapi tidak disangka anak muda itu langsung naik ke podium ..."

Melihat Evardo Ye terdiam, Yolanda Duan tiba-tiba tertarik dan bertanya, "Untuk apa?"

Evardo Ye tersenyum pahit, "Membagikan ulangan, dia adalah guru pengawas kita."

"Hahaha ..." Yolanda Duan tertawa besar, perasaan kesalnya lenyap bagaikan angin, "Lalu?"

"Nilaiku dijadikan tidak lulus oleh dia." Evardo mengangkat bahu, "Itu adalah pertama kalinya nilaiku tidak lulus selama aku sekolah. Sedangkan di ulangan itu, dia sengaja duduk di sampingku. Aku pun tidak bisa mengecek jawaban dengan ponsel. Pengalaman kali itu benar-benar sangat membekas di hati."

"Tidak terpikir kamu masih ada saat seperti itu."

"Aku juga tidak terpikir kalau dia adalah guru. Kelihatannya masih lumayan muda." melihat Yolanda Duan senang, Evardo Ye juga jadi jauh lebih senang. Dia menambahkan satu mangkuk sup lagi kepada wanita itu, "Minum lagi, ini adalah sup yang aku sengaja suruh buatkan. Bagus untuk menambah darah."

"Aku sudah minum satu mangkuk besar." Yolanda Duan mengerucutkan bibir.

"Yang patuh, minum lagi, biar cepat sembuh."

Yolanda Duan meleleh karena mendengar kata 'yang patuh' dari Evardo Ye, dia pun terus minum.

Evardo Ye tersenyum. Akhirnya tesenyum juga.

Di bawah penjagaan serius Evardo Ye, Yolanda Duan pulih dengan cepat. Wajah yang pucat juga sudah mulai segar. Sedangkan Evardo Ye sudah bisa berlari tidak ada bedanya dari orang normal.

Sore ini, Evardo Ye datang membawa dua kantong besar, mengetuk pintu, tapi tidak ada suara di dalam.

"Ketua sedang tidur sore, ada perlu apa?" Linardi tidak tahu muncul darimana.

Evardo Ye menggoyang-goyangkan dua kantong yang ada di tangannya, "Aku membawakan beberapa baju ganti padanya. Tidak boleh terus memakai baju pasien bukan."

"Oh, kalau begitu kamu masuk duluan saja. Tapi harus mengecilkan suara." selesai berkata, Linardi membalikkan badan lalu masuk ke kamar pasien.

Jendela di kamar pasien tertutup tirai, cahaya yang ada sangat sedikit. Yolanda Duan tidur menghadap samping di bawah selimut. Dulu wanita itu selalu tidur berbaring, tapi karena punggungnya terluka, tidur menghadap samping adalah kebiasaan akhir-akhir ini.

Evardo Ye menaruh baju di atas sofa, berjalan ke samping ranjang lalu duduk dan menatap Yolanda Duan dalam diam.

Wajah Yolanda Duan jauh lebih segar dari beberapa hari yang lalu, tapi sedang mengerutkan kening, tidak tahu sedang memimpikan apa.

Evardo Ye mencium dahi Yolanda Duan, tapi saat berdiri, dia menyadari mata wanita itu sudah membuka mata, dan sudah ada pistol yang terarah ke dadanya.

"Kenapa saat kamu masuk tidak ada suara." Yolanda Duan memasukkan pistol ke bawah selimut dan suara bertanya dengan suara yang jauh lebih lembut.

"Linardi bilang kamu sudah tidur, jadi aku tidak mau mengganggumu." ekspresi Evardo Ye tidak berubah sedikitpun, tapi hatinya malah sangat kasihan pada wanita itu. Bahkan saat wanita itu tidur pun tidak bisa tenang.

Yolanda Duan mengucek mata dan tersenyum, "Tidak membuatmu terkejut bukan."

Evardo Ye merapikan rambut-rambut yang terletak di dahinya lalu berkata lembut, "Di dunia ini yang paling aku takutkan adalah kamu meninggalkanku. Masalah lain aku tidak takut."

Mata Yolanda Duan menghangat lalu masuk lagi ke dalam selimut, "Aku masih ingin tidur."

"Kamu tidur saja, aku ingin menemanimu di sini."

Yolanda Duan ragu sebentar lalu menepuk ranjang di sebelahnya, "Kamu ngantuk tidak? Kalau ngantuk, tidur sebentar sini."

Evardo Ye terkejut selama dua detik, lalu melepaskan baju luaran dan sepatunya, masuk ke dalam selimut, berbaring berhadapan dengan Yolanda Duan. Melihat wajah wanita itu yang memerah, lalu berkata dengan suara yang bisa didengar oleh mereka berdua, "Kebetulan aku juga ngantuk."

Yolanda Duan memejamkan mata, dan bibirnya tanpa bisa ditahan tersungging sebuah senyuman.

Mungkin karena jarak yang terlalu dekat, dekat hingga bisa mendengar detak jantung mereka yang berdegup kencang. Evardo Ye terpancing oleh napas Yolanda Duan, dia menatap lurus bibir wanita itu, lalu berkata dengan suara penuh godaan, "Yolanda, aku ingin menciummu."

Yolanda Duan langsung membuka mata dan matanya penuh dengan penolakan. Baru saja ingin mengatakan "tidak boleh", bibirnya sudah dicium oleh Evardo Ye.

Seperti bulu yang mengelitiki hati, terasa sangat nyaman. Yolanda Duan menatap sepasang mata itu, dan didalamnya semuanya adalah bayangan dirinya. Dia pun menutup mata.

Evardo Ye melihat wanita itu menyetujui dan segera memperdalam ciuman. Dia sudah memikirkan wanita itu sangat lama, bagaimana mungkin hanya mencoba lalu melepaskannya? Lidahnya masuk ke dalam mulut wanita itu, dan beradu dengan lidah wanita itu. Dia lapar dan juga ingin segera mencicipi rasa wanita itu ....

Dua orang dewasa, juga mempunyai perasaan pada masing-masing. Ketika bertemu seperti ada kembang api.

Lembut seperti air, liar dan berwibawa.

Evardo Ye menarik pinggang wanita itu. Seperti ingin menarik wanita itu masuk ke dalam dirinya, tangannya tanpa bisa ditahan masuk ke dalam tubuh wanita itu, lalu dengan gila merasakan kelembutan dan kehangatannya ...

Sampai Yolanda Duan merasakan ada sesuatu yang berada di antara pahanya, dia baru tersadar dan segera mencubit daun telinga pria itu, "Berhenti, berhenti."

Ciuman Evardo Ye menjalar sampai ke tulang lehernya. Ketika mendengar teriakan wanita itu, dia berhenti dan menatap mata wanita itu yang panas, mencium bibirnya lagi, baru memeluk tubuh Yolanda Duan.

"Yolanda, Yolanda ..." dia memanggil di samping telinga Yolanda Duan, seperti memanggil jiwa wanita itu. Saat itu, Yolanda Duan hampir saja tidak bisa menahan penolakan dalam hatinya.

"Apa kamu sangat menderita?" Yolanda Duan bertanya.

Evardo Ye tidak tahu apa yang wanita itu ingin lakukan dan berpura-pura memasang wajah memelas, "Iya, sangat menderita. Tapi kalau kamu tidak mau, aku tidak akan memaksa."

Yolanda Duan terdiam lama baru kemudian berkata dengan suara kecil, "Menurutku perkembangan kita terlalu cepat."

"Aku tahu, aku bisa menunggu." Evardo Ye menyisiri rambut pendek wanita itu, lalu dengan pertahanan diri menghilangkan nafsu dirinya, "Yang patuh ya, tidurlah."

Yolanda Duan pertama kali tidur dengan cara seperti ini. Tapi entah kenapa dia bisa tidur dengan cepat. Mungkin karena ada Evardo Ye di sampingnya, jadi dia lebih tenang.

Mendengar napas teratur Yolanda Ye yang sudah tertidur, Evardo Ye tertawa tanpa suara.

Dia awalnya hanya ingin mengantar baju Yolanda Duan, tapi tidak disangka mendapat hadiah sebagus ini. Dia sudah cukup puas dalam hati.

Sore yang tenang, mereka berdua tidur di satu ranjang yang sama, dan tidur siang yang paling indah.

Hari berikutnya, setelah dokter melakukan pemeriksaan pada Evardo Ye, dokter berkata dengan yakin, "Tuan Ye, kamu sudah boleh keluar rumah sakit."

"Apa? Secepat ini?" Evardo Ye menunjukkan ekspresi terkejut.

"Kamu sudah pulih total, sudah bisa keluar rumah sakit." melewati beberapa kejutan beberapa hari ini, dokter sudah terbiasa dengan kemampuan penyembuhan diri Evardo Ye yang sangat hebat.

Tubuh sendiri tentu saja paling dimengerti oleh dirinya sendiri. Evardo Ye tentu tahu kalau dia sudah pulih, tapi Yolanda Yuan belum pulih, "Dokter, apa aku boleh tidur dua hari lagi?"

Dokter tidak tahu harus menjawab apa, "Tuan Ye, aku belum pernah bertemu pasien yang tidak mau keluar rumah sakit. Maaf, ranjang di rumah sakit kami terbatas, lebih baik kamu beri kesempatan pada orang yang membutuhkan."

"Kalau begitu kapan Yolanda Duan keluar rumah sakit?"

"Kolonel Duan mungkin masih perlu beberapa hari."

Evardo Ye berpikir sebentar lalu berkata, "Kalau begitu apakah dia bisa mendapat perawatan di luar saja?"

"Tidak bisa, komandan sudah berpesan. Sebelum kolonel pulih, tidak boleh keluar dari rumah sakit ini. Selain itu, untuk pemberian obat juga tidak mudah."

Evardo Ye menyerah untuk itu dan bertanya satu pertanyaan lagi, "Apa aku benar-benar tidak boleh tinggal dua hari lagi?"

"Tidak bisa, kalau kamu bertanya pada meja suster, kamu akan tahu ada berapa banyak orang yang sedang menunggu ranjang."

Evardo Ye berkata dengan sedikit sedih, "Baiklah, aku nanti akan melakukan prosedur keluar rumah sakit."

"Kamu tidak perlu bayar lagi, semua biayanya sudah ditanggung oleh rumah sakit kami."

Untuk ini Evardo Ye tidak mengatakan apapun, seharusnya orang itu yang mengaturnya, "Baik, aku tahu."

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu