Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 237 Berangkat, Mencari Christy Mu (2)

Melihat kedua pria itu menekuk wajah mereka dengan masam, Lisa Xiao yang berada disamping mereka pun mengatur ekspresinya dan berujar, “Bukankah hanya mencari orang? Kalian tidak ada yang kenal, aku yang kenal.”

Ericko Ye dan Javier Mu menatap wanita itu dalam waktu yang bersamaan, tatapan mereka penuh dengan keterkejutan.

“Hanya saja, teman yang aku kenal tidak ditempatkan di Provinsi F.” ujarnya.

Ericko Ye sontak kecewa dan berbisik, “Kalau begitu yang kamu katakan itu tidak ada gunanya.”

Hampir saja tamparan Lisa Xiao melayang. Untungnya ia dapat menahannya karena melihat Javier Mu juga ada disana. Ia membalikkan ucapannya, “Ia bekerja di departemen keamanan Provinsi F.”

“Hah?” Ericko Ye yang terkejut pun menganga lebar, “Bisa tidak kamu bicara yang lengkap sekaligus?”

Lisa Xiao mengernyitkan alisnya dan menatap pria itu, “Kamu yang terlalu terburu-buru.”

“Aku yang salah, aku yang salah.” Ericko Ye meminta maaf dengan segenap hati.

Lisa Xiao malas menanggapinya. Melihat tatapan curiga Javier Mu padanya, ia pun menjelaskan, “Aku berkenalan dengan teman ini saat eksplorasi alam bebas. Saat itu ia bertanggung jawab sebagai kepala grupku, kekuatan militernya sangat kuat. Waktu itu kami sekelompok ada sekitar tujuh sampai delapan orang dan bertemu dengan empat ekor serigala di alam bebas. Kami semua mengandalkannya untuk memukul mundur serigala itu. Akhirnya aku tahu bahwa ternyata ia adalah pemimpin polisi bagian kriminalitas di Provinsi F. Kegiatan eksplorasi saat itu kebetulan bertepatan dengan waktu liburannya.”

“Ada kontaknya?” tanya Javier Mu.

“Ada. Kami memiliki sebuah grup, dari waktu ke waktu kami masih saling menanyakan kabar. Beberapa waktu yang lalu kami masih berdiskusi mau pergi eksplorasi kemana.”

Javier Mu tidak dapat menahan masam dalam mulutnya. Baru pertama kali ia mendengar pujian bagi pria lain dari mulut Lisa Xiao. Ia bisa membayangkan dengan jelas, seberapa keren kepala polisi bagian kriminal itu.

Akan tetapi, Javier Mu juga percaya Lisa Xiao seharusnya tidak memiliki perasaan apapun terhadap pria itu. Kalau tidak, bagaimana bisa ia memilih dirinya? Tidak boleh cemburu, tidak boleh iri, harus murah hati sedikit. Lagipula, pada dasarnya wanita miliknya ini bukanlah wanita biasa.

Lisa Xiao bukanlah tipe wanita yang peka dalam perasaaan. Seperti tidak merasakan ada sesuatu yang tidak tepat dengan Javier Mu, ia kembali melanjutkan, “Aku akan langsung meneleponnya begitu mendarat dan meminta bantuannya. Tapi, kita mau pergi kemana?”

“Kita berkumpul dulu dengan Herry. Kita lihat apakah ia memiliki petunjuk apapun disana.” sahut Ericko Ye.

“Oh.”

Ericko Ye memalingkan kepalanya, mengarahkan pandangannya ke luar jendela pesawat dan melihat gumpalan-gumpalan besar awan putih. Hatinya terasa leih berat. Ia selalu menjaga komunikasi dengan Herry Ye. Ada kabar apapun pasti Herry Ye akan langsung memberitahunya. Ia berkata seperti itu hanya untuk menenangkan hatinya sendiri.

Dua jam kemudian, pesawat mendarat di bandara internasional Provinsi F.

Lisa Xiao menyalakan ponsel dan menghubungi temannya.

Brian Zhang lebih dulu mengontak beberapa mobil untuk menunggu di luar bandara. Segerombol orang bergegas melewati bandara, menarik banyak sorot mata penumpang yang ada disana. Terutama tiga orang yang termasuk rombongan Ericko yang berjalan di tengah. Pria yang tampan dan wanita yang cantik, terlihat seperti perjalanan kepresidenan.

Begitu naik ke mobil, Lisa Xiao juga sudah selesai bicara di telepon. Ia berkata pada Javier Mu dan Ericko Ye, “Temanku setuju. Ia bilang akan langsung memberitahuku begitu ada kabar.”

“Ya.”

Yang tidak terpikirkan oleh ketiga orang itu adalah kabar yang datang begitu cepat.

“Halo? Kak Bai, secepat ini langsung ada kabar?” tanya Lisa Xiao dengan terkejut.

“Sebelum hari kemerdekaan, ada kepolisian setempat di sebuah desa yang menerima laporan dari seorang wanita paruh baya. 28 September malam, ada seorang perempuan muda yang menggendong seorang anak bersembunyi di rumahnya. Perempuan ini bilang bahwa ia diculik untuk dijual sebagai budak. Ia mengerahkan seluruh akalnya untuk kabur, namun pada akhirnya masih saja tertangkap dan diringkus kembali. Kepolisian datang menghampiri dan mewawancara selama beberapa hari, tapi belum menemukan petunjuk apapun.” Kepala pasukan Bai menjelaskan dengan sederhana.

“Ah? Kalau begitu, apakah ia mengatakan siapa nama perempuan muda itu?” tanya Lisa Xiao.

“Tidak, tapi ia ada mengatakan petunjuk yang sangat berhubungan. Kurasa kondisinya sama dengan apa yang kamu katakan.”

“Petunjuk apa?”

“Ia bilang, anak laki-laki yang dibawa gadis itu memiliki warna mata yang tidak sama. Satu ungu, satu biru.”

“Benarkah? Bagus sekali,” Lisa Xiao merasa senang, “Kak Bai, terima kasih banyak. Apakah kamu bisa memberikan alamatnya padaku? Sekarang juga aku akan pergi menanyainya.”

“Boleh. Apa kamu membutuhkan orang? Aku akan menyuruh beberapa polisi setempat untuk pergi menemanimu. Daerah itu tidak terlalu aman.” tanya kepala pasukan Bai dengan perhatian.

Melihat kedua pria yang menatap dirinya dengan penuh harap, Lisa Xiao pun menggeleng dan berkata, “Tidak perlu merepotkanmu. Aku datang bersama beberapa teman.”

“Baiklah. Kamu harus hati-hati. Ada kabar apapun aku akan memberitahumu.”

“Terima kasih, Kak Bai.”

Selesai menelepon, Lisa Xiao menyampaikan perkataan kepala polisi Bai kepada kedua orang itu. Ericko Ye menghela napas berat, akhirnya ada kabar. Walaupun kabar ini adalah kabar tiga hari yang lalu.

Begitu alamatnya sudah dikirim, Ericko Ye segera menelusurinya di peta pada ponselnya. Posisi kemunculan Christy Mu berjarak ratusan kilometer dari jalan pegunungan yang dijelajahi Herry Ye. Pantas saja tidak membuahkan hasil.

Dengan kabar yang pasti, hati ketiga orang itu pun merasa tenang. Mencari wanita paruh baya tidak membutuhkan orang sebanyak itu. Pasukan yang dibawa Ericko Ye dibagi ke beberapa jalan. Ada yang mencari Herry Ye, ada yang pergi berkumpul dengan lain. Tersisa hanya tiga-empat orang yang mengikuti kelompok Ericko Ye.

Sekitar sore hari, mobil itu berhenti di depan pintu sebuah rumah di pedesaan. Tempat dimana Christy Mu bersembunyi malam itu. Sayangnya, pintu rumah itu terkunci dan tidak ada orang didalamnya.

Tidak ada cara lain selain menunggu. Ericko Ye memperhatikan sekilas kondisi di sekelilingnya. Tidak ada pedesaan lain di depannya ataupun toko-toko di belakangnya. Tapi kondisi pegunungan yang seperti ini itu wajar. Mungkin karena hal ini jugalah informasi sulit didapatkan. Walaupuna ada orang yang bertemu dengan Christy Mu, namun bagaimana mereka bisa mendengar kabarnya kalau tidak ada di rumah?

Brian Zhang mengeluarkan air dan roti dari bagasi belakang dan membagikannya pada mereka semua. Semenjak pesawat mendarat sampai disini, kemudian berada di perjalanan seharian, membuat mereka tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk makan.

Ericko Ye hanya menelan dua teguk air. Tidak ada makanan yang benar-benar bisa ia telan sekarang.

Saat matahari sudah tenggelam di balik gunung, seorang wanita desa beserta seorang anak laki-laki muncul di pandangan orang banyak itu. Sebelah tangan wanita itu menjinjing keranjang bambu yang besar sedangkan tangan satunya menggandeng anaknya. Sepatu yang dikenakan kakinya dipenuhi lumpur, terlihat seperti baru saja pulang dari selesai mengerjakan pekerjaan desa.

Awalnya mereka dengan senang membicarakan sesuatu. Tapi saat melihat dua buah mobil berhenti di depan pintu rumahnya, mereka menjadi tegang. Mereka terpaku di tempat mereka berpijak dan tidak berani melangkah maju.

“Ibu, siapa orang-orang ini?” Anak laki-laki kecil itu menoleh dan bertanya pada ibunya.

“Ibu juga tidak kenal. Jangan bicara. Hati-hati...” Wanita itu dengan tatapan waspada menatap Lisa Xiao yang datang menghampiri dan menyuruh anaknya tutup mulut.

Lisa Xiao adalah seorang perempuan, senyumnya terlihat lebih ramah dan lebih berguna untuk mendekati orang lain. Ia berdiri di hadapan wanita itu dan tersenyum manis, “Halo, kamu tidak usah takut. Kami bukan orang jahat. Kami hanya ingin mendengar sesuatu darimu, tidak perlu terlalu tegang.”

Dengan instingnya, wanita itu menarik anaknya ke belakang tangan yang direnggangkannya, “Apa yang mau kalian tanyakan? Aku tidak tahu apapun, kalian jangan tanya padaku!”

“Nyonya, beberapa hari yang lalu kamu melapor ke polisi dan mengatakan ada seorang perempuan dan anak kecil yang menghampirimu, bukan?” Lisa Xiao dapat menangkap keterkejutan dalam mata wanita itu. Hatinya langsung merasa senang dan ia melanjutkan, “Begini, aku adalah kakak dari perempuan itu. Kami datang untuk mencarinya.”

Wanita itu tambah terkejut, kewaspadaan dalam hatinya menurun, “Benarkah?”

“Tentu saja benar,” Lisa Xiao mengeluarkan ponsel dan menunjukkan selembar foto pada wanita itu, “Lihat, ini adalah foto putranya.”

Wanita itu melangkah maju untuk melihat dan mengangguk, “Benar, benar. Ini adalah bayi itu. Tapi sudah lebih besar dibandingkan yang di foto. Wajahnya sama.”

Begitu mendengarnya, Ericko Ye pun menghampiri dengan langkah besar dan berkata dengan raut wajah serius, “Nyonya, ini adalah putraku. Perempuan itu adalah istriku.”

Wanita itu kembali melihat Ericko Ye dengan seksama, “Kamu sangat mirip dengan bayi itu.” Walaupun ia hanya berhubungan selama beberapa jam saja dengan Christy Mu, tapi wanita itu belum pernah melihat anak yang begitu tampan. Hanya dengan beberapa kali lihat, ingatan dalam benaknya masih tersisa.

“Nyonya, sudah lama sekali kami mencari mereka. Apakah kamu dapat menceritakan kepada kami apa yang terjadi malam itu?” tanya Ericko Ye dengan tidak sabar.

Setelah memastikan informasi, raut wajah wanita itu pun terlihat lebih rileks. Ia menyambut mereka untuk masuk ke dalam rumah dengan ramah.

“Rumah ini terlalu sederhana, aku sungguh-sungguh minta maaf. Silakan kalian duduk dimanapun, aku cuci tangan dulu.”

Tapi mana bisa Ericko Ye dan Javier Mu duduk. Mereka masing-masing berdiri di pojok aula rumah itu dan terlihat dengan tenang menunggu kedatangan wanita itu.

Setelah mencuci tangan, wanita itu pun masuk. Melihat beberapa orang sedang berdiri, ia pun menyadari bahwa mereka sangat gelisah dan ia berkata, “Begini. Malam itu, aku sedang membetulkan tas sekolah anakku di rumah. Kira-kira pukul 10 malam, aku mendengar ada orang yang mengetuk pintu di luar...”

Wanita itu dengan detail menceritakan segala kejadiannya. Saat ia bercerita tentang Christy Mu yang ditampar, raut wajah ketiga orang itu pun menjadi begitu kelam dan dingin. Hawa membunuh pun menyeruak.

Christy Mu adalah istri, adik, dan sahabat ketiga orang ini. Ia adalah orang yang sangat berharga di hati mereka. Begitu mendengar ia ditampar, hati mereka terasa sakit dibandingkan siapapun.

“Perempuan itu memiliki kulit yang mulus dan lembut, ia juga sangat cantik. Aku tahu ia adalah gadis keluarga berada di kota, makanya keesokan harinya, pagi-pagi benar aku langsung melapor ke ppolisi. Aku harap bisa menolongnya,” Wanita itu menghela napas kemudia melanjutkan, “Aku benar-benar minta maaf pada kalian. Kalau saja hari itu aku tidak tergiur meninggalkan celana itu, mungkin perempuan itu bisa kabur.”

Lisa Xiao lebih dulu menarik kembali kesadarannya. Ia menghampiri wanita itu, menggenggam tangannya yang kasar, dan menghiburnya, “Nyonya, jangan bicara seperti itu. Harusnya kami berterimakasih karena kamu telah membantunya saat ia tidak berdaya.”

Mata wanita itu pun memerah seketika. Suaranya bergetar dan berubah menjadi serak, “Nona, maaf... Aku benar-benar minta maaf...” Beberapa hari ini, masalah ini terus mengganjal dalam hatinya dan membuat ia kehilangan napasnya. Setiap waktu ia merasa bersalah. Kenapa harus meninggalkan celana itu? Hal ini malah mencelakai perempuan itu.

Lisa Xiao merangkul pundak wanita itu dan menepuk-nepuknya sambil berujar ringan untuk menenangkannya, “Nyonya, kami benar-benar tidak menyalahkanmu. Orang itulah yang terlalu licik.”

Lisa Xiao sering berkeliaran di luar sepanjang tahun. Ia pernah melihat orang-orang dengan kesuraman hati yang tidak tertahankan, tapi juga bertemu dengan banyak orang baik. Wanita petani itu jelas termasuk yang terakhir. Ia bisa memberikan Christy Mu tempat untuk beristirahat di tengah malam, membantunya bersembunyi ketika pihak lain datang, sampai-sampai ia berani menolak untuk memberitahu keberadaan Christy Mu bahkan ketika nyawa putranya terancam. Bagaimana orang seperti ini bisa terkutuk?

“Nyonya, kamu jangan merasa bersalah. Kami pasti akan bisa menolong Christy.” Ericko Ye membuka mulutnya.

Wanita itu menyeka air mata di ujung matanya dan berujar, “Oh iya, namanya Christy. Aku mendengar pria itu memanggilnya Christy Mu.”

“Kalau begitu, apakah kamu tahu siapa nama pria itu?”

Wanita itu mengingat kembali dengan serius lalu berkata, “Mmm... Sepertinya namanya Harryo Zhang atau siapa...”

“Harryo Zhang?” Mata Ericko Ye mengeluarkan siratan membunuh. Ia mendengus dingin dan dengan marah berkata, “Baiklah, benar-benar selalu ada cara. Aku benar-benar menganggapnya remeh dengan tidak menghabisinya sebelumnya.”

“Kamu mengenalnya?” Javier Mu yang sudah lama tidak bicara pun bertanya.

“Bukan hanya mengenalnya, bahkan masih ada sedikit dendam...” Selesai bicara, Ericko Ye kembali mengkhawatirkan Christy Mu. Waktu itu ia begitu kejam terhadap Harryo Zhang. Si brengsek itu pasti akan menumpahkan semua kebencian dan amarahnya pada Christy Mu dan anak mereka.

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu